Bab 16

Setelah membersihkan diri, Calista yang hanya mengenakan rok mini hitam dengan kemeja milik Theo yang tampak sangat besar ditubuh kecilnya itu langsung pergi ke dapur untuk mengambil minum.  Sedangkan Theo masih tertidur di kamar.

"Huh, enaknya minum air dingin," gumam Calista. Segar sekali rasanya. Tegukan demi tegukan serasa menghilangkan dahaga yang sedari tadi menghantui gadis itu. Ia lalu mengisi kembali gelasnya dengan air dan membawanya ke kamar untuk Theo.

Begitu membuka pintu kamar, hampir saja ia menjatuhkan gelas yang ada di tangannya. Laki-laki itu udah tidak lagi dalam posisi yang ama ketika ia tinggalkan tadi.

"Astaga, kamu kenapa begitu?" Calista melihat Theo yang sudah terbangun menyibakkan selimut yang menutupi tubuhnya. Selimutnya sudah hilang entah kemana. Laki-laki itu sekarang tampak terlentang tanpa sehelai benang, sambil tersenyum ke arah Calista. Tatapan mata yang selalu bisa membuat dada Calista mendesir pun tak luput diberikan pria tampan untuk menyambut kedatangan wanitanya.

"Mandi dulu sayang! Atau kamu masih mau lagi? Masih belum puas?" cibir Calista, ia melenggang meletakkan gelasnya di atas nakas. Berpura-pura tidak tertarik. Meski debaran di dirinya tidak bisa membohongi siapapun.

"Mandiin. Tapi... masih mau lagi juga..." bisik Theo.

"Yang benar saja, aku baru saja selesai mandi. Kalau mandiin kamu jelas yang ada aku pasti basah kuyup. Ga ada. Ga ada. Sana mandi sendiri, aku mau siapin makan siang kita." bagian tubuh belakan Calista rasanya masih begitu nyeri. Wanita itu angat menyukai permainan Theo namun dia ingin betistirahat sebentar lagi, paling tidak sampai perutnya terisi beberapa sendok nasi.

Theo melirik Calista yang berdiri di samping tempat tidur. Ia menarik wanita itu hingga terjatuh di atas dadanya.

"Mandiin dong," ujar Theo seimut mungkin. Tak lupa dia juga melingkarkan kedua tangannya di pinggang model cantik itu. Menatap matanya begitu lekat.

Tanpa sepengetahuan Theo, tangan Calista terulur ke bawah kemudian meremas kebanggaan Theo kencang, lalu mengelusnya perlahan, dan mencengkeram dengan kencang secara bergantian dengan ritme yang tetap bahkan semakin cepat.

"Kok berhenti?" tatapan kekecewaan tergambar jelas diari wajahnya. Ingin rasanya Calista menggoda belahan hatinya itu sedikit lagi.

"Mandi sendiri! cepetan!" Calistapun menyentil bagian paling sensitif Theo lalu meninggalkannya begitu aja.

"Awh, ngilu, Sayang! Jika kamu melakukan itu lagi aku bisa ga tahan pengen memangsamu!" goda Theo.
Calista yang sudah kembalu berdiri hanya mengangkat bahu acuh. Ia ingin bermain-main sebentar dengannya lalu  berjalan santai ke arah walk-in-closet mrmbuat Theo geram. Padahal hal ini sengaja dilakukan Calista agar Theo lebih terpancing.

Laki-laki itu dengan cepat berdiri lali mengangkat tubuh Calista dan membawanya ke dalam kamar mandi.

"Sayang!" pekik calista ketika ia diturunkan di pinggir bath up. Calista tidak menyangka kalau candaannya itu membuat theo berbuat seperti ini. Tapi hal ini menyenangkan bagi Calista, hal-hal remeh yang dia sendiri tidak perdah dapatkan dari suaminya.

"Susah banget sih dibil..." Calista mengulum bibirnya ketika Adrian tiba-tiba meremas dua bongkahan gunung kenyal miliknya. Wanita itu sebenarnya sangat menginginkan sentuhan-sentuhan Theo namun dia harus memikirkan tubuhnya juga, maka dari itu dia berusaha keras agar tidak mendesis. Hal yang justru menjadikan Theo semakin ingin mencumbu Calista.

"Susah banget apa?" tanya theo sambil terus meremas payudara Calista. Berharap wanita sexy itu akan mulai terbawa suasana dan membalas permainannya.

Calista membuang napasnya pelan. Ketika ia ingin menepis tangan nakal Theo, laki-laki itu keburu menangkap ledua tangamnya lalu menggenggamnya dalam satu genggaman.

"Stop ith, Sayang. aku mau m-masak."
Theo masih diam sambil menatap Calista, tangannya mulai menyusup ke dalam rok pendeknya dan membelai paha wanita itu.

"Kenapa habis mandi kau mesti pakai baju sih ribet ih, harus nglepas-nglepas lagi." keluh Theo. "Tapi kau sexy ekali memakai kemejaku. Aku benar-benar tidak menyangka baju membosankan itu bisa begitu menggoda."

Theo mengecup bibir Calista dengan liar. Menggigit kasar lalu kembali lembut dan begitu selama beberapa menit. Calista yang tadinya tidak termakan rayuan Theo akhirnya terhanyut juga. Mereka saling bercumbu mesara tak memperdulikan apapun.

"Fine! aku mandiin!" kata Calista setelah ciuman panas itu mereka selesaikan.

"yeay!" Theo langsung melepas tangannya dari tubuh calista lalu masuk kedalam bathup.

Calista mendengus lalu meloloskan pakaiannya kecuali pakaian dalamnya. Ia mengambil shampo dan sabun untuk memandikan  bayi besarnya. Hanya dengan sepasang pakaian dalam berwarna merah,Calista menghampiri Theo lalu duduk kembali di belakang lelaki itu, di pinggiran bath up. Tangannya meraih shower, mengatur suhunya kemudian dengan perlahan membasahi rambut Theo.

"Manja," gumam Calista.

"Bukannya kamu yang lebih manja," kata theo.

Ditangannya sudah ada cairan berwarna putih, calista mulai menggosokkan tangannya di rambut lalu mengarah ke punggung Theo Ini bukan pertama kalinya Calista memandikan Theo melainkan udah ke sekian kalinya. Dimulai ketika waktu itu, mereka selesai bercinta dan mandi bersama, Calista pun memandikan Theo seperti dia memandikan anak kecil. Sejak saat itulah Theo selalu bermanja-manja padanya.

"Sayang cuci juga yang dibawah dong jangan punggung terus."

"Makan siangnya?"Calista paham betul code dari Theo ini. Dia tahu kali inipun dia tidak akan lolos. Makan siang hanya akan menjadi angan.

"Kita nanti pesan makanan saja. ayolah kita nikmati saja waktu berdua."

Theo berdiri dan memutar badannya sehingga bagian pinggangnya langsung menghadap ke arah wajah cantik Calista. Wanita itu tanpa malu lagi mulai mengelus Theo dengan cairan sabun ditangannya membuat lelaki itu memejamkan matanya sesekali.

"Ayo terus Sayang, ya benar disana," ceracu Theo.

Calista semakin bersemangat mendengar suara nafas Theo yang semakin berat. Dia ingin mendengar lebih. Dia berharap lelaki itu menikmati apapun yang dia lakukan.

Calisat mulai memasukkan benda yang menurutnya berukuran sangat besar itu ke dalam mulutnya. Menghisap dan menjilatinya seperti anak kecil memakan lolipop.

Menyenangkan baginya apalagi Theo terlihat sangat menikmati hal itu.

"Kau memang tiada duanya Sayang." Theo membelai rambut basah Calista menggerakkannya dengan intens mengikuti irama wanita itu.

"Bagaimana dengan Marsa?" tatapan matanya mengarah tajam ke arah Theo. meminta jawaban secepat yang dia mau.

"Dia sama sekali tidak ada apa-apanya. Kamu yang terbaik. Ayo teruskan sayang." Lelaki itu merem melek dibuat keenakan oleh Calista.
Ting tong, suara bel mengagetkan Theo calista, sekejab mereka kaku pada posisinya masing-masing.

Ingatan kbali terputar di benak lelaki itu. Bukankah Naya dan alesx akan datang siang ini.

"Shit, Gawat," pekik Theo.

"Siapa?"

"Teman Marsa. Mereka kesini mau mengantarmu ke rumah sakit." dengan sigap Theo mengambil handuk menutupi bagian bawah tubuhnya lalu berlalu pergi.

"Apa?"

Mereka berdua bergegas menuju kamar masing-masing memakai baju sembarang yang mereka temukan pertama kali. Lalu bergegas menuju pintu depan.

***

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top