Chapter 2 : Pak Indra Punya Solusinya

Setelah melakukan perjalanan melintasi kota, akhirnya mereka kembali ke kantor. Ketika sudah sampai, Pak Indra bukannya menuju ke ruangannya, tapi beliau malah pergi ke bagian belakang kantor. Yoshi yang mengira kalau beliau akan kembali ke ruangan mereka jelas bingung setelah melihat Pak Indra mengambil arah lain. Karena penasaran, sang pemuda mengikuti kemana langkah kaki atasannya seperti seorang anak yang mengikuti ayahnya.

"Tunggu pak, sebetulnya bapak mau kemana sih?" Tanya Yoshi.

"Nanti juga kamu lihat kok. Dan misalnya kamu masih penasaran ya ikut aja!" Sahut Pak Indra.

Yoshi langsung terdiam, dan kembali melangkahkan kakinya menyusul Pak Indra. Akhirnya, mereka sampai di depan sebuah ruangan. Pintunya berwarna cokelat, dengan jendela kaca di sebelahnya. Di pintunya tertempel sebuah papan dengan tulisan “Ruang Arsip” tercetak tebal di atasnya. Dari jendela itu dapat terlihat bahwa di dalamnya terdapat banyak laci – laci besi dan juga tumpukan kertas. Pak Indra langsung mengetuk pintunya.

"Hah? Bapak mau ngapain disini?" Tanya Yoshi, yang masih belum paham atas apa yang sebenarnya dipikirkan oleh Pak Indra.

Pak Indra tidak menjawab. Beliau malah meraih gagang pintu yang ada di hadapannya, lalu membukanya. Terlihatlah disana ada seorang pria yang sedang sibuk berkutat dengan kertas – kertas yang tumpukannya sudah dapat dilihat Yoshi dari luar tadi.

"Halo Pak Joko! Lagi sibuk?" Tanya Pak Indra pada pria yang ada di ruangan itu, kemudian menyalaminya.

"Eh, Pak Indra ... nggak juga sih. Cuma nyusun kertas – kertas nih loh, berantakan banget!" Sahut Pak Joko.

"Ahaha, dari luar sudah kelihatan kok kalau ini berantakan banget. Oh iya, saya boleh minta tiga kopi dari daftar laporan orang hilang selama tiga bulan ini? Saya perlu nih pak."

"Oh, boleh! Buat apa? Kasus ya?"

"Begitulah. Nanti kalau bapak sudah tidak sibuk lagi, langsung saja antar ke ruangan saya ya?"

"Beres pak! Nanti saya kasih kopiannya ke bapak!" sahut Pak Joko, sambil mengacungkan jempolnya.

"Baiklah, saya tunggu di ruangan saya kopiannya! Kalau begitu, saya pamit dulu. Sampai nanti pak!"

"Ya! Sampai nanti!"

Yoshi hanya terdiam saat mengamati apa yang barusan dilakukan oleh atasannya itu. Setelah kembali ke ruangan mereka, Yoshi baru berani untuk melontarkan pertanyaan lebih lanjut kepada Pak Indra.

"Daftar orang hilang? Untuk apa pak? Memangnya kita bisa cari sesuatu soal korban kita di sana ya?" Tanya Yoshi.

"Kalau kita beruntung, ya. Semacam pemeriksaan silang. Siapa tau saja kan korban ini adalah salah satu orang hilang yang datanya masuk ke sini?" Jawab Pak Indra.

"Maksudnya, bapak mau melihat apakah dari informasi yang kita dapat dari kepala yang kita amati tadi apakah ada yang cocok dengan informasi orang hilang yang dimiliki kepolisian?"

"Nah, itu kamu tau. Kita lihat dulu, apakah dari wajah korban yang sudah kita amati tadi apakah ada kemiripan dengan beberapa orang hilang yang datanya ada pada kita."

"Tapi, misalnya si korban ini tidak pernah terdata, gimana dong? Misalkan saja orang tua atau keluarga korban tidak pernah melaporkan kehilangannya atau malah korban tidak pernah "menghilang" karena dia langsung dieksekusi dalam waktu satu malam?"

"Yah, kalau begitu sih beda lagi ceritanya. Tapi, setidaknya kan kita bisa mempersempit pencarian kita dengan cara mempelajari daftar itu. Karena kita pasti bisa menemukan beberapa wajah yang mendekati kemiripannya dengan korban kita. Kita juga punya tim forensik yang bisa membantu kita menemukan siapa korban kita, tapi tidak ada salahnya kalau kita mengisi waktu dengan mencari tau sendiri kan?"

"Hmmm, mungkin tidak ada salahnya juga sih untuk mencoba cara bapak tadi."

"Nah, baguslah kalau kamu mau coba cara saya nanti. Untuk sekarang ini, kita lebih baik bersantai sedikit. Setelah jam makan siang, baru kita coba untuk berpikir lagi. Saat itu pasti daftarnya sudah ada di ruangan kita. Setelahnya, kita bisa pelajari kasus ini lebih lanjut."

Yoshi mengangguk, kemudian menghela napasnya. Dia memang penasaran akan kasus ini, tapi kali ini sepertinya dia harus mengikuti kata – kata Pak Indra. Dia harus mengistirahatkan dirinya dan otaknya sejenak, sebelum dia harus menggunakannya secara gila – gilaan saat nanti menghadapi kasus ini.

~~~~~

Jam makan siang telah berlalu, dan tak lama setelah Pak Indra dan Yoshi kembali dari istirahat mereka, Pak Joko muncul di depan pintu ruangan mereka. Beliau membawakan daftar yang diminta Pak Indra, dan langsung pergi setelah mengobrol dan basa – basi sedikit dengan Pak Indra.

Setelah Pak Joko meninggalkan ruangan mereka, kedua penghuni ruangan itu mengamati daftar yang ada di hadapan mereka. Kertasnya sekitar tiga puluh halaman, bisa jadi lebih. Dan kini mereka menatap kertas itu dengan seksama, sebelum akhirnya keduanya saling bertukar pandangan.

"Ya, ini dia daftarnya! Sekarang, kita bisa mulai percarian kita," Ujar Pak Indra sambil tersenyum senang, lalu menggosokkan kedua belah tangannya.

"Hmmm, sebelumnya saya punya satu pertanyaan nih pak. Kok bapak minta daftarnya sebanyak tiga kopi sih? Kita kan cuma berdua," Tanya Yoshi, lalu menatap satu lagi kopian daftarnya yang terletak di atas meja Pak Indra.

"Yah, tidak apa sih Yo. Cuma untuk cadangan, kalau – kalau kita perlu," Sahut Pak Indra, kemudian mengambil kopian ketiga itu dan memasukkannya ke dalam tas.

"Oke, terserah bapak lah."

"Jadi ... bagaimana kalau kita mempelajari dulu setiap orang di data ini dengan saksama, sehingga kita bisa memperkecil pencarian kita? Pilihlah orang yang menurutmu ciri – cirinya mirip dengan apa yang sudah kita lihat dari si kepala tadi."

"Uh, saya rasa ini akan jadi sedikit lebih sulit dari perkiraaan saya. Hanya dengan data sesedikit itu, rasanya masih banyak orang yang bisa masuk ke dalamnya."

"Dan kamu benar. Kadang ada beberapa orang yang bentuk wajah dan cirri – cirinya memang mirip. Tapi kamu boleh merasa tenang, karena saya akan panggil bala bantuan kalau nanti hal ini mulai terlalu susah untuk kita tangani."

Yoshi terkekeh, “Kayak perang aja, pakai panggil bala bantuan segala."

Tanpa banyak omong lagi, keduanya langsung mempelajari daftar yang ada di hadapan mereka itu. Tapi, baru saja waktu berjalan sekitar dua puluh menit, tiba – tiba ada seseorang yang mengetuk pintu ruangan mereka. Keduanya mendongak dan saling berpandangan, hingga akhirnya Pak Indra memberikan jawabannya.

"Ya? Silahkan masuk saja!" Ujar Pak Indra.

Aba – aba Pak Indra diikuti, dan kemudian pintu ruangan mereka terbuka. Rupanya disana ada Lukman yang membawa beberapa lembar kertas dan terlihat sangat buru – buru, malah bisa dibilang kalau dia terlihat agak panik.

"Eh? Ada apa nih, Man?" Tanya Yoshi, saat melihat kalau yang masuk adalah sobatnya.

"Coba kalian lihat! Ini saya bawakan hasil autopsi yang baru saja keluar, dan ada suatu penemuan yang cukup mengejutkan!" Ujar Lukman, sambil melambaikan kertas yang ada di tangannya.

"Penemuan mengejutkan apanya? Maksudmu, di kepala itu ada sesuatu yang aneh? Apa ada hal lain yang hilang dari si korban selain kepalanya?" tanya Pak Indra.

"Bukan itu, tapi bisa dibilang kalau ini juga cukup mengejutkan. Ada semacam pesan yang ditemukan di kepala itu, tepatnya di dalam mulut korban."

"Hah?" ujar Pak Indra dan Yoshi dalam waktu bersamaan.

Lukman melangkah masuk ke dalam ruangan itu. Di meja Pak Indra, diletakkannya tiga kopi kertas hasil autopsi. Yoshi mendekat dan melihat apa yang Lukman letakkan di sana.

"Jadi, ini ya hasil autopsinya?" Tanya Pak Indra.

"Begitulah pak. Baru hasil autopsi umum sih, kami masih berusaha untuk menemukan siapa pemilik kepala ini dari data yang dimiliki kepolisian. Saya disuruh Pak Dani untuk membawakannya ke sini, dan menjelaskan penemuan unik tadi," Jawab Lukman.

"Hm, tapi kenapa kamu bawa tiga kopi kertas?" Tanya Yoshi.

"Wah, aku juga nggak paham kenapa, tapi begitulah aku disuruh. Pak Dani sih bilang kalau yang ketiga akan disimpan sama Pak Indra."

Pak Indra tersenyum, "Memang. Pak Dani jelas sudah paham tanpa perlu saya minta. Jadi, saya akan simpan kopian ketiga tadi, dan kita akan pelajari apa yang kamu temukan," Ujar Pak Indra, lalu membuka satu kopian yang ada di hadapannya.

Lukman mengangguk. Pak Indra dan Yoshi membaca isi kertas yang Lukman berikan. Ketika mereka sedang membaca, Lukman meletakkan sebuah kain berwarna putih, dengan bercak kemerahan di atasnya. Bercak kemerahan itu menggambarkan sepasang tanduk setan dan juga sebuah kapak dengan warna merah darah.

"Hah? Apa lagi ini?" Tanya Yoshi, yang kini perhatiannya tertuju pada kain yang ditunjukkan oleh Lukman.

"Aku juga nggak tau sebenarnya. Apa yang bisa aku jelaskan adalah, kami menemukan ini di dalam mulut korban. Saat itu kami sedang melakukan pemeriksaan terhadap kepala itu, dan kami sadar kalau mulut korban tidak tertutup dengan sempurna. Rupanya, di dalam mulut korban ada kain ini. Seperti yang bisa kalian lihat, sepertinya ini adalah lambang, dengan gambar seperti tanduk setan dan juga kapak. Apa kalian tahu maksudnya ini apa?" tanya Lukman.

"Organisasi mungkin?"

"Mungkin saja? Misalkan saja ini sebenarnya adalah kasus pembunuhan berantai, anggaplah ini lambang sebuah organisasi rahasia, atau trademark entah dari siapapun itu. Kemungkinan yang menurut saya terkuat adalah, si korban mungkin membuat masalah atau apalah, makanya dia ‘dieksekusi’," Ujar Pak Indra, sambil mengamati secarik kain yang digambari itu.

"Bapak ada perkiraan itu warna merah yang ada pada gambar itu menggunakan bahan apa? Kami sedang melakukan uji lab dengan sedikit sampel yang sempat kami ambil sebelum kain ini saya bawa ke sini," Tanya Lukman.

"Mungkin darah? Atau spidol. Bisa juga cat yang warnanya merah darah. Walau sepertinya kain ini menyerap pewarna dari gambar ini."

"Yah, kelihatannya seperti darah, kalau menurutku," Ujar Yoshi.

"Saya pikir juga begitu sih, tapi penelitian masih dalam proses. Pak Dani minta kalian menyimpan barang bukti ini untuk sementara. Siapa tau bisa jadi petunjuk. Kalau lab memerlukannya, nanti kami akan ke sini lagi untuk meminjamnya," Ujar Lukman.

"Oke, siap. Ada lagi?" Tanya Pak Indra.

"Tidak ada lagi sih. Semuanya sudah ada di kertas itu. Boleh saya pamit sekarang?"

"Silahkan. Kamu pasti capek setelah melakukan penelitian di lab. Lebih baik kamu pergi dan beristirahat sekarang."

"Ahaha, bapak tau juga rupanya ...."

"Jelas saja aku tau bagaimana kerjanya tim Pak Dani. Kalau tidak, ini tidak akan selesai secepat ini," Ujar Pak Indra sambil melambaikan kertas yang diberikan Lukman tadi.

"Hehe ... oke, saya pamit dulu ya pak? Nanti kita ketemu lagi, Yo! Sampai jumpa!"

"Ya, sampai jumpa!" Ujar Yoshi dan Pak Indra.

Mereka berdua terdiam sejenak. Keheningan mereka itu hanya diselingi oleh suara gesekan kertas saat mereka membaca kembali bagaimana hasil autopsinya. Dan sepuluh menit kemudian, Pak Indra kembali membuka percakapan.

"Hei Yo, kamu ada spekulasi motif pembunuhan ini tidak? Saya ingin dengar pendapat kamu," Tanya Pak Indra.

"Yah, palingan cuma motif paling standar yang bisa saya pikirkan. Asmara, uang, dendam ... walau aku lebih condong pada pilihan ketiga," Sahut Yoshi.

"Yah, kemungkinannya pasti ada. Dan kamu pernah melihat lambang semacam yang ada di kain ini?"

"Nggak pernah. Bapak sendiri tau sesuatu? Apa itu merujuk ke sebuah organisasi?"

"Saya juga tidak tau, Yo. Kemungkinan terbesarnya sepertinya memang organisasi. Dan kalau memang itu adalah lambang sebuah organisasi, pasti itu adalah organisasi yang sangat rahasia atau tak pernah diketahui. Tapi saya nggak bisa berpendapat lebih jauh lagi. Saya bukan ahli kalau soal organisasi rahasia di kota ini."

"Kalau begitu, gimana ceritanya nih pak?"

Pak Indra terdiam sejenak, mencoba memikirkan kemungkinan yang bisa dia lakukan saat ini. Sementara itu, Yoshi menunggu jawaban dari atasannya dengan penuh harap. Hingga akhirnya mata Pak Indra menunjukkan sebuah binar penuh harapan.

"Tenang, saya punya solusinya!"

Beliau langsung menyambar ponselnya yang diletakkannya di kantong, lalu beliau bersiap untuk menekan sebuah nomor. Tapi belum sempat Pak Indra menghubunginya, Yoshi menyela.

"Tunggu dulu, kalau bapak punya solusi, kira – kira solusi macam apa yang bisa bapak berikan?" tanya Yoshi.

"Coba kamu pikirkan Yo. Kalau kasus ini memang berhubungan dengan organisasi rahasia, dan polisi tidak bisa menjangkaunya, kira – kira apa yang akan kamu lakukan?" tanya Pak Indra.

"Mencari agen atau mata – mata?" jawab yoshi, dengan jawaban yang pertama kali terlintas di kepalanya.

"Solusi saya seratus kali lipat lebih baik dari itu, Yo."

"Emang apa sih solusi dari bapak?"

"Saya akan minta bantuan dari si "Detektif Underground", alias anggota gaib EG Group. Kamu dari dulu penasaran siapa dia, kan? Jadi, kamu sekarang diam dulu, karena sekarang saya akan bikin janji supaya kita bisa bertemu dengannya."

Yoshi hanya terdiam, karena dia tidak tahu bagaimana dia harus menanggapinya. Ya, memang Yoshi penasaran tentang siapa sebenarnya orang yang selama ini sering Pak Indra sebut sebagai "Detektif Underground" itu. Pria yang pernah dia temui di kasus pertamanya, tapi dia tidak pernah tau siapa identitasnya. Jelas Yoshi senang kalau dia akhirnya bisa mengetahui jawaban dari misteri yang satu itu. Jadi, dia hanya bisa mengangguk, sementara itu Pak Indra langsung menelpon orang yang dimaksudnya tadi.

~~~~~

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top