Chapter 8 : "Puzzle" Yang (Hampir) Lengkap

Sepertinya, apa yang dikatakan oleh Hendra jadi nyata. Karena, dua hari kemudian ada sebuah laporan di pagi itu bahwa ada seseorang telah menemukan bungkusan aneh lainnya. Laporan mengatakan kalau itu kemungkinan adalah potongan tubuh korban yang lainnya. Si pelapor langsung saja menyerahkannya pada kepolisian. Dan bagian tubuh itu langsung dibawa ke ruang autopsi.

Yoshi dan Pak Indra yang baru saja menerima laporan itu ketika mereka sedang berada di ruangan mereka. Setelah mendengarkan laporannya, langsung saja mereka bergegas menuju ke ruang autopsi. Tentunya setelah mengabari Hendra tentang penemuan yang baru saja dilaporkan itu.

Sesampainya mereka di ruang autopsi, mereka langsung saja disambut oleh Pak Dani yang sudah bersiap dengan penelitian mereka terhadap potongan lain tubuh korban tadi. Beliau dan timnya sudah siap siaga di sana. Setelah dua orang itu bergabung, langsung saja mereka mulai untuk mengamati si korban lebih jauh lagi.

"Nah, akhirnya kalian datang juga! Oh iya, Hendra di mana? Dia nggak ke sini ya?" Tanya Pak Dani.

"Ini masih jam sebelas pagi, pak. Jelas dia masih di sekolah. Dia pasti masih mengajar," Sahut Yoshi.

"Oh iya juga. Dia kan punya “pekerjaan regular” ya ..."

"Iya. Dia pasti ribet tuh. Minggu depan anak SMP mulai ujian kan?" Ujar Pak Indra.

Pak Dani mengangguk, "Oh iya, benar juga. Anak saya kan juga mau ujian ..."

Yoshi menggelengkan kepalanya atas respon Pak Dani tadi, "Ya ampun si bapak, tapi sudahlah. Tadi Hendra juga sudah kami kabari kok. Mungkin nanti siang dia akan ke sini, karena pesan saya tadi belum dibalas. Mungkin dia masih di kelas," Ujar Yoshi.

Pak Dani mengangguk, "Oke deh, itu masalah gampang. Yang penting, sekarang kalian sudah datang. Silahkan kalian periksa dulu deh itu kaki!"

Yoshi dan Pak Indra mengangguk, dan mereka mendekati tempat di mana potongan kaki korban berada, dan merekapun menelitinya. Setelah diamati, tidak ada suatu hal yang ganjil dari kaki tadi. Kakinya sendiri lengkap dari bagian paha ke bawah. Bahkan tidak ada jari kaki yang hilang sedikitpun. Lukanya sendiri tidak begitu banyak. Hanya terdapat beberapa bekas cambukan di sana. Setidaknya, kali ini bagian kakinya lengkap, tidak seperti kepalanya yang kehilangan telinga, atau lengan yang kehilangan tangannya kemarin.

“Tidak ada yang aneh sih. Oh iya, apa ada gambar seperti yang kemarin ada di bagian tubuh lainnya?” Tanya Pak Indra.

“Ada. Ini dia! Ada satu lagi yang kemarin ketinggalan, pas bagian lengannya datang. Saya lupa kasih ini ke kalian,” Ujar Pak Dani, lalu menyerahkan dua lembar kain yang memiliki gambar sama seperti sebelumnya.

Pak Indra mengambilnya, “Baiklah. Kita akan simpan ini.”

Mereka saling berpandangan satu sama lain, tapi momen hening di ruangan itu seketika terpecah. Karena tak lama kemudian, terdengar sebuah suara langkah yang terburu – buru di luar ruangan, yang suaranya makin lama makin dekat. Kemudian ada suara pintu yang di buka dengan kencang, sehingga menimbulkan bunyi gedubrak yang cukup nyaring. Hal itu jelas membuat semua orang yang ada di ruangan itu langsung menoleh ke arah pintu masuk.

Rupanya pintu yang di buka itu adalah pintu ruang autopsi. Di depan pintu itu kini muncul sesosok makhluk yang tampangnya merasa tidak berdosa. Siapa lagi, tidak lain dan tidak bukan makhluk itu adalah Hendra. Dia langsung saja merangsek masuk dengan santainya, dan kini sudah ada di sebelah Pak Indra. Kemunculannya membuat semua orang yang ada di ruangan itu jadi ingin menggelengkan kepalanya, karena kemunculan Hendra yang mendadak itu.

"Halo semuaaaaa ..." Sapa Hendra dengan ceria, kemudian dia melangkah ke dalam ruangan tersebut.

Kali ini dia menggunakan seragam yang berwarna kuning kecoklatan, dan juga jaket warna hijau plus ranselnya.

“Untung saja aku tidak pernah membiarkan ada gelas kaca atau barang pecah belah lainnya ada di meja yang bersebelahan dengan pintu. Aku tahu hal semcam itu kadang akan terjadi,” Ujar Pak Dani.

"Busyet dah ini orang! Aku kirain juga siapa, rupanya kamu toh Ndra!" Ujar Yoshi, sambil mengelus dadanya.

Hendra malah cengengesan, "Maaf deh, aku buru – buru sih, soalnya tadi aku ke ruangan kalian tapi nggak ada orang. Jadi kukira kalian akan ada di sini. Kemunculanku sangat mengejutkan ya?" tanya Hendra, sambil menggaruk tengkuknya.

"Sebenarnya ya Ndra, kalau saya boleh jujur, kemunculanmu itu selalu mengejutkan, sepanjang pengetahuan saya," Sahut Pak Indra.

"Ehehehe, sori deh pak. Habis, aku kaget karena kalian nggak ada di ruangan kalian. Jadi … aku langsung saja lari ke sini."

"Kamu enggak ngajar ya Ndra?" Tanya Pak Dani.

"Aku cuma ada satu kelas yang harus di ajar hari ini. Barusan aja aku selesai ngajar, walau siang nanti aku harus balik lagi untuk mengisi bimbingan belajar sore untuk anak kelas 9. Pas aku selesai dengan kelasku, saat itulah aku dapat pesan dari Pak Indra kalo bagian lain puzzlenya udah ketemu. Langsung aja deh aku izin kesini."

"Bukannya enggak bisa ya, kabur saat mengajar begitu?"

"Aku langsung izin sama pak kasek. Aku tinggal bilang sama beliau kalau aku ada kasus, dan selesai. Beliau langsung izinkan aku pergi, terutama karena aku memang nggak punya jam mengajar lagi. Aku kan pernah bantu beliau dalam sebuah kasus. Makanya beliau paham, dan aku bisa langsung kabur ke sini."

"Wah, enak ya kalo hidupnya kayak kamu. Mau ngeluyur kemana aja bebas, yang penting kamu masih hidup saat pulang," Canda Yoshi.

Hendra terkekeh, "Enak gundulmu! Enggak juga, kamu belum lihat aja bisa jadi seribet apa hidupku ini. Oke, mana potongan tubuh yang baru datang tadi? Saya mau liat sekarang nih!"

Pak Dani terkekeh saat melihat semangat Hendra yang sepertinya sudah cukup membara, "Sabar dong Ndra. Ini, potongan tubuh yang kamu cari ada tepat di depan hidungmu kok!" Ujar Pak Dani.

"Bagus deh! Saya mau lihat dong!"

Beberapa orang yang ada di depan bagian tubuh tersebut langsung saja memberi jalan bagi Hendra untuk lewat. Hendra melangkah ke depan, dan dihadapkan dengan potongan kaki tersebut. Dia langsung saja mendekatinya, lalu memeriksanya dengan seksama. Dia membolak – baliknya dan mengamati setiap jengkalnya dengan seksama, kemudian setelah puas mengamati, dia meletakkannya kembali ke tempatnya. Dia menatap orang – orang yang ada di sekitarnya, kemudian dia tersenyum.

“Kamu sudah selesai, Ndra?” tanya Pak Dani.

“Ya. Saya rasa memang tidak banyak yang bisa di amati sih,” Jawab Hendra.

“Lalu, apa lagi yang mau kamu lakukan setelah ini? Kamu sudah punya bayangan penyelesaiannya?” tanya Pak Indra.

"Saya rasa sudah. Sepertinya kita sudah bisa menangkap pelakunya sekarang!" Ujar Hendra, dengan penuh semangat.

Hal ini sedikit mengejutkan Yoshi, sehingga dia langsung menyahut, "Hah? Kamu yakin?" Tanya Yoshi, sambil mengerutkan alisnya dengan bingung.

"Iya. Kepingan puzzle kita juga sudah hampir lengkap kan? Berarti sebentar lagi kita akan sampai di penyelesaiannya."

"Secara teknis bisa dibilang iya. Karena yang belum lengkap tinggal bagian tangan dan telinga korban yang masih hilang itu," Kata Pak Dani.

"Itu dia yang kuincar. Sisa bagian puzzle yang belum lengkap. Kita bisa menangkapnya saat dia akan menghanyutkan sisa puzzle tadi. Oh ya, di mana bagian tubuh yang baru ini ditemukan?"

"Menurut laporan, potongan tubuh ini ditemukan di bagian hulu sungai besar di kota," Jawab Yoshi.

"Berarti pelaku membuang bagian tubuhnya secara terbalik dengan yang sebelumnya ya, biar nggak numpuk di tempat yang sama? Pertama, dia membuangnya di hulu sungai, yang akan mengalir ke sungai di taman kota. Kalau ke hilirnya yang ada di dekat kawasan kompleks rumahku, maka bungkusannya akan hanyut sampai ke Sekolah San Rio. Kemudian dari kawasan di dekat situ juga, dan sampai di tengah kota, di mana tangannya ditemukan di kawasan perkantoran. Dan yang terakhir ini kemungkinan dihanyutkan dari daerah taman kota ke hulu sungai. Setelah dari hulu sungai, maka dia akan menghanyutkan yang terakhir ini di hilirnya. Berarti, kalau dia ingin potongan terakhirnya ada di hilir, dia akan membuangnya di daerah Sekolah Sanrio, karena di situ adalah tempat yang paling aman. Kemungkinan di aliran yang dekat kompleks perumahan, karena di dekat sana ada kawasan hutan kecil sehingga dia bisa bersembunyi di sana kalau dia mau. Kalau memang benar, maka kita bisa menangkapnya malam ini juga!"

Penjelasan Hendra itu agak berbelit, sehingga orang lain tidak terlalu mengerti apa yang dimaksud olehnya. Tapi satu hal yang mereka paham adalah, Hendra sudah menemukan satu cara untuk menangkap pelakunya.

"Hah?" tanya Yoshi.

"Udah! Pokoknya kali ini kita pakai caraku! Kita ketemuan jam 11 malam di depan Sekolah San Rio. Gimana?"

"Siapa saja?" Tanya Pak Indra.

"Kalian berdua. Dan ajak juga Trio Koplak. Mereka diperlukan, karena mungkin kita perlu mengepung pelaku!"

"Baiklah kalau begitu, saya akan katakan pada mereka untuk bergabung dengan kita malam ini."

"Aku nggak paham apa maksud dan tujuanmu deh Hen ..." Ujar Yoshi, sambil menggaruk kepalanya.

"Nanti kamu akan paham kok! Bawa senjata kalian, mungkin dia juga perlu dilumpuhkan. Paham?" Ujar Hendra, yang kini terlihat sangat semangat dengan rencana yang dia miliki.

"Paham!" Sahut Yoshi dan Pak Indra.

"Oke, kurasa urusanku disini sudah selesai! Lebih baik aku segera kembali ke sekolah. Kalau begitu, aku pergi dulu! Sampai nanti!"

"Eh! Tunggu! Kamu sudah tahu siapa pelakunya? Dan motifnya apa?" Ujar Yoshi.

Hendra baru saja membuka pintu, tapi dia berhenti setelah mendengar pertanyaan Yoshi tadi. Dia langsung menoleh ke arah adik sepupunya itu, dan memberikan sebuah senyuman.

"Kalau masalah orangnya, aku sebenarnya juga masih enggak yakin. Tapi aku yakin kita bisa menemukan pelakunya di tempat kita malam ini. Dan kalau motif, kalian harus perhatikan kejanggalan pada kondisi mayat korban. Terutama bekas cambukannya dan hal aneh lainnya. Oke, aku pergi sekarang! Sampai ketemu nanti malam!"

Hendra langsung kabur begitu saja, meninggalkan Yoshi yang agak kebingungan dengan petunjuk dari Hendra barusan dan Pak Indra yang langsung geleng – geleng kepala setelah melihat kelakuakan Hendra tadi.

"Itu anak enggak pernah berubah ya?" Ujar Pak Dani.

"Dia memang tidak pernah berubah. Mungkin tidak akan pernah sama sekali ada niatan untuk berubah," Sahut Pak Indra.

"Jadi malam ini kita harus mengikuti perkataannya?" Tanya Yoshi.

"Ya. Kita ikuti saja. Dia punya cara sendiri untuk menangkap penjahat. Caranya sering kali terkesan terang – terangan, tapi justru ampuh. Asal kamu tahu Yo, kalau Hendra memutuskan untuk jadi polisi, pasti penjahat akan musnah. Soalnya dia bisa dengan cepat menangkap pelaku yang dia inginkan. Dan cara dia ini tidak bisa dilakukan polisi karena kami punya keterbatasan yang membuat gerakan kami bisa diketahui oleh para penjahat."

"Jadi, kita akan menangkap basah pelakunya?"

"Gampangnya sih seperti itu. Ayolah, kayak kamu tidak kenal Hendra saja! Lebih baik, kita kabari hal ini ke Trio Koplak. Mereka pasti senang untuk bergabung dengan kita malam ini. Jadi sekarang, kita mending pamit dulu dan mencari trio sableng itu.”

“Iya deh. Saya ikut aja sama rencananya si Hendra.”

“Bagus. Nah, kalau begitu kami permisi dulu ya, Pak Dani!"

"Siap! Semoga sukses dengan pengejaran kalian!" Ujar Pak Dani.

Pak Indra langsung menyeret Yoshi pergi. Mereka harus memberi tahu ini kepada Trio Koplak, dan mereka juga harus banyak bersiap untuk petualangan mereka malam ini.

~~~~~

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top