Bab 25 (Part 2)

Info!

Bab 1–35 Devastate Desire sudah tayang di karyakarsa, loh.

Gosipnya, Theo diusir sama Marsa imbas dari perselingkuhannya dengan Calista.

Buat kalian yang udah nggak sabar nunggu kelanjutan kisah ini, boleh banget langsung meluncur ke link berikut ini:

https://karyakarsa.com/Fielsya/devastate-desire-vol-1

Atau, bisa juga kalian tetap baca di wattpad, tapi tetap ya, aku updatenya dua minggu lagi.

Sekian info dariku.
Terima kasih, dan selamat membaca. 🙏😉

==================================

“Aku bisa jelasin semuanya. Please, jangan ribut dulu sama Deren. Aku nemuin fakta baru tentang Calista, dan aku pikir dia sedang membohongi kita dan merekayasa kejadian ini,” bisik Marsa membuat Theo memgernyit.

Fakta apa ini? Apa benar dugaan Calista kalau Deren mendengar suaraku memanggilnya sayang, dan sekarang dia memcurigaiku? batin Theo sambil mengusap bibirnya. “Kamu percaya sama laki-laki itu? Terus sekarang kamu nggak mau membela Calista lagi?”

“Bukan, bukan begitu. Aku akan membela dia, bahkan memperjuangkan semua hak yang memang harus dia dapatkan. Tapi, sebelum itu aku harus pastikan dulu kalau dia tidak bersalah.” Marsa berbalik badan, berjalan pelan menjauhi Theo. “Calista berbohong kepada kita semua tentang kasusnya di apartemen. Aku mendapatkan beberapa bukti di Surabaya kemarin, yang menunjukkan kalau Deren tidak sedang berada di apartemen itu. Bahkan, berdasarkan hasil pemeriksaan, tidak ada sidik jari Deren di pecahan gelas yang melukai tangan Calista.”

“Tapi bukannya para anak buahmu sudah melakukan visum terhadap Calista, apa itu masih kurang?” tanya Theo yang mulai merasa cemas. Pasalnya, jika semua kebohongan Calista terbongkar, bukan tidak mungkin kalau perselingkuhannya dengan Theo juga ikut terbongkar.

Marsa berbalik badan. “Tidak! Visum hanya membuktikan ada atau tidaknya tindak kekerasan, bukan membuktikan siapa pelakunya. Siapa tahu, kan, kalau Calista melukai dirinya sendiri, atau bahkan ... bisa saja memang ada orang lain yang melukai tangannya, tapi itu bukan Deren.”

“De ... ren,” ucap Calista yang memasang wajah terkejut dan berjalan perlahan mendekati pintu kamar Marsa dan Theo.

Deren pun langsung menoleh, kemudian memperhatikan penampilan sang istri dari atas hingga bawah yang saat itu mengenakan handuk mandi bermodel kimono dan selembar handuk lain yang menutupi kepalanya, menandakan jika wanita itu baru keramas.

“Kamu tumben keramas jam segini? Padahal, kita nggak melakukan apa pun yang membuatmu harus keramas, kan, Cal?” tanya Deren yang merasa janggal melihat penampilan tersebut. Setelah itu, kepala lelaki itu mengangkat kepalanya dan menoleh ke kanan dan kiri mencari keberadaan jam dinding. “Jam tiga kurang beberapa menit,” lanjutnya sembari melirik licik ke arah wanita yang sudah memberinya dua orang anak itu.

Tak pelak perkataan Deren barusan langsung membuat Marsa dan Theo yang tengah berdebat di dalam kamar, harus menghentikan kegiatan itu dan berlari mendekat ke arah Deren dan Calista.

Melihat itu, Theo pun langsung mendelikkan matanya ke arah Calista. Astaga Calista, bukankah aku sudah menyuruhmu untuk tidak melakukan hal-hal yang bisa membuat semua orang curiga? Argh! Wanita itu benar-benar licik. Dia ingin Marsa mencurigaiku! kesal Theo dalam batinnya.

“Kenapa diam? Apa pertanyaanku ini salah? Biasanya kamu akan mendebatku kalau aku menuduhmu. Kamu akan berkata kalau ini omong kosong. Tapi apa ini, Cal?” tanya Deren menekan Calista sambil tersenyum sinis. Dia yakin, dengan terus menekan wanita di hadapannya itu, akan membongkar tabiat asli sang istri di hadapan Marsa. “Siapa yang sudah membuatmu keramas di pagi buta begini, Cal? Apakah ....” Ucapan Deren sengaja dia gantung sambil melirik ke arah Theo.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top