Bagian 13 a
“Kau dekat dengan mendiang ibuku sedari kecil, apa ibuku pernah bercerita sesuatu padamu?”
“Seingat hamba Yang Mulia Ratu Alplaera banyak bercerita pada hamba, jadi cerita mana yang anda maksud Yang Mulia?”
“Selma?”
Zaina tersentak sejenak, sebelum matanya menatap mata Altan dengan ragu
......................
“Yang Mulia itu”
“Cepat beritahu aku Zaina”
Zaina menatap Altan ragu, haruskah ia membuka kembali ingatan masalalu yang sempat diberitahu Ratu terdahulu. Ia menatap Altan sekali lagi dengan perasaan bimbang
“Yang Mulia Ratu Alpaera pernah bercerita bahwa beliau menghawatirkan seseorang bernama Selma. Beliau juga sering terlihat merenung di taman istana”
Altan menatap Zaina tajam, ia hanya sedikit bingung dengan pernyataan Zaina tentang selma yang selama ini selalu menjadi rahasia di Persia. Entah dosa atau jasa apa yang telah orang itu perbuat hingga segala tentang dirinya menjadi rahasia seluruh istana dalam.
Dan hal itu yang membuat Altan khawatir. Semenjak mimpi-mimpi aneh tentang ibundanya hadir secara berkala di setiap malam, dirinya selalu resah tentang suatu hal. Dirinya mulai tidak tenang dengan dugaannya yang mengarah pada perempuan asal Turki yang belakangan ini menjadi pusat perhatiannya.
Lama keduanya termenung dengan pikiran masing-masing, sesekali terdengar helaan nafas lelah dari keduanya. Ketukan dipintu menyadarkan keduanya, Altan buru-buru mengerjap dan kembali duduk di singasananya menanti seseorang di balik pintu
“Hormat hamba Yang Mulia”
“Berita apa yang kau bawa Thabit?”
Thabit tampak menghela nafas kemudian melirik Zaina – Ratunya yang masih berdiri di sebrangnya dengan menunduk kemudian tatapannya kembali beralih pada atasan nya yang masih duduk dengan arogan menunggu suaranya.
“Mohon maaf Yang Mulia, Nona Ayse telah kembali ke Istana”
“Tunggu aku diluar Thabit”
“Bale Yang Mulia”
Altan melirik Zaina yang masih diam menunduk di tempatnya dengan tangan saling bertautan. “Tunggu aku disini Zaina, masih banyak yang perlu kita biacrakan”
..............................
Taman istana Persia memang luas dan indah, ditemani cahaya matahari yang mulai keluar dengan malu-malu dari balik perbukitan yang memantul di permukaan pasir yang luas
Masih pagi hari, dan semua orang sudah tampak dengan kesibukannya masing-masing. Di bagian lainnya, jembatan yang menjadi penghubung gazebo istana dan taman istana berdiri sosok berjubah merah dengan rambut tergerai indah.
“Menunggu Lama?”
Seseorang berjubah merah itu mendongakkan kepalanya, dan menoleh ke samping. Dia tersenyum kecil dan menggeleng ke arah pria dengan wajah arsitocrat dan berbusana megah khas Raja.
Ayse – perempuan berjubah merah itu berjalan mendekat kearah Altan – Raja berwajah aristocrat dan terkesan arogan itu dengan pelan. Disebrang mereka banyak para penjaga yang hilir mudik berjaga demi keamana istana
Altan melihat kearah Ayse dan terseyum. “Akhirnya kau kembali”
Ayse mengangguk. Tentu saja dirinya sudah tak tahan bertemu dengan pria yang masih berdiri dihadapannya dengan seyuman yang masih menempel di wajah tampan nya.
Bagaiman jika Ayse ada hubungannya dengan mimpi-mimpi itu, dan bagaiman jika Ayse ternyata mengkhianatiya?
Altan buru-buru menggeleng dengan selintas pikiran konyolnya. Buru-buru ia dekap tubuh perempuannya dengan erat. “Kenapa?”
Altan menggeleng kemudian semakin membenamkan wajanya di pundak Ayse yang masih terheran dengan sifatnya.
“Kau lelah?”
“Tidak terlalu”
“Istirahatlah aku akan mengunjungimu nanti siang”
“Baiklah”
.....................................
Zaina tidak tahu sudah berapa lama ia berjalan mengitari ruang tempat kerja suaminya, menunggu Altan yang mungkin sudah melupakan ucapan tadi paginya.
Zaina berjalan mendekat kerah sebuah jendela yang mengarah langsung ke pusat kota Persia atau Susa, ramai orang-orang hilir mudik dengan berbagai aktfitasnya. Sekali lagi dirinya menghela nafas lelah.
Ketika sedang asik melihat pemandangan didepannya, pendengarannya tak sengaja menangkap langkah kaki yang mengarah padanya. Zaina tanpa ragu menolehkan kepalnya dan melihat Altan – suaminya tengah berjalan dengan kharismanya seperti biasa
Zaina melangkah menghampiri Altan yang suadah duduk diatas sigasananya dengan tangan menutup seluruh wajahnya. “Yang Mulia?”
“Hmm”
“Anda baik-baik saja?”
“hmm”
“Perlu hamba panggilkan pelayan untuk membuatkan teh hangat?”
“Tidak Zaina”
Kedua tangan yang menangkup wajah tampan itu akhirnya terlepas. Zaina mengerjapkan mata kemudian menunduk seperi biasa jika berhadapan dengan Altan.
Altan berdehem kecil dan kemudian mulai berbiacra. “Jadi ingatanmu tentang selma hanya seperti itu?”
“Tidak Yang Mulia, hamba ingat bahwa kasim Sutan pernah berbicara tentang selma kepada Yang Mulia Ratu terdahulu. Tidak begitu jelas apa yang mereka biacarakan karna hamba hanya mendengarnya selintas saat hamba sedang berkeliling menunggu ayah hamba yang sedang berdiskusi dengan Yang Mulia Raja Persia terdahulu”
“Sutan?”
“Bale Yang Mulia”
Altan berdecak tajam, dan kemudian berlalu pergi yang lagi-lagi meninggalkan Zaina tanpa sepatah katapun.
Zaina melirik kearah pintu yang tertutup dengan keras dibelakangnya, sesekali dirinya menghela nafas berusaha menghalau air mata yang mulai mengumpul di pelupuk matanya.
Rasanya sungguh sesak saat di panggil dan di ajak biacara hanya untuk tujan tertentu, lebih baik dirinya tak usah dipanggil jika seperti ini. Mungkin niat untuk tak mempedulikan Altan harus ia ulangi lagi dari awal.
.......................
Cuaca terik kembali datang di Persia, sinar Matahari tampak membakar kulit bagi siapa saja yang sedang berjalan diluar baguanan. Siang itu Susa seolah dibakar dengan panasnya sinar Matahari, kebanyakan orang-orang memilih untuk berteduh dibawah tenda-tenda pedagang.
Seorang pria bertudung hitam tampak berdiri gelisah ditempatnya. Sambil sesekali melirik kearah utara dimana gerbang yang menjadi penghubung Susa dengan Istana Persia berada. Tangannya tak berhenti mengusap peluh yang terus menetes dari dahinya
“Menunggu Lama?”
Suara dari belakangnya mengagetkannya, dirinya buru-buru menoleh kearah sumber suara itu dengan perasaan kesal. “Tentu saja Pak tua, kau ingin membakarku dibawah langit Persia yang semakin memanas?”
“Maafkan aku anak muda, sepertinya kau bukan orang yang sabaran”
Tawa sinis muncul dari Pria yang mengenakan tudung hitam itu, kemudian tangannya mencengkram pakaian pria tua itu yang tampak terkejut ditempatnya
“Jangan permainkan aku, sialan”
“Tenang anak muda, jika emosi mu cepat tersulut seperti ini maka rencana kita tak akan pernah berhasil”
Pemuda itu berdecak kemudian melepaskan cengkramannya dengan sedikit kasar. “Perintah apa lagi kali ini pak tua?”
“Sepertinya Yang Mulia Raja mulia menyelidiki selma”
“Rupanya dia bergerak cepat”
“Bagaimana dengan rencanamu, apa berhasil?”
“Ckk, dia sangat keras kepala bahkan saat ku bujuk pun dirinya tetap tak mau”
“Kau memang payah”
Kekahan terdengar dari keduanya, “Kita sama pak tua. Kau juga sama payahnya tak bisa mencegah Raja arogan itu”
“Baiklah sepertinya kita harus menggunakan rencana utama kita. Kau tunggu perintah dari ku selanjutnya”
Kekehan sinis terdengar dari keduanya. Mereka sama-sama menatap dengan tatapan licik yang begitu kentara di wajah keduanya
“Ckk, disini seperti aku yang menjadi pesuruh dan kau menjadi tuan. Padahal kau tak memberi upah sedikitpun”
“Upahmu akan segera kau terima Khatab”
.
.
.
.
.
.
TBC
Maaf buat update yang lamaaaaa
Aku tau banyak dari kalian yang kecewa karna lama. Kalo di HAI emang hari ini jadwal ku update😢
Maaf buat part yang gk panjang dan memuaskan. Untuk seminggu kemudian di hitung dari minggu aku gk bakal update soalnya senin mau UKK mohon doanya teman2 🙇
Eh terus aku mau nanya, klo misalkan ku cepetin ini end terkesan di paksain gk? Aku mau saran dari kalian dong pilih di cepetin atau end dengan part yang agak banyak biar gak terkesan di paksaain
Ok sekian cuap-cuap gak jelasnya 😆
Beautiful cover by @raadheya
Salam manis edelwish93
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top