Mission Impossible
Hari ini Gin dan Vodka mendapat misi baru dari bos mereka, Ano Kata. Misi yang sangat penting dan rahasia. Sebenarnya Gin dan Vodka sangat enggan melakukan misi ini. Tetapi, ini perintah bos. Harus dilakukan.
Saat ini Gin dan Vodka sedang dalam perjalanan ke tempat mereka akan menjalankan misi. Seperti biasa, Vodka yang menyetir.
"Kak, kakak yakin kita akan melakukan misi ini?" tanya Vodka.
"Kamu tahu kalau sebenarnya aku sangat tidak ingin melakukan misi ini," jawab Gin dingin.
"Aku juga... Tapi, kenapa Ano Kata menyuruh kita melakukan misi ini... Kan masih ada yang lain yang lebih pantas. Nah kita..." Vodka mulai menghantamkan kepalanya ke setir.
"Vodka, fokus menyetir," kata Gin. "Aku juga tidak mengerti. Padahal dia bisa melakukannya sendiri. Tapi, karena dia yang menguasai gaji kita, apa boleh buat, tidak bisa kita tolak."
"Ingin nangis..." ucap Vodka dengan lirih.
"Sama..."
Beberapa menit kemudian mereka sampai di tempat mereka akan melakukan misi mereka. Sebuah restoran keluarga.
Gin dan Vodka masuk ke restoran keluarga itu. Restoran itu lumayan ramai karena kebetulan sedang jam makan siang. Banyak orang tua yang membawa anak mereka untuk makan siang.
"Ra-Ramai sekali..." Vodka semakin gentar menjalankan misinya.
"Tenang, Vodka. Kita bersama dalam hal ini. Sebaiknya kita cepat selesaikan misi ini dan pulang," Gin menepuk pundak Vodka.
"Kalau kita mati... Kita mati bersama."
"Benar."
Mereka melangkah menuju counter pemesanan. Mereka mendengar beberapa pengunjung berbisik-bisik membicarakan mereka.
"Ma, orang itu kok rambutnya panjang sekali? Dia cowok atau cewek?" tanya seorang anak kecil.
"Hush! Jangan bicara seperti itu. Sudah sana bermain di perosotan!" Ibunya menarik tangan anaknya.
Tetapi anak itu menatap Gin terus dengan tatapan heran. Gin kesal lalu ia memelototi anak itu. Anak itu pun menangis ketakutan.
"Kak, sabar..." ucap Vodka pelan.
"Hm," Gin hanya membalas dengan dengusan kecil. Ia berusaha menahan kekesalannya dan rasa ingin membunuh anak itu.
Sekitar 10 menit kemudian, Gin dan Vodka mendapat gilirannya.
"Selamat datang. Mau pesan apa, Tuan?" tanya si pelayan.
Dengan tampang seram, Gin berbisik pada pelayan itu, "Kecilkan suaramu. Jangan berkata apa-apa dan langsung kasih barangnya."
"Uh... Uh... Baiklah. Mau pesan apa?"
"Um... Aku mau... Um..." Gin terdengar ragu.
"Ya? Mau pesan apa? Katakan saja."
"Um... P-Pesan... P-Pa..."
"Ayo, kak! Kuatkan dirimu!" Vodka menyemangati Gin.
"Uh..." Gin menekan kepalanya.
"Mau pesan apa, Tuan? Anda menghambat antrian," kata pelayan itu.
"Diam!" bentak Gin.
"B-Baik... Jadi, mau pesan apa?" Pelayan itu mengecilkan suara.
"P-Pa... Pa..." Gin terbata-bata lagi.
"Ya?"
Gin mengisyaratkan agar pelayan tersebut mendekatkan telinganya. Lalu ia membisikkan pesanannya.
"Satu Paket Unicorn Khusus Anak-Anak dengan tambahan telur dadar lembut dan untuk hadiahnya boneka Rainbow Unicorn edisi terbatas," bisik Gin.
"Baik," kata pelayan. "Itu saja?"
Gin mengangguk.
"SATU PAKET UNICORN KHUSUS ANAK-ANAK DENGAN TAMBAHAN TELUR DADAR LEMBUT!! OH, YA, HADIAHNYA TOLONG AMBILKAN BONEKA RAINBOW UNICORN EDISI TERBATAS!!!" seru pelayan itu ke arah dapur.
"Kamu...!!!" Gin marah. Wajahnya memerah karena malu.
"Kak, sabar! Tahan dirimu!" Vodka menarik lengan Gin sebelum ia mengeluarkan Beretta dari sakunya.
"Tch!!!"
Terdengar kasak-kusuk pengunjung restoran.
"Lihat, dua bapak-bapak itu ternyata pesan menu anak-anak. Padahal penampilannya mengerikan begitu."
"Iya, kita memang tidak boleh menilai dari penampilan saja."
Gin mendelik ke arah suara kasak-kusuk itu. Tapi percuma, mereka tetap kasak-kusuk membicarakan Gin dan Vodka.
Gin melepas topinya dan menutup wajahnya dengan topinya karena merasa malu. Vodka menepuk-nepuk punggung Gin.
Beberapa menit kemudian, pelayan datang membawa pesanan mereka.
"Ini pesanannya. Satu Paket Unicorn Khusus Anak-Anak dengan tambahan telur dadar lembut dan hadiahnya boneka Rainbow Unicorn edisi terbatas," kata pelayan itu.
"Terima kasih. Ini uangnya," kata Vodka sambil menyerahkan sejumlah uang. Setelah itu, mereka berdua langsung kabur dari tempat yang memalukan itu.
"AAAAAGHHHH!!!! BOS SIALAN!!! KENAPA DIA MEMBERI KITA MISI UNTUK MEMBELI MAKANAN MEMALUKAN ITU??!! KENAPA HARUS KITA???!!" teriak Gin sambil menggebrak dashboard mobil.
"Ugh! Mana pelayan itu berisik sekali! Kalau aku tidak menahan kesabaranku, dahi pelayan itu sudah berlubang!!" seru Vodka sambil menyalakan mobil.
"Cepat pergi dari sini."
"Baik kak..."
Vodka langsung menjalankan mobilnya dengan cepat. Kembali ke markas mereka.
Sesampainya di markas, mereka berjalan ke kamar dimana bos mereka menunggu. Mereka harus melewati banyak pemeriksaan sidik jari dan metal detector. 1 jam kemudian, mereka sampai di dalam kamar bos mereka, Ano Kata.
Kamar itu banyak boneka unicorn warna-warni yang terpanjang di rak-rak. Sepertinya Ano Kata sangat suka mengoleksi boneka unicorn.
"Bos, kami sudah kembali," kata Gin.
"Selamat datang! Mana pesananku?" tanya bos.
"Ini," Gin menyerahkan pesanannya.
"Aaaaa!!!! Rainbow Unicorn!! Akhirnya koleksiku lengkap!!!" seru Ano Kata. Ia berputar-putar kegirangan memainkan boneka unicorn-nya.
"Baik, kami permisi dulu ya, Bos..." kata Vodka.
"Iya! Terima kasih, ya!" sahut Ano Kata. Ia kembali sibuk dengan makanan dan mainannya.
Gin dan Vodka segera keluar dari kamar yang menyiksa mental mereka itu.
"Fyuuh... akhirnya selesai juga tugas memalukan ini," kata Vodka sambil mengelus dahinya.
"Kamu sih masih mending. Kamu pakai kacamata hitam, tidak seorang pun yang tahu wajah aslimu. Nah aku... Ugh... Aku ingin ganti muka," Gin menutupi wajahnya dengan topinya.
Vodka menepuk-nepuk punggung Gin untuk menghiburnya.
"Aku mau istirahat... Misi kali ini lebih melelahkan dari biasanya," ucap Gin pelan.
"Ya, kak. Aku juga. Kita harus istirahat banyak untuk menjalankan misi selanjutnya..."
Gin mengangguk pelan.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top