Show 1 - Adrian - Contract

Namaku Adrian, umurku 21 tahun, dan sekarang aku tinggal di California, Amerika Serikat. Aku selalu berpikir mana yang lebih lucu: seorang komedian dengan guyonannya atau kehidupanku?

Hidupku adalah sebuah sirkus abadi. Aku laksana badut yang berjalan di atas bola menggelinding sambil membawa tongkat panjang. Apa pun yang aku lakukan, akan selalu ada orang yang menertawakan. Baik itu dalam urusan pendidikan, percintaan, ataupun pekerjaan.

Aku tidak lulus kuliah karena sibuk bekerja. Alih-alih menjadi kaya karena rajin bekerja, aku terus-terusan dipecat di sana-sini dan harus mencari penghidupan ke luar kota. Lalu, hubungan asmaraku juga parah. Enam gadis yang kudekati semasa sekolah dulu, mereka semua menolakku dengan alasan wajahku tidak tampan. Memangnya apa yang salah dengan jerawat di wajahku ini?

Hari ini, aku sudah diusir dari tiga tempat berbeda dengan alasan tidak memiliki kompetensi yang memadai. Yah ... mau bagaimana lagi? Aku tidak kuliah, pengalaman kerjaku buruk, aku juga tidak terlalu pandai berbicara dengan orang asing.

Aku tengah berjalan di trotoar, mencari, entah ke mana aku harus pergi. Aku melihat langit sedikit gelap karena gumpalan awan. Kemudian matahari naik; sebuah mobil melaju dengan kencang di sampingku, seketika secarik pamflet mendarat tepat di wajahku. Aku yang panik langsung mencabutnya, siap berteriak—marah. Akan tetapi, emosiku sedikit mereda ketika melihat tulisan besar yang terpampang di sana.

LOWONGAN PEKERJAAN

DICARI: TUKANG BERSIH-BERSIH

"Terima kasih, Ya Tuhan."

Aku mencium pamflet itu dengan mesra di tengah kerumunan orang tanpa sedikit pun rasa malu, bagaikan sepasang pengantin yang memadu kasih di hari bahagia. Setelahnya, aku pergi menuju alamat yang tertulis di sana.

Sepertinya aku kenal alamat ini. Tempat ini adalah Devil's Circus, taman bermain terbesar yang ada di California dan sudah berdiri lebih dari 80 tahun. Aku mendengar begitu banyak penghargaan dan juga berita-berita baik dari sana.

Dengan senyuman yang lebar, aku menuju ke sana. Sesampainya di gerbang, tanpa pikir panjang aku melangkahkan kakiku masuk dan mencari orang yang bisa kutanya-tanyai.

"Maaf mengganggu siang Anda, Pak. Aku datang memenuhi panggilan dari pamflet ini. Di manakah aku bisa mengurusnya?"

Pria berbadan gempal dengan seragam berwarna biru itu hanya diam dengan wajah datar. Satu-satunya jawaban adalah jarinya yang menunjuk ke belakang, ke sebuah tenda besar.

"Ah, terima kasih."

Singkat cerita, aku bertemu dengan seorang wanita paruh baya yang duduk di dalam tenda itu. Ia mengurusi pendaftaran karyawan baru. Aku sedikit berbicara dengannya, tetapi wawancara di sini berbeda dengan tempat lain. Wanita itu tidak terlihat semangat. Raut wajahnya seakan-akan mengatakan "ya" sebelum aku tunjukkan kemampuan diriku. Apa karena ini sirkus? Tidak juga. Pekerjaan tetaplah pekerjaan di mana pun berada. 

Hal-hal yang tertulis di dalam kertas kontrak itu juga kelihatan aneh. Manusia; Percaya kepada Tuhan; Menginginkan perubahan yang besar. Awalnya aku sedikit skeptis melihat persyaratannya, tapi tanpa pikir panjang aku menandatangani kontrak. Tiba-tiba saja sesuatu yang aneh terjadi. Setelah menyelesaikan tanda tanganku, tinta hitam yang kutuliskan di atas kertas itu berubah merah.

"Ketika darahmu diikat, kau takkan bisa kembali."

Apa? Apa maksud perkataan wanita ini? Haruskah aku khawatir? Ah, sudahlah. Aku tidak peduli. Saatnya pulang dan beristirahat. Besok adalah hari pertamaku bekerja.

Bumi berputar dengan cepat, malam esok telah tiba. Aku sudah siap dengan seragam hijauku, lengkap dengan nametag bertuliskan "Adrian" di dada, berpegang pada sebuah sapu lidi yang besar.

Jam sudah menunjukkan pukul tengah malam, rangkaian acara sirkus telah selesai. Aku berjalan mengitari kompleks taman bermain ini dan mengamatinya dengan saksama. Ooooooouuuuuhhhhhh, besar sekali. Aku sangat kagum. Tempat ini indah dan ... mantap. Sulit sekali diungkapkan dengan kata-kata.

Aku menyapu dedaunan, membuang sampah, dan merapikan papan tanda jalan. Setelah semua bersih, hanya tersisa satu: tenda besar dengan perpaduan warna merah dan putih yang berdiri tepat di tengah kompleks taman bermain ini.

Tanpa pikir panjang, aku masuk dan langsung membersihkannya. Kosong. Tenda itu telah kosong. Sepi. Kursi penonton yang jumlahnya sangat banyak sudah tidak bertuan lagi. Pikiranku benar-benar kacau. Aku tidak bisa fokus ketika melihat penataan di dalam sana yang begitu mengerikan.

Besi-besi yang menyangga tenda ini terlihat berkarat, kemudian ring-ring yang tergantung di atasnya juga. Hal ini sedikit membuat bulu kudukku merinding meski tidak ada apa pun yang terjadi. Sampai akhirnya, sebuah suara memanggilku.

"Kak Adrian, kemari." Suara itu datang dari gadis kecil berambut panjang yang berdiri tepat di tengah arena sirkus. Ia memakai baju terusan berwarna putih yang terlihat lusuh dengan bercak merah di sana.

Kupikir, dia adalah kru sirkus yang tertinggal. Biasanya anak kecil adalah bagian paling menyenangkan dalam sirkus. Oleh karena itu, aku tidak memiliki pikiran yang aneh dan justru berjalan menghampirinya.

"Hei, adik kecil, sedang apa kau di sini?" tanyaku sambil membungkuk kepadanya.

"Kakak, apa Kakak mau bermain denganku?" 

Wajah gadis kecil itu pucat, matanya hitam, dan bibirnya kering, tetapi suaranya begitu riang. Lagi-lagi aku berpikir kalau dia pasti adalah kru sirkus. Itu semua pasti kostum dan makeup belaka.

Akhirnya, aku menerima ajakan si gadis kecil. "Tentu saja, tapi ... ke mana semua orang? Kenapa mereka meninggalkanmu?" tanyaku.

Gadis itu memiringkan kepalanya. "Meninggalkanku? Tidak ada yang meninggalkanku di sini, kok."

Aku terdiam, sama sekali tidak paham dengan apa yang dibicarakan olehnya. Senyumannya terus melebar, kepalanya semakin miring hingga datar sempurna. Aku semakin panik dan peluh mulai bercucuran di dahiku. Kakiku bergerak mundur secara perlahan ketika menyadari ada sesuatu yang aneh dengan segala situasi ini.

"Ka-kalau begitu, aku lanjut kerja, ya."

"Tidak boleh!" Ia menggenggam tanganku dengan kuat. Kali ini matanya berdarah, kemudian nada bicaranya merendah. "Bermain ..., bermainlah denganku ...."

Aku tersentak. Kakiku langsung melaju dengan cepat menuju pintu keluar. Aku yakin, aku sudah berlari. Kakiku telah melangkah cukup jauh. Tapi kenapa? Seakan-akan ada sesuatu yang menarikku. Apa yang terjadi? Ini masih kursi-kursi yang sama, dengan ring-ring yang digantung pada tempat yang sama pula. Aku kembali berada di tengah arena sirkus, terbaring di tanah dengan tubuh terikat pada besi-besi penyangga.

Yang berdiri di hadapanku adalah gadis kecil itu. Kepalanya miring, sempurna menyentuh bahunya. Ketika mulutnya terbuka lebar, aku bisa melihat darah segar mengalir dari sana. Pada saat itu, yang kurasakan hanyalah takut. Aku tidak punya kalimat lain untuk mendeskripsikannya. Sunyi, sepi, dingin, hanya ada aku dan gadis kecil itu.

"Kak Adrian, maukah kau memotong lehermu dengan pisau ini?"

Dia benar-benar gila! Mana mungkin aku mau melakukan itu? Ini sudah di luar akal. Gadis ini bukanlah manusia. Dia bukan kru sirkus!

"Ah ... tidak mau, ya," gumamnya kecewa. "Baiklah, sampai jumpa!" Ia berjalan meninggalkanku dengan santai.

"Ke mana kau pergi? Cepat buka ikatan ini!"

Ia berhenti di sana, wajahnya menoleh ke arahku. Pisau yang digenggamnya ia arahkan pada sebuah tali tambang tipis di hadapannya.

"Hei ... apa yang akan kaulakukan ...?"

Ia hanya tersenyum, kemudian menjawab, "Hari kebangkitan Devil's Circus akan segera tiba. Selamat tinggal."

Tali tambang itu dipotong. Aku bisa mendengar suara angin yang dibelah dan lama-kelamaan semakin mendekat ke arahku. Suara itu datang dari atas. Terakhir yang kuingat, ada sedikit rasa kejut di leherku. Setelah itu ... kosong. Aku tidak bisa merasakan apa-apa.

Tunggu, apakah leherku terpotong oleh guillotine?

[SHOW 1 - END]


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top