Bagian 13 c
Untuk ** berarti Falshback yaa
“Selma?”
.
...................................
Altan menatap lurus manik hitam yang masih setia bercerita. Pikirannya tengah bercabang, kenyataan yang barusan mengejutkan sekaligus menohok hatinya bagaimanapun ia harus menerima kenyataan dan menelanya bulat-bulat. Kenyataan yang jauh dari terkaannya semula, Ayse satu nama yang begitu menyimpan berbagai rahasia satu nama yang berhasil memporak-porandakan perasaanya.
“Jadi kenyataan ini yang harus kuterima?”
“Tentu saja, ini keyataan sebenarnya yang harus kau terima dengan lapang. Bagaimanapun semua hanya masa lalu yang memang seharusnya dilupakan”
“Dilupakan katamu, lalu bagaimana dengan perasaan ibuku? Bahkan dirinya dengan nekat mengakhiri hidupnya. Ini yang kau bilang harus menerima kenyataan hah?”
“Altan ini hanya permasalahan para tetua dan kau anak muda tak perlu bersusah payah ikut kedalamnya”
“Apa maksudmu? Sudah jelas dia ibuku yang dengan malangnya harus berkorban demi kau dan ayahku!”
“Tahan emosimu, dengar semua hanya masa lalu yang tak perlu diungkit kembali keberadaanya”
“Dan kau dengan mudahnya ingin menggambil Ayse? Memulai hidup baru dan merangkai kebahagiaan. Lalu bagaimana denganku? Dan aku harus menekan ego dan perasaanku?”
“Altan kau tahu betul sedari kecil Ayse tak pernah mendapat kebahagiaan yang layak, dan aku sebagai ayah harus membahagiakannya karna itu semua adalah tanggung jawabku!”
“Cihh, Tanggung jawab katamu? Lalu kemana saja kau selama ini hah? Menumbalkan Panglimamu atas segala dosamu”
“Aku tahu aku pengecut yang tak layak utuk di maafkan, kumohon lepaskan Ayse”
“TIDAK! Jika ternyata semua ini adalah penyebabnya maka dia tak pantas hidup bahagia”
“ALTAN”
“kau tahu aku tak pernah bermain-main dengan kata-kataku”
.............................................
Malam dengan hawa dingin tengah menyelimuti Persia. Seorang pria denagn pakaian kebesarannya masih duduk termenung menatap langit malam dengan mata tajamnya.
Altan – pria itu masih setia duduk termenung menatap luasnya langit yang ditaburi bintang, pikirannya sedang kalut sebelumya dirinya tak pernah sekalut ini.
Disatu sisi dirinya mencintai perempuan dari Turki itu, dan disatu sisi lainnya dirinya sangat ingin membunuhnya demi membalaskan rasa sakit sang ibunda tercinta. Sekalipun dirinya menekan perasaan dengan kuat tapi tetap sebagai seseorang yang berdarah panas dirinya tak bisa, lagi-lagi emosi dan kebencian berhasil menguasai dirinya.
Berterimakasih lah pada pak tua dari Turki yang telah bercerita semuanya, dan mengguncang perasaanya. Bahkan saat ini ingatan tentang kematian ibundanya masih terekam jelas difikiran dan hatinya, bagaimana naas nya sang ibu meregang nyawa tepat dihadapannya.
Dirinya ingin berteriak memaki dengan keadaan di sekitarnya ingin marah pada garis takdir hidupnya, bagaimanapun dirinya harus segera mengambil keputusan.
“Yang Mulia?”
Tepukan dipundak dan suara lembut yang menyapanya berhasil menariknya dari lamunan tak berujungnya. Altan melirik perempuan yang terseyum dengan nampan ditanganya
“Zaina”
“Sepertinya anda sedang banyak pikiran, jadi hamba berinisatif membuatkan anda segelas teh yang mungkin akan membuat anda sedikit lebih tenang”
“Terimaksih”
“Sudah menjadi tugas hamba Yang Mulia” ucapnya sambil membungkuk
Lama keduanya terdiam sambil menyaksikan langit yang kian menggelap, Altan kembali berfikir tentang pembicaraanya dengan Raja dari Turki. Pembicaraan yang harus terpaksa ia ingat kembali
**
“Ayse Selma, bagaimana jika kuceritakan sesuatu untukmu dibalik nama itu?”
Saat itu juga tubuh Altan menegang dengan tatapan yang masih menajam kearah pria senja yang masih terseyum di tempat duduknya.
“Selma?”
“Kau pasti sudah tak asing dengan nama tersebut, Ayse selma merupakan anak dari Slafisha selma seorang penjual susu kambing dari Turki. Dirinya hidup sebatang kara karna ayah dan ibunya telah meninggal ketika wabah penyakit yang menyerang Turki beberapa tahun lalu, ia perempuan sederhana dan cantik bahkan kecantikannya sudah tak asing dimata para tetangganya. Ia perempuan baik hati dan lembut tapi dengan kesalahan semalam aku berhasil menghancurkannya. Masalah perekonomian dan meninggalnya ayahku kala itu mau tak mau membuatku harus rela dinobatkan menjadi Raja dan menikah dengan Putri dari Raja Yordania yang sekarang menjadi permaisuriku di Turki. Malam itu disaat pesta penobatan telah mencapi tengah malam aku yang sedang kalut berniat mabuk dan melupan segalanya sejenak tapi naas disaat kesadaran ku tersisa sedikit aku dengan teganya memperkosa Slafisha yang saat itu merupakan kekasih ayahmu, padahal ayahmu telah menikah dengan ibumu akibat perjodohan yang dilakukan kakekmu. Ayahmu tak mencintai ibumu sehingga beliau yang saat itu masih bergelar putra mahkota memiliki kekasih lain yaitu Slafisha Selma, mereka saling mencintai hingga dimana saat Slafisha hamil ayahmu marah dan menyalahkan dirinya sendiri yang tak bisa menjaga keasihnya dengan benar.
Aku yang mnegetahui saat Slafisha hamil harus menekan kuat ego dan perasaanku untuk tidak menemui Slafisha dikarnakan protokol kerajaan yang melarang Raja untuk menyentuh rakyat.
Juga saat itu Turki baru pulih dan stabil dari masalah perekonomian yang melanda rakyat, diriku harus bepergian meunuju istana Yordania untuk melakukan beberapa perundingan. Maka aku meyuruh Jallen panglima setiaku untuk melihat dan mengawasi Slafisha.
Saat dimana kakek mu meninggal dan ayahmu menjadi Raja saat itu pula Slafisha melahirkan tapi naas Slafisha meninggal dan menitipkan Ayse pada tetangganya Khan, yang selama ini diketahui Ayse sebagai kakeknya. Padahal aku saat itu sudah berjanji pada diriku akan menjadikan Slafisha sebagai istriku, saat Ayse lahir aku bahkan tak bisa untuk sekedar melihatnya diriku dihantui rasa bersalah yang teramat shingga membuatku malu untuk sekedar melihtanya.
Tak berselang lama ayahmu mengetahui bahwa Slafisha telah meninggal saat melahirkan padahal ayahmu sudah bertekad akan menikahi Slafisha dan bertanggung jawab atas kehamilannya, ayahmu yang juga merasa gagal dan bersalah terus meyalahkan dirinya sendiri dan ibumu.
Aku tahu ibumu tak ada sangkut pautnya dengan Slafisha, luka dan kehilangan yang mendalam menjadikan ayahmu bertangan besi dan otoriter terhadap pemerintahannya, bahkan saat memilikimu sebagai penerus nya cinta ayahmu tak kunjung hadir pada ibumu.
Ibumu yang kerap kali merasa diacuhkan dan tak dihargai keberadaanya menyimpan dendam pada ayhmu dan Slafisha ia kemudian memerintahkan Sutan yang merupakan kasim kepercayaanya untuk mencari tahu keberadaan Ayse dan membunuhnya, tapi niat mereka telah tercium oleh ayahmu yang dibantu para Imortals ayahmu berhasil menggalkan rencana jahat ibumu.
Kemarahan dan rasa frustasi kian hari melanda ibumu dan puncaknya saat malam hari ibumu dengan nekat mengakhiri hidupnya dengan melocat dari menara Perisa. Sejak itu ayahmu makin tetutup dan semakin tirani tapi sayang karna beliau kekurangan istirahat dan perang terus-menerus untuk memperluas wilayah membuatnya terserang penyait dan akhirnya meninggal dunia"
Altan masih terdiam kaku ditempatnya, ia tak ingin mempercayayi semua yang didengarnya barusan. Masih dalam kekakuannya ia melihat pria tua yang merupakan Raja Turki masih termenung ditempatnya dengan mata yang terlihat berkaca-kaca. Altan berusaha memenjakan matanya yang sudah semakin berkabut menahan tanggis.
Bagaimanapun ibunya yang menjadi korban keogoisan ayahnya. Jika ayahnya tak memiliki kekasih mungkin ibunya masih hadir di dunia, jika ayahnya tak menyalahkan dirinya sendiri dan ibunya mungkin ibunya masih bernafas didekatnya.
Jika dan jika yang terus ia maki dalam hati.
Ayse selma, nama yang beberapa bulan terakhir mengisi hatinya. Haruskah ia mengorbankan kebahagiannya atau memcoba mengungkit masa lalu kelam dan membalas dendama atas ibunya yang jelas- jelas menjadi korban.
Ayse haruskah ia membalsnya? Fikirannya benar-benar kalut saat ini
**
“Yang Mulia anda baik-baik saja?”
Altan tersentak ditempatnya, matanya tak sengaja menatap manik Zaina yang terlihat cemas yang juga menatapnya. “Aku baik Zaina”
“Sebaiknya Yang Mulia beristirahat, malam sudah semakin larut”
“Bagaimana denganmu? Malam sudah hampir larut” balasnya terkekeh
Zaina terseyum kikuk ditempatnya, pandangannya menunduk menghindari matan Altan yang saat ini tengah mentapnya.
“Hamba melihat Yang Mulia, jadi hamba putuskan membuat teh dan mengantarkannya pada Yang Mulia”
“Baiklah sebaiknya kita istirhat, malam sudah semakin dingin dan larut”
“Bale Yang Mulia”
Kemudian tanpa berkata apapun lagi Zaina segera membungkuk hormat dan membalikan badanya menuju pintu keluar. Saat dirinya menyentuh daun pintu tiba-tiba sebuah tangan menyekal pergelan tangannya. “Yang Mulia”
“Zaina, temani aku malam ini tidur aku sedang tak ingin sendiri”
.
.
.
.
.
.
TBC
Sorry untuk update yang lama 😊
Beautful cover from @raadheya 😍
~Thank you ~
Salam manis edelwish93 😘
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top