Perjuangan Conan untuk Mendapatkan Skateboard Gratis

Ayo goyang dumang
Biar hati senang
Pikiran pun tenang
Galau jadi hilang

Ringtone handphone Conan berbunyi. Ada seseorang yang meneleponnya.  Conan menatap layar handphone-nya. Ternyata Profesor Agasa yang meneleponnya.

Pip! Conan menjawab teleponnya.

"Halo? Kenapa, Prof?"

"Shinichi! Apa kabar?"

"Biasa... kecil."

"Hahahaha! Lucu banget kau. Oh, ya, hari ini bisa ga datang ke rumahku?"

"Ngapain? Ga ada ongkos."

"Datang aja. Setelah ini, dijamin kamu ga perlu pake ongkos kalau mau kemana-mana."

Sejujurnya, kalimat tersebut membuat Conan tertarik.

"Baiklah, Prof. Aku akan datang."

Conan pergi ke dapur dimana Ran sedang memasak makan siang.

"Kak Ran! Aku mau main ke rumah Profesor Agasa."

"Oke. Jangan pulang terlalu malam."

"Baik, kak. Aku pergi dulu!"

Conan bergegas ke rumah Profesor Agasa. Ia tidak sabar melihat hal apa yang ingin ditunjukkan Profesor Agasa yang bisa membuatnya menghemat ongkos.

Tak lama kemudian, Conan sampai di rumah Profesor Agasa.

"Profesor Agasaaaa!! Main yuuuk!!!" teriak Conan begitu sampai di depan rumah Profesor.

Profesor Agasa membuka pintu. "Shinichi, ngapain teriak begitu kayak anak kecil mau ngajak main temennya aja. Oh, ya, kamu kan kecil."

Lalu Profesor Agasa mendapatkan tendangan keras di kakinya.

"Lalu, ngapain Profesor manggil aku ke sini?" tanya Conan begitu dia masuk ke dalam rumah.

"Aku mau menunjukkan sesuatu. Tunggu ya!" Profesor Agasa langsung berlari ke laboratorium bawah tanah. Terdengar suara rusuh karena Profesor sepertinya sedang mencari sesuatu.

Tak lama kemudian, Profesor kembali.

"Jreeenggg!!! Lihat ini!! Barang ciptaanku!" seru Profesor Agasa menunjukkan skateboard berwarna hijau-kuning.

"Apaan papan itu? Ah, paling gak berguna," keluh Conan sambil menghempaskan tubuh kecilnya ke sofa.

"Heh! Jangan begitu. Aku belum menjelaskan. Ini adalah skateboard otomatis bertenaga surya. Kamu tinggal berdiri di atas papan ini, lalu menekan tombol on ini, dan skateboard ini akan langsung berjalan sendiri sesuai yang kamu inginkan! Kecepatannya juga lumayan, bisa sampai 40 km/jam. Kamu kan jago main skateboard, makanya pasti benda ini akan berguna buatmu dan bisa mengurangi ongkos," Profesor Agasa menjelaskan barang ciptaanya seperti seorang sales.

"Hmm... aku lumayan tertarik," gumam Conan sambil mengelus-elus dagunya.

"Pasti kamu akan tertarik. Skateboard ini bisa membantu banyak dalam penyelidikan, bahkan mengejar pelaku yang kabur naik kendaraan!"

"Wow! Hebat! Tunggu dulu! Itu bertenaga surya? Berarti... aku cuma bisa pakai di siang hari? Haaah... tidak berguna," cibir Conan.

"Heh. Lagipula kamu gak akan keluar rumah malam-malam, kan dilarang sama Ran," balas Profesor Agasa.

"Iya sih..."

"Nah, kamu mau apa gak? Gratis nih."

"Hmm... Mau! Akan kuterima skateboard itu!" seru Conan. Ia berlari mendekati Profesor berusaha meraih skateboard yang ada di tangannya.

"Eit! Eit! Eit! Ada syaratnya, anak muda!" kata Profesor Agasa.

"Apa? Katanya gratis?!"

"Memang. Tapi syaratnya bukan uang kok. Syaratnya adalah kamu harus menjawab pertanyaanku. Dengan kata lain, kuis!"

"Oooh... Tenang saja. Aku pasti akan menjawabnya dengan tepat."

"Benarkah? Baiklah... Pertama, berikan handphone-mu. Kamu tidak boleh browsing di internet."

"Baiklah..." Conan menyerahkan handphone-nya.

"Bagus. Sekarang jawab pertanyaanku."

Conan menunggu dengan penuh harap.

"Sebutkan..."

"Ya?"

"Nama-nama ikan! 5 saja!"

"Hah? Ikan?" Conan bingung.

"Iya. Sebutkan nama-nama ikan. 5 saja."

"Uuh... remeh sekali pertanyaannya. Ikan mujair, ikan bandeng, ikan koi, ikan lele, ikan emas," jawab Conan langsung.

"Salah!!" seru Profesor Agasa.

"Hah?! Kok salah?! Itu kan nama-nama ikan!" Conan protes.

"Tidak semudah itu, Ferguso," kata Profesor Agasa dengan sombongnya. "Ada misteri di balik pertanyaan itu dan kau harus memecahkannya."

"Tch!" Conan berdecak kesal.

"Nah, kamu bisa menjawab kapan saja. Aku akan sabar menunggu. Oh, ya, handphone-mu kutahan sampai kamu bisa menjawab pertanyaanku." Profesor Agasa berusaha menahan tawa. Ia senang karena bisa membuat Conan berwajah bingung.

"Jangan dijual!" sahut Conan.

"Gak akan kujual. Aku janji," balas Profesor Agasa.

Conan pulang ke Kantor Detektif Mouri dengan perasaan kesal.

"Huh! Misteri macam apa itu? Bisa-bisanya aku salah menebak kuis aneh Profesor Agasa!" keluh Conan. Tak sengaja ia membanting pintu saat ia masuk ke dalam rumah. Conan langsung takut kalau Ran akan memarahinya karena membanting pintu. Tetapi, untunglah Ran masih asyik memasak.

"Aku pulaaang!!" seru Conan dengan suara imutnya.

"Selamat datang, Conan! Mainnya udah? Cepat amat," kata Ran dari arah dapur.

"Iya, kak. Tadi ke rumah Profesor Agasa cuma karena dia memanggilku. Urusan sudah selesai jadi aku pulang, deh."

"Oh, begitu..."

______________________________________

Malam hari, Kogoro sedang asyik menonton TV. Conan memutuskan untuk meminta pendapatnya tentang misteri nama-nama ikan itu.

"Paman..."

"Apa?" Kogoro tidak melepaskan perhatiannya dari TV.

"Boleh tanya sesuatu?"

"Nanya apa? Oh, ya, ngomong-ngomong di mana Ran? Daritadi gak kelihatan."

"Kak Ran di dapur."

"Ooh, lagi masak ya. Tadi mau nanya apa?"

"Paman, sebutkan nama-nama ikan!" seru Conan.

"Hah? Ngapain tiba-tiba? Kamu lapar?" tanya Kogoro. Tetapi pandangannya sama sekali tidak terlepas dari TV.

"Ayolah, paman... Sebutin aja."

"Hmm... Ikan mujair, ikan bandeng, ikan koi, ikan lele, ikan emas..."

"Jawabannya sama denganku. Sudah kuduga paman ini tidak bisa diandalkan," gumam Conan.

"Hah? Kamu bilang apa?" tanya Kogoro.

"Tidak! Bukan apa-apa! Aku mau mengerjakan PR dulu!!" Conan langsung berlari ke kamar.

______________________________________

Hari ini Conan dapat giliran piket di sekolahnya, SD Teitan. Tugas piket mencakup membersihkan kelas dan merawat hewan-hewan peliharaan kelas seperti ayam, ikan, kucing, anjing, kambing, dan beruang. Sialnya, hari ini Conan harus piket bareng Ayumi, gadis yang sangat bucin terhadapnya.

"Senangnyaaa bisa piket sama Conan!" Ayumi bergelantungan di tangan Conan.

"Ayumi, bisa lepaskan tanganku? Aku tidak bisa bersih-bersih," kata Conan.

"Conan, ga perlu malu-malu..." kata Ayumi manja.

"Anak kecil sialan!!" rutuk Conan dalam hati.

Tetapi untungnya lama-lama Ayumi berhenti bergelantungan di tangan Conan karena harus membersihkan kelas juga. Saat Conan asyik menyapu lantai, matanya tertuju pada akuarium yang berisi 5 ekor ikan emas.

"Ikan... Oh, iya, kelas ini kan memelihara ikan emas," pikir Conan.

"Conan, ngapain kamu ngeliatin Esmeralda, Fulguso, Barbara, Marimar, dan Santiago?" tanya Ayumi.

"Hah? Esme... apa? Siapa mereka?"

"Ikan-ikan itu," Ayumi menunjuk akuarium. "Itu nama-nama mereka."

"Hah?!" Conan terperanjat. "Namanya sangat... unik. Siapa yang ngasih nama?"

"Bu Kobayashi!"

"Bu Kobayashi penggemar telenovela ya...?" gumam Conan.

"Iya. Katanya Bu Kobayashi punya DVD Blu-ray telenovela," kata Ayumi.

"Nama... Misteri yang dikatakan Profesor Agasa... Nama-nama ikan... Nama... Ah!! Jangan-jangan...!!!" Conan seperti mendapat suatu ilham.

"Ada apa, Conan? Kok bengong aja? Nyapu lagi yuk," kata Ayumi.

"Ayumi!! Beri tahu aku lagi nama-nama ikan itu!!" sahut Conan sambil memegang kedua pundak Ayumi.

"Conan... wajahmu dekat sekali..." bisik Ayumi. Wajahnya memerah, tapi dia kegirangan.

"Ah, maaf," Conan menjauh. "Beri tahu nama-nama ikan itu."

"Namanya Esmeralda, Fulguso, Barba-"

"Tunggu sebentar! Aku ambil handphone-ku dulu buat nyatet," kata Conan sambil merogoh sakunya. "Lho, mana handphone-ku? Oh iya... Profesor Agasa menahan handphone-ku!"

Lalu Conan membuka tasnya dan mengeluarkan buku catatan dan pensil.

"Sebutkan lagi nama-namanya," pinta Conan.

"Esmeralda, Fulguso, Barbara, Marimar, dan Santiago," jawab Ayumi. Sementara Conan mencatat.

"Terima kasih, Ayumi! Oh, ya, aku mau bolos piket. Gantikan aku ya!" kata Conan sambil mencubit pipi Ayumi.

"I-Iya..." Ayumi seperti terhipnotis. Hatinya berbunga-bunga.

Conan langsung pergi meninggalkan sekolah dan langsung pergi ke rumah Profesor Agasa.

Sesampainya di rumah Profesor Agasa

"Prof!! Proooff!!!" seru Conan sambil membuka pintu dengan keras.

"Apa?!" sahut Profesor Agasa yang sedang sibuk memainkan handphone Conan.

"Aku tahu jawabannya!"

"Jawaban apa?" tanya Profesor Agasa tanpa mengalihkan perhatiannya dari handphone Conan.

"Woy! Masa' lupa sama kuis sendiri?"

"Oh, itu..." Profesor Agasa meletakkan handphone Conan di atas meja dan menatap Conan. "Jadi, kamu sudah yakin bisa menjawab kuisku?"

"Sudah dong!"

"Kalau begitu, apa jawabannya?"

"Jawaban nama-nama ikan... Esmeralda, Fulguso, Barbara, Marimar, dan Santiago!!" seru Conan dengan penuh percaya diri.

Profesor Agasa hanya diam.

"Itu nama-nama ikan emas yang dipelihara kelasku!" lanjut Conan.

"Tch!" Profesor Agasa berdecak kesal. "Selamat, Shinichi! Kamu benar!! Nah, silakan ambil skateboard-nya..."

"Yeey!!" seru Conan sambil melompat-lompat kegirangan.

"Jawabannya tepat kalau kamu menyebutkan nama. Nama apapun. Karena nama-nama ikan yang aku maksud adalah nama-nama ikan yang diberikan pemilik ikan yang memelihara ikan tersebut," ujar Profesor Agasa.

"Sudah kuduga," kata Conan sambil mengelus dagunya. "Kalau gitu, kenapa Profesor menahan handphone-ku?"

"Oh... itu cuma karena aku pengen main Pou di handphone-mu," jawab Profesor Agasa sambil cengengesan.

"Dasar! Jadi, mana skateboard-nya?" tanya Conan dengan tidak sabar.

"Tuh, ambil saja. Ada di dekat TV," tunjuk Profesor.

Conan langsung mengambil skateboard barunya dan langsung mencoba satu putaran di dalam rumah Profesor Agasa. Ia menabrak banyak barang-barang.

"WOY!!!" seru Profesor Agasa marah.

Conan langsung kabur dengan skateboard-nya yang baru.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top