Bagian 13 b

Kekehan sinis terdengar dari keduanya. Mereka sama-sama mentap dengan tatapan licik yang begitu kentara di wajah keduanya

"Ckk, disini seperti aku yang menjadi pesuruh dan kau menjadi tuan. Padahal kau tak memberi upah sedikitpun"

"Upahmu akan segera kau terima Khatab"
..............................

Altan memijit pangkal hidungnya kesal, kesepakatn dengan Sparta yang terang-terangan telah menyatakan kestiaanya dengan Yunani membuat Altan mau tak mau harus menahan diri untuk tak memukul pempinan Sparta. Genjatan senjta untuk sementara, hasil kesepakatan dengan bangsa Sparta

Ketukan dipintu membuatnya melirik siapa yang masuk keruangan pribadinya pada jam larut seperti sekarang. Dahinya mengernyit melihat siapa yang berkunjung kemudian seringai kecil tampak muncul diwajahnya

"Hormat hamba Yang Mulia, hamba membawa kabar tentang beberapa pemimpin klan di Sparta"

"Lanjutkan Thabit"

"Hamba mendapati beberapa diantara mereka, ada yang tak setuju bergabung dengan Yunani dan masih menyatakan kesetiaan pada Persia"

"Bukankah itu bagus?"

"Benar Yang Mulia, tapi hamba masih perlu menyelidiki jikalau ternyata itu adalah sebuah jebakan yang di buat Sparta"

"Aku selalu percaya pada kemampuanmu Thabit, jadi bagaiamana dengan para Imortals?"

"Hamba sudah menyiapkan kurang lebih dua ribu imortals yang siap menjadi pasukan bayangan. Tapi Yang Mulia, Kasim Sutan mendesak hamba agar kerabatnya diikut sertakan dalam perang melawan Sparta"

"Kerabat?"

"Bale Yang Mulia, kerabat yang tinggal di daerah Suez"

Altan tampak mengernyit dengan nafas yang mulai memberat, netranya masih tetap memnadang Thabit yang berdiri tak jauh darinya.

"Tidakah ini menurutmu terlalu aneh?"

"Hamba juga berfikir begitu Yang Mulia"

"ku serahkan itu padamu Thabit, sebagai pimpinan ganda aku tahu kau sangat cerdik, jadi buktikan padaku bahwa kau memang Hydarnes sejati"

.....................................

Sinar Rembulan tampak terang merambat melalui celah jendela. Malam disertai kedingianan memang umum terjadi di Persia, maklum Persia sebagain besar wilayahnya terdiri dari gurun pasir yang luasnya melebihi perairan.

Ayse masih berdiri mematung memperhatikan cahaya bulan dibalik jendela kamarnya. Meski suadah larut tapi tak sedetikpun dirinya bisa memenjamkan mata, pikirannya tengah bercabang.
Tentang fakta yang baru-baru ini menyeruak ke permukaan juga tentang perasaannya yang bimbang.

Dirinya menyadari sebagai perempuan seharusnya dirinya tak menyakiti kaumnya, sebut saja dirinya jalang tak tahu malu maka ia akan mengakui itu.
Seharusnya ia bersyukur masih tetap bernafas hingga saat ini juga hidup nyaman bak putri-putri kerajaan.
Tapi itulah manusia selalu tak pernah puas dan tak bersyukur atas apa yang didapatnya.

Ayse melirik kearah kalung ruby yang masih ia gengam keberadaanya, setelah ia tahu bahwa Panglima Jallen bukanlah ayahnya ia hanya tak tahu harus berbuat apa setelah semua yang ia ketahui. Sedari kecil tujuan hidupnya adalah bertemu dengan ayahnya dan hidup bahagia walaupun tanpa kehadiran ibundanya.

Tapi sekarang ia harus segera sadar dari harapan konyolnya dan mulai kembali menata hidupnya, dimulai dari Persia - Altan ia bertekad akan memulai kembali segalanya.

Walaupun terdengar egois tapi untuk saat ini dirinya akan berpura-pura tuli, biarlah untuk kali ini saja ia hanya ingin merasa dicintai dan disayangi oleh seseorang.

........................

Pagi yang cerah tiba di Persia, walaupun disertai panas yang menyengat tak mematahkan semangat para orang-orang yang terlihat berlalu lalang untuk melakukan aktivitas. Zaina terseyum menatap aktivitas orang-orang di atas menara Perisa, kegiatan yang baru-baru ini ia sukai.

"Yang Mulia Ratu"

"Panglima Thabit, bagaimana pagimu hari ini?"

"Cukup baik Yang Mulia"

Ziana hanya mengangguk mengerti kemudian mengarahkan kembali tatapannya pada orang-orang yang di Susa yang masih terlihat bersemangat dengan serangkain aktivitasnya.

"Panglima Thabit bagimana keadaan ayahanda?"

"Keadaannya cukup membaik Yang Mulia"

"Terimakasih"

"Sudah menjadi tugas hamba Yang Mulia"

Selama tiga hari yang lalu Thabit memang diugaskan Altan untuk berkujung ke Iran dan negara-negara lain yang akan menjadi sekutunya untuk melawan Sparta dan Yunani.

"Mereka tampak sejahtera"

"Benar Yang Mulia, untuk urusan pangan dan perekonomian Yang Mulia Raja langsung yang mengatasinya"

"Tidak salah ia diberi gelar Darius tiga"

................................

"Yang Mulia?"

"Ada apa Sutan?"

"Raja Turki datang berkunjung, beliau ingin menawarkan beberapa hal"

"Suruh dia masuk"

Tak lama Sutan pun undur diri dan mempersilahkan pria senja yang masih trelihat berwibawa dan gagah diusianya yang sudah tak muda.

"Yang Mulia Raja Altan"

"Kujungan mendadak, jadi katakan langsung maksud dan tujuanmu pak tua"

"Sungguh anak muda yang tak sopan. Baiklah nak, diriku ingin melakukan beberapa diskusi mengenai beberapa hal khususnya mengenai seorang sandera yang masih tinggal di Persia"

"Maksudmu Ayse?"

"Tentu saja, aku akan membayar berapapun untuk membawanya kemabli ke Turki"

Altan terkekeh sambil menatap remeh ke arah Raja Turki yang masih terseyum ditempat. "meski kau membayar dengan nyawamu aku tak akan pernah melepasnya"

Keheningan tercipta diantara keduannya, mereka masih saling menatap dalam keheningan. Hanya helaan nafas yeng terdengar diantara keduanya, tak lama ketukan pintu memecah keheningan diantara keduanya

"Mohon maaf Yang Mulia menganggu"

"Lanjutkan Thabit"

"Yang Mulia terusan Suez dan juga sebagain dari sungai Tigris telah dikuasai musuh. Dari laporan yang hamba dapat mereka menyerang saat malam hari melalui air dan diperkirakan mereka akan menuju laut merah yang kemudian akan membawa mereka menuju Susa"

"Bajingan, rupanya para tetua Sparta telah melakukan kesalahan.Thabit siapkan para Imortals menuju Persepolis malam ini dan kirim lima imortals untuk menyelinap melalui Thermopylae"

"Bale Yang Mulia, saya mohon undur diri"

"Kau cukup pintar mengatur strategi nak"

"Tentu saja, jika aku lemah mana mungkin bisa menjadi pemimpinmu"

Kekehan khas dari Raja Turki terdengar memecah sunyinya ruangan. Altan berdecak kesal sambil menatap pria senja yang masih terkekeh di tempatnya.

"Sepertinya kau hanya mengandalkan para Imortals dan panglima perangmu itu"

"Kita sedang tak membahas bawahanku pak tua, sebenarnya apa keinginanmu di akhir hidupmu yang mungkin tak lama lagi?"

"Cukup sederhana, aku hanya ingin menghabisi masa tuaku dengan tenang dengan anak-anak dan juga istriku. Tapi sebelum itu terwujud aku harus menebus kesalahanku dan membawanya pergi dari Perisa"

"Jangan berbelit pak tua, kau tahu aku tak suka dengan teka teki"

"Ah, dan juga aku ingin menawarimu sebuah kerjasama"

"Kerjasama? Kau tahu aku sedang menghadapi perang dengan para Gadiator"

"Aku akan membantumu dengan pasukan gajah, kau pasti tahu pasukan gajah milik Turki adalah yang terbaik"

"Terdengar menguntungkan"

"Tapi sebelum itu aku ingin kau melepaskan Ayse untukku"

"Sudah kukatakan aku tak akan melepaskannya meskipun jaminannya nyawamu, kecuali kau memiliki alasan yang cukup untuk membuatku yakin dan melepaskannya"

"Bagaimana jika ku katakan Ayse adalah putriku"

Altan terkekeh ditempatnya, tangannya ia gunakan untuk menyangga kepalanya yang masih nyaman menyender ke kepala sigasananya.

"Ckk, kau fikir aku akan percaya dengan ucapan konyolmu. Ayse adalah putri panglima hebatmu pak tua"

"Jallen? Ia hanya menjadi perantara, kenyataannya Jallen adalah ayah dari Khatab"

"Gurauan mu sungguh tak menarik"

"Ayse Selma, bagaimana jika kuceritakan sesuatu untukmu dibalik nama itu?"

Saat itu juga tubuh Altan menegang dengan tatapan yang masih menajam kearah pria senja yang masih terseyum di tempat duduknya.

"Selma?"
.
.
.
.
.
.

TBC

Maaf untuk part yang jauh dari harapan Kalian. Selamat malam minggu 😊

Beautiful cover by @raadheya 💞

Salam Manis edelwish93 😘

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top