Bab 24 (21+)

(21+ only)

Calista mulai tersadar bahwa Theo kini sedang merayunya. Buru-buru dia mengambil handuk putih di seberang wastafel. Dililitkannya handuk itu hingga menuyupi dada hingga pantatnya. Meski tidak tertutup sempurna karena Theo masih bisa dengan mudah melihan dua gundukan payudara putih calista menyembuh setengah.

Kaki jenjang Calista yang masih basah membuat hasrat Theo seakan tidak bisa terbendung lagi. Theo menarik tangan kiri Calista saat wanita itu sendak berusaha melarikan diri. Gadis itu langsung masuk ke pelukan Theo dengan mudahnya. Seperti biasa dia pasti berusaha mencium bibir Calista namun entah mengapa wanita itu menolaknya.  Ia mendorong tubuh Theo menjauh. Lalu memalingkan wajahnya.

"Mau bermain susah didapat rupanya," bisik Theo. "Baiklah akan aku layani sebentar permainanmu ini."

Theo langsung mengangkat tubuh Calista dan menggendong wanita itu  menuju ranjang. Sebelumnya ia sudah melempar jauh-jauh handuk yang menutupi tubuh Calista. Lelaki itu mulai membiarkan lidahnya menyapu dari jemari kaki wanita itu. Calista mencoba menahan badannya kerena perlahan namun pasti Theo seperti akan bergegas menuju area sensitif miliknya. Namun lelaki itu semakin rakus dan membuat Calista terangsang. Kini wanita itu sudah tidak lagi menolak Theo seperti saat di dalam kamar mandi. Sesekali tubuhnya mengelijang keenakan, desahan nikmat juga mulai keluar dari bibir cantik Calista.

Theo terus memainkan lidahnya di dekat area sensitif Calista. Gadis itu sangat menunggu-nunggu waktunya Theo menyapu area sensitifnya namun Theo mempermainkan wanita itu engan tidak menyentuh area bawah sama sekali. Ia hanya berkutat di paha dan tulang panggul Calista saja.

"Sial, dia ternyata hanya menciumku sampai pangkal paha, curang sekali padahal aku menginginkan lebih," dengus Calista. Ia merasakan desiran cairan yang mulai membasahi area kewanitaannya. Disana semakin berdenyut seolah menginginkan kenikmatan yang lebih.

 Rangsangan dari lidah yang dimainkan Theo saat ini sangat lihai. Lidahnya mulai berjalan menuju pusar Calista dan menyentuh payudarany hingga akhirnya nepi di belahan dada wanita itu

"Hmm, Theo, Sayang, jangan mempermainkanku, ah..."

Tangan Theo membelai paha Calista dan bergerak naik hingga meremas payusara kiri waita itu, membuatnya menahan napas. Lagi-lagi llidah Theo melakukan aksi yang membuat saraf Calista berkedut. Ia sekarang memutari areola payudara Calista sebelah kanan dan membiarkan putingnya tegang tanpa menyentuhnya sama sekali.

"Jangan menggodaku Sayang, kulum dengan lidahmu, please, aku menginginkannya. sangat. Ayolah jangan hanya di sana saja," pinta Calista sambil meremas sendiri puting payudaranya. Wajahnya terlihat kecewa saat Theo tidak menggubris perkataannya dan sibuk menjilati bagian leher Calista.

Belum puas dia mencapai gugusan payudara wanita itu lagi, ia jali ini berpindah untuk mengitari areola payudara calista di sebelah kiri. Sesekali ia menatap calista yang sedang memejamkan mata. Dibasahinya seluruh bagian gunung Calista  terkecuali putingnya lalu naik hingga leher.

Membuat Calista haus akan kenikmatan yang lebih banyak lagi,

"Sayang please, aku tidak tahan lagi," Calista memegang kedua pipi Theo berusaha agar lelaki itu menatapnya dan mau mendengarkan perkataannya saat ini.

"Sabar Sayang... Aku akan membuatmu keenakan,' jawab Theo santai senyum liciknya membuat Calista geram, namun apa boleh buat.

Lelaki itu kembali menuju tulang selangkangan Calista dan memutari area itu dengan lidahnya, tanpa memasukkan lidahnya  ke dalam intinya.

"You make me so wet! please tapi aku butuh lebih, ayolah, please... Oh"

Calista mengerang karena sudah tidak tahan atas kepandaiannya memainkan emosi. Lidahnya sudah membasahi hampir seluruh tubuh Calista, ia seakan menahan untuk merasakan vagina dan puting calista yang sangat ingin di lumatkan oleh bibirnya. Bahkan bibir Calista saja belum disentuh olehnya dan berhenti untuk diam menatap calisya dengan tatapan tajam

"Kenapa kamu diam saja?" rengek Calista.

"Aku hanya ingin menatapmu sekarang."

"Please Theo aku sudah nggak tahan. Ayolah be good for me, please. I really want you," mata Calista berkaca-kaca berharap Theo mau mengabulkan keinginannya.

"Diam, siapa tadi yang mendorongku menjauh," tolak theo. Namun lelaki itu tidak diam saja ia kembali meremas kedua payudara Calista mencumbu leher dan telinga wanita itu.

Calista yang sudah tidak tahan lagi mulai melepas resleting celana Theo dan menurunkannya hingga sekarang Theo terlihat hanya mengenakan celana dalam tanpa kaus dan apapu menempel ditubuh atletisnya. Gundukan di bagian bawah Theo tidak bisa dibohongi bahwa lelaki itu juga menginginkan hal lebih. Calista tersenyum puas lalu mulai membelai selangkangan Theo dan menjilati puting lelaki itu.

"Hei itu curang kan?" kata Theo matanya terlihat esekali terpejam menahan gejolak dalam dirinya.

"Kau yang terlebih dahulu menggodaku tadi. Aku benar-benar cinta mati engan tubuh ini. Ayolah bermainlah lebih serius lagi sayang. Aku ingin kau mengadukku sangat dalam," kata Calista. Wanita itu mulai menjilati leher Theo dan akhirnya melumat bibir lelaki itu, yang tentu saja langsung dibalas dengan rakusnya oleh Theo.

Kring.. Kriinggg...

Suara ponsel di atas nakas sedikit menganggu konsentrasi mereka. Theo melirik sekilas dan ternyata sebuah panggilan dari Deren.

"Ayo, angkatlah," ujar Theo sambil menyodorkan ponsel berwarna berah jambu itu kepada Calista. Wanita itu mengerenyit sebal, jelas tergambar bahwa ia tidak mau melakukan hal yang theo perintahkan.

"Angkatlah!" ulang Theo yang akhirnya disambut dengan uluran tangan Calista. Wanita itu langsung menekan tombol hijau dan mulai menjawab.

Melihat wanita di depannya mengobrol dengan suaminya, Theo memiliki ide gila yang jelas akan dia praktekkan sekarang. Ia mengarahkan batang kejantanannya menuju sangkar yang seharusnya. Calista melirik dan membulatkan matanya. Ingin rasanya gadis itu mengatakan jangan namun ia urungkan karena takut Deren akan mendengarnya.

"Itadakimasu," Theo langsung melakukan apa yang sedari tadi ingin dia lakukan. Wanita itu segera menggigit bagian bawah bibirnya menahan supaya suara desahannya tidak keluar.

Theo tersenyum lalu mulai memaju mundurkan dengan cepat. Calista milai memejamkan matanya tangannya sudah tidak lagi bisa memegang ponselnya dengan benar. Ponsel itu terjatuh ke ranjang.

"Hallo, Hallo, Cal, Hei jawablah Cal," ujar seseorang di panggilan itu.

tut tut tut

Theo melihat wajah Calista yang angat memelas menahan desahan yang ingin dia keluarkan akhirnya mematikan panggilan itu. Napas calista sudah tidak beratutan, mulutnya terbuka mengeluarkan suara suara yang angat menggoda, membuat gairah Theo semakin terbakar.

Lelaki itu tidak membuang kesempatan ini, berkali-kali tubuhnya bergerak dengan cepat, menghentakkan pinggulnya. Wanita itu berkali-kali melenguh nikmat.

"Aaaaahhhhh, Sayang," teriak Calista dengan jari yang memegang kepalanya dan menikmati gerakan Theo. "Aaahh... i want to climac, Babe.. Ah.."

"Yes.. please, together."

"oh I really adore you!" Mata Calista tidak bisa terlepas dari wajah theo. Calista kalah telak dihadapan lelaki ini. Mau seberapapun ia menolak Theo namun tubuhnya begitu jujur menginginkan kenikmatan dari Theo. Lelaki itu memeluk erat tubuh Calista, mengecup dahi  waniita itu lembut. Mendekapnya dalam pelukan tangannya.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top