Bagian 15
Pagi di Persia dengan matahari yang mulai naik meninggalkan peraduan. Altan pria itu tampak mulai membuka kelopak matanya takala sinar matahari mulai menerobos melalui celah jendela, mau tak mau dirinya menggeliat dan terbangaun dari tidur lelapnya.
Memang akhir-akhir ini Altan jarang tidur dengan nyenyak karena berbagai masalah yang mulai berdatangan, tapi entahlah pagi ini rasanya ia cukup terlihat lebih segar karena tidur lelapnya yang tak ia jumpai akhir-akhir ini.
Netranya tak sengaja mengarah pada wajah polos seseorang yang masih terlihat damai di tidurnya. Dan yah, ia baru ingat bahwa semalam dirinya memaksa tidur bersama kepada istrinya.
Tadinya dirinya memaksa hanya tidur dalam artian tidur tanpa melakukan hal apapun selain tidur, tapi entah setan mana yang merasukinya hingga tidur yang semula ia artikan menajdi berbeda makna.
Ia melewati malam panjang itu bersama Zaina dengan penyatuan yang seharusnya ia lakuakn berbulan-bulan lalu. Tanpa sadar bibirnya berkedut terseyum, Zaina – istrinya terlihat manis saat tertidur dan ia akui itu
Altan kemudian turun dari peraduan dan beranjak menuju ruangan yang terpisahkan oleh sekat kayu di kamarnya meninggalkan Zaina yang ternyata sudah membuka matanya.
Zaina sebenarnya telah terbaguan sedari Altan menggeliat-laitkan tubuhnya bahkan saat Altan terseyum ia sudah terjaga dari tidurnya, entahlah Zaina merasa pipinya memanas saat mengingat malam yang mereka lalui bersama.
............
Lapangan besar Persia telah dipenuhi para prajurit untuk berlatih, bagaimanapun mereka harus tetap waspada jika musuh tiba-tiba menyerang. Maka dari itu sebeluan terakhir setelah Sparta dan Yunani mengumumkan mengibarkan bendera perang mereka telah berlatih dengan giat untuk perang.
Apalagi sekumpulan prajurit pria dengan tubuh tinggi dan berbalut lengkap pakain zirah yang juga sudah hadir lebih dulu dilapangan
Pasukan itu – Imortals atau orang-orang biasa memanggilnya merupakan pasukan elit Persia yang diperuntungkan untuk mengawal Raja dalam perang dan juga sebagai pasukan infanteri, pasukan ini merupakan pasukan yang ditakuti keberadaanya baik oleh masyarakat Persia maupun oleh negara-negara tetangga yang sudah mengalami keganasanya. Bahkan pasukan ini memiliki pemimpin khusus yang sudah terlatih dan diakui kebenarannya oleh Raja, pemimpin pasukan ini diberi nama Hydarnes.
Lapangan besar persia tampak riuh saat seseorang yang mereka tunggu kedatangannya ahkirnya hadir. Thabit – seseorang itu tampak berjalan dengan gagah menuju para Imortlas yang sudah bersiap untuk memulai latiahanya, tampak semua orang yang berada di lapangan besar itu menunduk hormat saat Thabit mulai berdiri di anatara para Imortals. Selain menjabat sebagai Panglima perang Persia dirinya juga merupakan ketua dari para Imortals atau disebut Hydarnes.
“Panglima apa kita sudah mulai bisa untuk latihan?”
“Lakukan saja Kursh aku akan mengawasi kalian” balasnya tenang
“Bale”
Kemudain Thabit seperti hari-hari sebelumnya berkeliling megawasi para prajurit yang berlatih. Cuaca Persia memang sangat panas menyengat hingga ke dalam pori-pori kulit, apalagi dirinya yang sedang mengenakan pakaian zirah yang terasa amat panas bila ditimpa sinar matahari walaupun tanpa penutup kepala tapi tetap saja ingin rasanya ia menanggalkan pakaian zirah tersebut
Tak sengaja padanganya beralih pada Altan – atasannya yang berjalan kearahnya diikuti beberapa pengawal dan kasim Sutan yang selalu setia mengekorinya. Ingatannya tak sengaja jatuh pada kejadian semalam di antara lorong-lorong gelap Persia ia mendengar percakapan antara Kasim Sutan, seorang pria berjubah hitam dan Ayse – kekasih Raja.
“Ya Imortals mereka di perintahkan langsung oleh Raja Altan untuk membunuhmu yang telah mengetahui fakta ini dari awal, Raja Altan rupanya ingin membalas sakit hati ibunya di masa lampau”
“Tap-“
“Apalagi Ay? Kau tak lihat Kasim Sutan yang membawa pedang dan racun ditangan nya? Belialu di perintahkan langsung oleh Raja Altan untuk membunuhmu saat kau sedang terlelap tidur. Jadi tak ada lagi yang perlu kau pertahankan Ay, lebih baik kau ikut aku pergi”
Tanpa mereka sadarai di ujung lorong gelap Istana Persia dirinya mendengar semua percakapan ketiganya. Malam itu sebenarnya dirinya berniat kembali ke peraduanya untuk istirahat setelah melihat para Imortals yang sudah mulai beristirahat di perduanya masing-masing.
Kamarnya memang tidak berada pada lokasi para Imortals atau para Prajurit, kamarnya terletak berdampingan di sebelah pintu menuju menara Persia. Memang dirinya terbiasa melewati lorong-lorong gelap menuju kamarnya daripada harus memutar melalui taman dan tempat peristirahatan Ratu dan para pelayannya yang membutuhkan jarak dua kali lipat.
Saat kalimat menyangkut para Imortals diucapkan dirinya sadar mereka berbohong pada Ayse. Dirinya tahu itu, Raja Altan tak mungkin melakukan perbuatan keji untuk membunuh Ayse. Karena ia lebih tahu Para imortals – mereka sedang istirahat untuk mepersiapakan pelatihan perang melawan Yunani.
Setelah percakapan ketiga ia klaim telah usai karena ia melihat Ayse yang tak sadarkan diri dipangkuan pria berjubah hitam yang berlari secepat kilat keluar dari Istana, entah apa yang mereka berdua lakukan pada Ayse perempuan malang itu sehingga menjadi tak sadarkan diri.
Akhirnya setelah menimbang-nimbang tentang informasi penting yang seharusnya ia sampaikan pada atasanya ia akhirnya memilih untuk tidak memberitahu Altan, tapi biarlah untuk saat ini ia akan menjadi egois. Ia hanya ingin melindungi Ratunya dan membahagiakannya
Ia akan menyimpan informasi ini untuk dirinya sendiri dan untuk kebaikan Ratunya dan mungkin juga untuk semuanya. Akhirnya setelah dirasa Kasim Sutan pergi barulah ia melanjutkan perjalannya yang sempat tertunda menuju peraduannya.
....................
“Thabit apa yang kau lamunkan hingga mengabaikan seruanku?”
Thabit segera mengerjap sadar dari lamunanya kemudian ia melirik pada Altan yang berdiri gagah di depannya dengan dahi mengkerut heran. Seakan baru ingat ia segera berlutut memberi hormat khas seorang kesatria
“Maafkan hamba Yang Mulia, hamba pantas dihukum”
“Sudahlah, jadi bagimana dengan perkembagan para prajurit dan Imortals?”
“Para prajurit sudah mulai berlatih dengan lebih giat Yang Mulia, hamba juga sudah menyuruh Than untuk mendata jikalau ada Prajurit yang kurang sehat. Prajurit yang kurang sehat akan dirawat untuk beberapa waktu di Istana dan akan disiapkan sebagai pasukan cadagan, sedangkan untuk para Imortals hamba telah memberikan beberapa strategi yang sudah kita susun kepada mereka juga memerintahkan sebagian dari mereka untuk mempelajari peta jalan rahasia yang dipergunakan untuk keadaan mendesak”
“Bagus, aku tau kau tak pernah mengecewakan”
Lama keduanya terdiam sambil menyaksikan para prajurit yang sedang serius berlatih, sampai kemudian Altan – sang Raja memcah keheningan. “Thabit apa kau melihat Ayse? Sedari tadi pagi aku mencarinya”
Thabit melirik kepada Sutan sekilas yang terlihat gelisah di tempatnya
“Hamba tidak tahu Yang Mulia, memangnya ada apa yang mulia hendak mencari nona Ayse?”
“Ada beberapa kalimat yang harus aku smapaikan padanya, dan aku tak mau menunggu lama untuk menyampaikannya”
“Kalau begitu hamba akan menyuruh beberapa anak buah hamba untuk mencarinya disekitar Isatana”
Helaan nafas terdengar dari Altan, kemudian ia melirik pada beberapa pengawal dan pelayan yang setia berdiri dibbelakangnya. “Kalian tinggalkan kami berdua” ucapnya sambil melirik kearah belakang tempat para pengawal dan pelayannya berdiri
“Tap-tap-“
“Tak ada tapi Sutan, cepat kalian pergi termasuk dirimu” ucapnya tajam
“Bale Yang Mulia” akhirnya para pelayan dan pegawal itu mulai meninggalakan Altan dan Thabit yang terlihat berdiri berdampingan
“Kurasa Ayse hilang”
“Maksud anda Yang Mulia?”
“Ayse menghilang dengan tiba-tiba, kurasa dirinyapun sudah mengetahui kebenarannya”
“Kebenaran?”
“Ya kebenaran, dibalik insiden meinggalnya ibuku ternyata Ayse dan Ibunya menjadi alasannya”
“Maksud anda?”
“Ibunda Ayse adalah kekasih mendiang ayahku di masa lampau, aku tak tahu mereka berpacaran sejak ayah ibuku sudah menikah atau sebelumnya. Slafisha – nama ibu Ayse hamil dan ayah dari bayi itu adalah Raja dari Turki, aku tak tau kejadiannya detailnya bagaimana hingga ibunda Ayse hamil oleh Raja Turki. Yang jelas akibat kejadian itu ayahku mulai menyalahkan dirinya sendiri yang tak bisa menjagga Slafisha dengan benar apalagi setelah ibunda Ayse meninggal karena melahirkannya ayahku makin tertutup dan otoriter. Hal itulah yang membuat ibuku cemburu dan merasa tak pernah dianggap oleh ayahku hingga ia dengan naas memilih bunuh diri. Aku tau Ayse tak patas disalahkan atas semuanya, bagaimana pun dirinya korban keegoisan orang tua kami dulu sama sepertiku. Aku sudah berfikir berkali-kali tentang hal ini diriku sadar tak sehrausnya memunculkan dendam hingga membuat kejadian di masa lalu terulang kembali pada Ayse yang bahkan mungkin baru mngetahui tentang ayah dan ibunya, untuk itu aku akan melepaskan Ayse dan menjaga hatiku untuk Zaina yang memang sepantasnya aku jaga. Zaina tak sehrausnya terbawa oleh alur hidupku dan Ayse karena aku tak ingin jika kelak akau mementingkan egoku Zaina akan menjadi korban seperti ibuku dulu bahakn mungkin lebih naas, kita tak pernah tau kan Thabit”
Altan menghela nafas dalam, maniknya kemudian menatap Thabit yang juga tengah mentapanya tepat di mata keudanya. Kemudian Altan melajutkan percakapannya diiringi tatapan yang berubah menajam
“Thabit kau harus menjaga rahasiaku barusan, terutama pada Sutan. Sudah sejak lama aku curiga padanya dan aku rasa memang ada yang janggal dengan dirinya”
“Keanpa hamba Yang Mulia?
Bagaimana jika hamba seandainya ingkar?”
“Aku percaya padamu Thabit, kau dalah sahabatku sedari kecil dan aku tau sifat dan kesetaianmu padaku”
“Yang Mulia”
“Perang akan dimulai sebentar lagi, dan aku tak tahu aku masih hidup kedepannya atau mati ditangan para Sparta dan Yunani untuk itu akau juga ingin menitipkan Zaina padamu”
“Yang Mulia hamba tahu Yang Mulai tidak akan kalah oleh meraka”
“Masa depan tak ada yang tahu Thabit, untuk itu bertahanlah saat perang nanti masa depanmu masih panjang. Ah, dan jika suatu hari nanti kau bertemu Ayse salamkan permintaan maaf dan terimaksihku padanya sebenarnya aku ingin sakali berbincang mengenai beberpaha permasalahan orang tua kami dengannya”
“Yang Mulia jangan berkata seperti itu, bagaimana jika hamba tidak bertemu nona Ayse?”
“Tak apa, angin akan menyampaikannya untukku” ucapnya diiringi kekehan
“Atau bagaimana jika Yang Mulia bertemu dengan nya terlebih dahulu?”
“Seperti yang kukatakan masa depan taka da yang tahu, jika aku bertemu dengannya akau ingin memulai suatu hubugan pertemanan yang baik dengannya dan juga meluruskan beberapa kesalah pahaman masa lalu. Ayse orang yang menyenangkan jika diajak bercerita kau pasti akan menyukainya juga jika sering mengobrol dengannya”
“Yang Mulia anda berkata seolah-olah anda kan pergi jauh”
Altan mengangkat bahunya acuh “Mungkin saja, aka tak tahu masa depan akan seperti apa kelak. Dan juga Thabit bisakah engaku menjaga Ayse kelak? Jika kau bertemu dengannya. Dia gadis yang baik” ucapnya sambil terseyum
.
.
.
.
.
.
.
END?
Hehehe ini end 😁 pasti ending nya pada gak puas kan?? Iya tau tapi mohon jagan hujat aku kapasitas otaku cuman segini 😥 dan untuk yang menanyakan mengenai khatab dan ayse yang hilang misterius juga detail2 maslah yang ada di detreminataion selengkapanya akan aku kasih tau di sequelnya 😊
Sequelnya itu aku bikin new story tapi di lapak pribadi judulnya "The General's
Itu buat covernya hehehe, yang nanya kapan di updatenya, masih dalam tahap pengetikan paligan minggu depan 😁
Oke sekian readersku maaf sebesar-besarnya kalo aku punya salah sama kalian, maafin ini juga cerita yang eding nya ngak puguh 😂 yang jauh banget dari harapan kalian . Maaf kali Altan gak jadi sama Ayse terkadang apa yang kita harapkan tak seseui kenyataan hahahahaha 😁
Tapi bener ya kadang gak semua cerita harus jadi sama tokoh utamanya.
Cerita ini juga bakal aku post dilapak pribadi sekalian revisi typo *author ngomong mulu kzl* maafkan aku cerewet 😂😂
Oke terimaksih see u in sequel kalo yang minat baca
Salam cantiks
edelwish93
Beuatiful cover from @raadheya ❤
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top