Bab 25

Info!

Bab 1–35 Devastate Desire sudah tayang di karyakarsa, loh.

Gosipnya, Theo diusir sama Marsa imbas dari perselingkuhannya dengan Calista.

Buat kalian yang udah nggak sabar nunggu kelanjutan kisah ini, boleh banget langsung meluncur ke link berikut ini:

https://karyakarsa.com/Fielsya/devastate-desire-vol-1

Atau, bisa juga kalian tetap baca di wattpad, tapi tetap ya, aku updatenya dua minggu lagi.

Sekian info dariku.
Terima kasih, dan selamat membaca. 🙏😉

================================
“Tadi kamu melarangku menelepon Theo, tapi kamu sendiri malah menelepon istrimu. Dasar tidak konsisten,” keluh Marsa yang merasa kesal seraya merogoh tasnya untuk mencari kunci rumahnya.

Ya, dia memang sengaja tidak mengetuk pintu rumah dan membangunkan sang suami. Marsa ingin membuktikan kalau yang Deren pikir dan tuduhkan pada suaminya adalah salah besar.

Kunci pintu telah berhasil terbuka, Marsa melirik ke arah Deren dengan tatapan sinis, walaupun tak bisa dibohongi kalau hatinya juga bergetar sambil berharap-harap cemas kalau Theo tidak sedang melakukan apa yang dibayangkan selama perjalanan tadi.

“Kita buktikan sekarang juga! Keyakinanku sebagai istri dari suami yang setia, atau tuduhanmu yang tidak berdasar!” tantang Marsa yang tangannya mulai mendorong pintu rumah berwarna putih itu secara perlahan.

Sengaja koper Marsa dia tinggalkan di luar rumah, sedangkan dirinya dan Deren, memasuki rumah itu perlahan-lahan. Suasananya begitu sepi, terlebih memang saat itu masih dini hari menjelang subuh. Namun, tiba-tiba keduanya berhenti melangkah ketika berada beberapa meter dari kamar pribadi Marsa dan Theo.

Keduanya saling menatap, Marsa yang sudah mulai berkaca-kaca, sedang Deren tersenyum sinis seolah kemenangan akan tantangannya sudah di depan mata.

Terdengar suara desahan dari dalam kamar tersebut yang sontak saja membuat jantung Marsa berdetak dengan cepat dan kedua kaki wanita itu terasa mulai melemas.

Deren dan Marsa kembali melangkah makin dekat ke depan kamar itu, hingga sampailah mereka tepat di depannya. Deren menggerakkan kepalanya ke depan, memberi isyarat kepada wanita itu agar segera membuka pintu itu untuk membuktikan semuanya.

Marsa awalnya masih tertegun, jika saja dia bisa berkata kalai hatinya tidak sanggup kalau sampai netra indah itu benar-benar menyaksikan perselingkuhan sang suami. Itu pun di kamar pribadi mereka, di mana harusnya hanya menjadi tempat Marsa dan Theo untuk memadu kasih. Sungguh, dia tidak akan bisa menerima jika sampai benar-benar ada wanita lain yang merebut tempatnya.

Pelan-pelan Marsa memegang dan menarik gagang pintu berwarna hitam itu, lalu mendorongnya dengan cepat. Tak pelak hal itu membuat semua orang yang ada di sana sama-sama merasa terkejut.

“Ka-kamu lagi ngapain?” tanya Marsa lirih sambil berjalan ke arah Theo dengan salah satu alisnya terangkat.

“A-aku ... aku nggak ....” Ucapan Theo tiba-tiba terhenti saat matanya menangkap sosok laki-laki lain di ambang pintu kamarnya. “Lo ngapain di situ?” Theo menekuk kedua tangannya ke pinggang lalu berjalan ke arah Deren yang sedang menatapnya sambil mengerutkan wajah.

“Saya ke sini ingin menjemput istri saya. Bukankah tidak baik, kalau laki-laki dan wanita yang tidak memiliki apa pun berada dalam satu rumah? Apa kata orang nantinya?” sindir Deren.

“Calista nggak akan pernah pergi dengan pecundang seperti lo! Yang beraninya main tangan sama wanita!” balas Deren dengan mata melotot.

Deren pun tak menggubris apa yang Theo katakan. Lelaki itu justru menilik ke dalam kamar Theo dan Marsa, mencari keberadaan Calista. Sayang seribu sayang, tak ada wanita lain di sana kecuali Marsa.

Deren makin mengerutkan wajah sambil menggaruk keningnya. Sial! Di mana wanita itu? Bisa-bisanya dia lolos lagi. Apa dia tahu kalau aku dan Marsa kembali? Apa Marsa mengirim pesan kepada laki-laki brengsek ini? batin Deren.

Marsa yang tak ingin kedua lelaki itu membuat keributan di pagi buta begini, akhirnya memutuskan untuk menghampiri keduanya. Dengan cepat tangannya meraih lengan Theo dan menariknya kembali masuk ke kamar.

“Kamu pulang bareng dia? Kenapa nggak bilang? Aku bisa menjemputmu!” tegur Theo yang merasa sedikit cemburu dan kesal sekaligus khawatir melihat kebersamaan Marsa dan Deren.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top