Bab 1
Karya ini merupakan cuplikan cerita "Detektif Zhou Zhi Xia" milik grup penulisan Magnificent_Universe yang telah dijual dalam versi cetak.
Pencipta / penulis @benitobonita
Seorang pemuda berusia lima belas tahun yang berpakaian hanfu abu-abu dengan kualitas kain terbaik, keluar dari rumah mewah bertingkat dua yang terletak di kawasan elite Kota Shen Zhen.
Udara terik bulan Juni, membuat Li Lu Bei mengibas-ibaskan kipas dan mengeluh kepada pelayan laki-lakinya yang setia mengekor. "Panas sekali ..., aku tidak tahan .... A Cai, bagaimana kalau kita mencari minuman dingin di kedai makan?"
Pemuda yang umurnya lebih muda satu tahun ini langsung mengangguk. "Usul yang bagus, Tuan Muda Li. Saya dengar ada restoran baru di dekat Rumah Bordil Hong Hua Lou. Kita harus mencobanya."
Alis kanan Li Lu Bei terangkat sebelah. Dia menutup kipas kertasnya dan memukul kepala pelayan itu. "Dasar Mesum, kau ingin mencari kesempatan untuk melihat gadis-gadis itu, 'kan?!"
"Tuan Muda jangan berprasangka yang tidak-tidak, saya memang mendengar masakan dari rumah makan itu sangat lezat," bantah sang pelayan sambil berusaha melindungi kepala dengan kedua tangan. "Tolong berhenti memukuli saya."
Li Lu Bei mendengkus kesal dan kembali melebarkan kipas. "Baiklah, awas kalau kau berbohong. Aku akan meminta pengawal untuk memukul kakimu dengan kayu."
"Saya tidak berani," jawab A Cai sambil mengusap-usap batok kepalanya. "Tuan Muda, tunggu di sini, saya akan siapkan tandu."
"Yah, cepatlah …. Terlalu panas, aku bisa pingsan kalau kelamaan di bawah terik matahari. Li Lu Bei berjalan menuju pohon rindang yang berada di dekat gerbang merah rumah miliknya, lalu duduk di atas kursi batu yang memang diletakkan di sana.
"Baik, Tuan Muda." Pelayan itu bergegas mencari empat pelayan lain untuk memanggul tandu.
*****
Perkataan A Cai tidak salah, makanan olahan dari kedai makan yang terletak di seberang Rumah Bordil Hong Hua Lou memang sangat lezat. Empat buah piring di hadapan Li Lu Bei dan pelayannya yang sebelumnya menyajikan jenis menu yang berbeda, hampir bersih tanpa sisa.
Li Lu Bei baru saja menyantap bebek panggang yang dioles oleh madu dan merasa sangat puas. "Kita harus memberitahu, Ibu. Makanan ini adalah kesukaannya."
Alis Li Lu Bei bertaut kebingungan ketika tidak ada tanggapan dari A Cai. Pemuda itu ternyata sedang terbengong, menatap ke arah balik punggung tuannya, tempat rumah bordil berada, dengan sumpit masih berada di dalam mulut.
"Dasar, Pelayan Mesum!" Li Lu Bei mengambil kipas kertasnya yang berada di sebelah mangkok nasi dan memukul kepala Acai. "Berhenti melihat mereka!"
"Aduh, Tuan Muda!" seru Acai terkejut. Sumpit kayu yang digenggamnya terjatuh seketika ke atas lantai.
"Mesum! Dasar Mesum! Aku akan melaporkan kelakuanmu ke Ibu! Biar dia menghajarmu!" ancam Li Lu Bei kesal. Sebuah pukulan kembali dia layangkan ke kepala pelayannya.
"Tuan Muda! Berhenti memukuli saya!" rengek Acai sambil melindungi kepalanya dengan kedua tangan. "Saya hanya terkejut karena melihat Tuan Li di sana."
Tangan Li Lu Bei yang hampir melayang turun, seketika berhenti di udara. Pemuda itu sontak memutar kepala dan matanya terbelalak akibat terkejut.
Seorang pria paruh baya, berusia sekitar lima puluh tahun, yang mengenakan hanfu biru gelap, terlihat sedang melihat jalanan dari balkon salah satu kamar rumah bordil itu. Dia memeluk seorang wanita cantik yang dipastikan seorang Kembang dari rumah pelacuran itu.
"Tuan Muda! Jangan!" seru Acai ketakutan saat Li Lu Bei bangkit berdiri dan hendak berjalan ke arah ayahnya berada. "Nyonya melarang Anda ke tempat itu! Dan Tuan Li bisa menghajar Anda di depan orang-orang!"
Li Lu Bei langsung kembali menghempaskan bokong ke atas kursi dan berdecak kesal. Kelakukan ayahnya semakin hari semakin mengesalkan. Dia sudah terlalu sering melihat sang ibu menangis karena sifat mata keranjang Bandot Tua itu.
"Tuan Muda, bagaimana kalau kita pergi melihat-lihat saja," usul Acai, berusaha menenangkan hati majikannya. "Saya mungkin kita bisa membelikan Nyonya beberapa barang yang menarik."
"Bayar tagihannya." Li Lu Bei bangkit berdiri dan pergi dengan wajah masam. Rasa lezat yang sempat tercicip oleh lidah pemuda itu mendadak hilang dan digantikan oleh rasa hambar.
*****
Pertengkaran kembali terdengar dari kamar tidur orang tua Li Lu Bei. Jeritan Nyonya Li dan teriakan suaminya saling bersahut-sahutan.
Li Lu Bei berguling di atas ranjang sambil menutupi telinga dengan kedua tangannya. Sudah tiga bulan berlalu sejak dia menangkap basah Li Tua dia rumah bordil itu dan sekarang ayahnya akan membawa pulang sang pelacur untuk dijadikan istri kedua.
Tiba-tiba semuanya hening. Jantung Li Lu Bei hampir berhenti berdenyut. Pria tua itu pasti baru saja memukul ibunya.
Air mata mengalir turun dari mata Li Lu Bei yang terpejam. Namun, dia langsung menghapusnya. Laki-laki tidak boleh menangis karena itu sama sekali tidak keren. Pemuda itu mencoba tidak memikirkan pertengkaran yang baru saja terjadi dan berusaha untuk terlelap.
*****
Tertarik membaca lebih? Hubungi +6281372054449 untuk pembelian.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top