Chapter 1 : Penemuan Menggemparkan
Mei 2015
Bulan Maret berlalu dengan cepat. Begitu pula dengan April, sehingga tak terasa kalau sekarang mereka ada di bulan Mei. Sebulan lebih mereka lalui dengan tenang tanpa gangguan kasus apapun. Tapi sepertinya, kasus kali ini akan menantang kemampuan mereka, dan juga jadi awal dari nada baru petualangan mereka.
Diawali saat duo penyidik kita sedang duduk di depan meja piket dan melaksanakan tugas mereka. Hingga akhirnya seseorang memasuki kawasan kantor mereka. Dari apa yang mereka bisa lihat, dia adalah seorang warga kota Inkuria. Sepertinya dia ingin melapor, atau mungkin ada urusan dengan bagian lain.
Si warga tersebut adalah seorang pria. Dia melangkahkan kakinya ke arah meja tempat dua orang polisi sedang bertugas jaga. Sesampainya dia di depan meja itu, langsung saja beliau diserang oleh pertanyaan dari Yoshi.
"Ada apa ya pak? Ada yang bisa kami bantu?" Tanya Yoshi.
"Tolong pak! Tadi di kota ... barusan saja ada penemuan ... dan penemuannya sangat menggemparkan!" seru si pria.
Pak Indra sepertinya agak terkejut karena perkataan pria itu, sehingga beliau langsung mengerutkan alisnya bingung, kemudian menyentuh bahu si pria untuk menenangkannya.
"Santai pak. Pelan – pelan saja. Jelaskan perlahan, dan nantinya kami akan coba membantu masalah yang anda punya," Ujar Pak Indra, sambil memberikan sebuah senyuman simpati.
"Di kota ... tepatnya di bantaran sungai yang ada di tengah kota, ditemukan sebuah kepala manusia! Hanya kepalanya! Dan sadisnya lagi, itu adalah kepala seorang perempuan!" seru si pria.
Hal itu jelas membuat Yoshi dan Pak Indra langsung membelalakkan matanya. Mereka berdua kaget dan nyaris tidak percaya akan apa yang mereka dengar. Kepala manusia? Apakah ini sebuah kasus pembunuhan lainnya?
"Oke, sekarang saya mengerti kenapa bapak sangat panik. Jadi, di mana lokasi tempat kepala perempuan itu ditemukan?" Tanya Yoshi.
"Di dekat taman kota. Kepalanya masih ada disana!"
"Baik, kalau begitu bapak bisa kembali ke lokasi kejadian, dan tolong kumpulkan semua saksi. Tim kami akan kesana dalam waktu setengah jam," Ujar Pak Indra.
"Baik pak!"
Pria itu langsung pergi, sementara itu Yoshi menatap Pak Indra dengan pandangan yang penuh rasa penasaran dan semangat yang menggelora. Jelas saja ini membuat Yoshi bersemangat, karena dia akan menghadapi kasus kriminal yang keren kali ini.
"Kenapa Yo? Pandangan kamu kok lain begitu?" tanya Pak Indra.
"Kapan kita pergi ke sana pak? Saya udah gak sabar nih!" seru Yoshi, dengan nada suara yang sangat berapi – api.
"Ya ampun, kamu sabar sedikit dong! Kita harus panggil teman – teman yang lain supaya bisa membantu kita, baru kita bisa ke sana."
"Habis ... ini kan kasus baru pak!"
"Iya, iya. Kamu ini kelihatannya jadi seperti anak anjing pelacak yang barusan melihat sebuah mainan deh."
"Ya ampun, nggak begitu juga kali pak ...."
"Habisnya, mirip sih."
"Yang imut dikit kek, kayak kucing. Atau hamster mungkin."
“Kamu nggak cocok kalau jadi hamster Yo. Saya akan panggil teman – teman dulu, baru kita bisa pergi.”
"Siap pak!"
Sekitar 20 menit kemudian, mereka sudah sampai di taman kota. Tamannya cukup luas dan indah, dengan air mancur ditengahnya, serta dikelilingi oleh pepohonan yang rindang dan semak – semak yang menyajikan beberapa jenis bunga yang bermekaran. Di sekitar taman juga ada banyak bangku yang beberapa di antaranya diisi oleh warga yang sedang ingin bersantai. Dan tak lupa, di satu sudut yang sudah di sediakan, ada beberapa pedagang baik yang asongan atau dengan gerobak dorong yang nongkrong di sana sambil menjajakan barang dagangan mereka.
Tapi keadaan taman kota di siang hari itu terlihat lebih ramai. Mungkin karena penemuan yang menggemparkan itu sudah menyebar kabarnya kepada para warga, terutama yang sedang melintas di dekat sana.
Untuk mencegah kerumunan massa, polisi memasang garis polisi di sekitar kawasan kejadian. Setelah massa menjauh, mereka mulai melakukan wawancara pada para saksi yang sudah dikumpulkan dan tentunya si penemu kepala buntung itu.
Setelag melalui wawancara, diketahui bahwa kepala itu di hanyutkan di sungai dalam sebuah kantung plastik berwarna hitam, dan kebetulan ditemukan oleh seorang kakek yang sedang menaiki perahu kecil dan mengarungi sungai di sekitar taman kota.
Beliau pada awalnya cuek saja saat melihat plastik tersebut mengapung di dekat perahunya. Dia hanya mengira kalau isinya adalah sampah. Tapi, karena dia penasaran, akhirnya diambilnya plastik itu, kemudian dibukanya. Dan, ciluk ... ba! Di dalamnya ada sebuah kepala wanita. Langsung saja kakek itu menepi di pinggir taman kota, lalu menambatkan perahunya. Beliau sangat histeris saat memberi tahukan apa yang ada di dalam plastik tersebut. Kemudian, seorang warga yang ada di dekat sana berinisiatif melapor ke polisi. Dan dialah orang yang tadi datang ke kantor polisi, dan berbicara dengan Yoshi dan Pak Indra.
Disinilah mereka sekarang. Dengan sebuah kantong plastik yang menunggu untuk diselidiki.
"Oh ya, tadi kalian letakkan di mana kepala itu?" Tanya Pak Indra, sebelum mengakhiri wawancaranya.
"Itu ... masih ada di dalam plastik. Saya masih meletakkannya di perahu saya. Saya terlalu takut untuk melihatnya," Ujar si kakek, sambil menunjuk perahunya yang ditambatkannya di pinggir sungai.
"Baiklah. Anda bisa tenang sekarang. Setelah ini, kami akan membawa kepala itu ke ruang otopsi untuk penyelidikan."
Pak Indra mengangguk, memberi isyarat pada seorang petugas yang ada di dekatnya. Para saksi mulai menjauh dan membiarkan kepolisian melakukan penyelidikan. Kemudian, langsung saja Pak Indra menuju ke perahu yang tertambat itu dan mengambil plastik yang ada di sana. Beliau membawanya ke hadapan anggota Sub Penyelidikan Kriminal lainnya yang masih penasaran atas penemuan ini.
"Yoshi, kamu bawa sarung tangan?" Tanya Pak Indra.
"Bawa sih ..." Sahut Yoshi, lalu mengeluarkan sepasang sarung tangan karet dari sakunya.
"Kalau begitu, karena sejak awal kamu sudah sangat semangat, saya beri kamu kesempatan untuk mempelajari isi bungkusan ini secara langsung sebelum nanti diserahkan ke tim forensik."
Pak Indra menyodorkan kantong plastik itu ke Yoshi. Yoshi meneguk air liurnya sebelum akhirnya dia mendekat ke arah bungkusan itu. Ini adalah kasus pembunuhan pertama yang dihadapinya, walau sebenarnya dia sudah tak asing dengan yang namanya mayat sejak umurnya 18 tahun. Tapi ... dia baru kali ini bisa berhadapan dengan kepala manusia yang terpenggal dari tubuhnya secara langsung.
Tapi Yoshi menjauhkan perasaan aneh dalam dirinya itu. Dia harus memeriksanya, demi kemajuan kasus. Dan ini adalah kehormatan yang diberikan oleh Pak Indra, jadi dia tidak boleh menyia – nyiakannya. Langsung saja Yoshi memakai sarung tangan karetnya yang berwarna putih, lalu mengambil bungkusan itu dan mengeluarkan isinya dengan hati – hati seolah isinya adalah barang pecah belah yang sangat berharga.
Semua orang yang ada di dekat Yoshi langsung bergidik ngeri saat melihat kepala tersebut. Masalahnya, bukan cuma isinya yang sudah mengerikan dari sananya, tapi karena kepalanya itupun tak lengkap. Telinga kiri korban tidak ada di tempatnya. Sementara itu, sisanya masih lumayan utuh. Kecuali wajahnya yang lebam – lebam seperti habis dihajar orang satu kampung. Walau lebam, terlihat bahwa wanita itu aslinya sangat cantik. Kulitnya putih bersih, hidungnya mancung, bibirnya tipis, alisnya tebal, dan rambut panjang lurus yang sayangnya sekarang tak beraturan lagi. Telinganya juga bagus dengan sebuah anting berbentuk hati.
Semua orang disana merasa iba dan berpikiran kalau wanita ini sungguh malang nasibnya, karena dia harus mati dengan cara yang amat – teramat – sangat – banget sadis dan tragisnya di tangan seorang pembunuh berdarah dingin yang harus segera dicari keberadaannya.
"Hmm ... sepertinya wanita ini di usia awal 20, karena kulit wajahnya masih kencang. Dan tak ada keterangan lain selain wanita ini cukup cantik, bernasib malang, dan wajahnya memancarkan rasa ... kesakitan atau penderitaan yang sangat mendalam," Ujar Yoshi, memberi kesimpulan.
Yoshi membolak – balik kepala itu ke berbagai sisi untuk mengamatinya dengan berbagai cara, berharap akan ada petunjuk lain. Tapi usahanya sia – sia. Jadi dia kembali meletakkan kepalanya di dalam kantong plastik tersebut.
"Yah, sejauh yang saya lihat, memang cuma itu sih yang bisa kita simpulkan. Lebih baik kita serahkan ke tim forensik, mereka pasti bisa memperlihatkan apa yang kita tidak bisa lihat di sini. Mereka sudah sampai," Sahut Pak Indra, lalu menoleh ke satu arah, dimana orang – orang dengan sarung tangan dan masker melangkah ke arah mereka.
Dan memang benar, karena yang menghampiri mereka itu adalah tim forensik yang rupanya juga sudah tiba di lokasi. Banyak diantara kedua tim ini yang saling mengenal satu sama lain, karena mereka tentunya sering menhadapi kasus yang mengharuskan keduanya untuk bersinergi. Termasuk Yoshi. Walau di kasusnya baru kali ini Yoshi berhadapan langsung dengan tim foresik, Yoshi tak merasa canggung. Karena salah satu diantara mereka adalah teman sekamarnya saat masih sekolah di Akpol, yaitu Lukman.
Dia memang tahu benar sahabat karibnya itu sangat tertarik dengan semua bagian tubuh manusia, terutama kalau berhubungan dengan kejahatan. Sampai – sampai Yoshi nyaris mengira sobatnya ini adalah seorang psikopat. Untungnya, itu hanya sebatas rasa "penasaran" untuk menelitinya. Makanya, Lukman memutuskan untuk menjadi anggota tim forensik, setelah sebelumnya dia lulus SMA jurusan IPA.
"Bagaimana kepalanya Yo? Aku belum pernah loh, melihat ada manusia yang benar – benar berhasil memisahkan antara kepala dan tubuh manusia secara langsung. Tidak pernah, sampai sejauh ini," Ujar Lukman, saat Yoshi memperlihatkan bungkusan yang ada di hadapannya.
"Tapi ini beneran loh. Benar – benar terpisah sempurna. Tak ada satupun sisa urat terputus atau yang lainnya," Sahut Yoshi.
"Serius nih? Jadi penasaran. Aku boleh lihat sekarang kan pak?" tanya Lukman, menunggu instruksi dari atasannya yang ada di sebelahnya.
“Buka aja. Saya juga kepengen lihat,” Sahut sang atasan.
Lukman langsung membuka bungkusan itu, dan bisa dibilang dia cukup terkejut saat melihat isinya. Tapi dia tidak merasa ngeri, malah dia terlihat takjub dengan pemandangan yang barusan dilihatnya.
"Ya Tuhan! Ini ... penggalan kepalanya rapi sekali!" seru Lukman, sambil melihat bagian bawah leher yang tinggal separonya itu dan mengamati bekas potongannya.
"Ya, kupikir juga begitu. Sangat rapi," Sahut Yoshi.
"Tak mungkin pelakunya menggorok leher wanita ini. Pasti dia memenggalnya hanya dengan sekali tebas. Lihat ini! Potongannya sangat rapi, dan tak menyisakan bekas gorokan apapun di lehernya. Sampai – sampai wanita ini tak sempat berteriak sama sekali. Kalau saja dia berteriak, pasti ekspresi mulutnya akan terbuka. Tapi ini tidak. Dia kesakitan, tapi kepalanya keburu terpenggal!" ujar Lukman.
Sepertinya, rasa rasa antusias yang Lukman miliki salah tempat, karena beberapa orang lain malah bergidik ngeri setelah mendengarkan penjelasannya. Semua polisi yang mendengarnya langsung menganga tak percaya, dan merasa ngeri di saat yang sama. Mereka jelas tak menyangka bahwa wanita itu cuma sekali ditebas, dan hal itu langsung membuat kepalanya terlepas dari tempatnya.
"Kamu ada benarnya. Tebasan ini sangat rapi," Ujar atasan Lukman, yang namanya Pak Dani, kalau Yoshi tidak salah ingat.
"Menurutku, kemungkinan senjata yang dipakai adalah sebuah samurai atau sebilah kapak? Dan saya yakin kalau senjatanya itu sangat tajam, sehabis diasah mungkin? Lalu pelakunya kemungkinan adalah seorang ahli jagal, atau seseorang yang sangat ahli menggunakan pisau?" Sahut Yoshi.
"Hipotesis yang masuk akal, dan saya rasa kurang lebih seperti itu. Tapi, kita kan belum tau siapa korban yang kepalanya ada dengan kita saat ini dan dimanakah bagian tubuhnya yang lain," Ujar Pak Indra, yang dari tadi menyimak pembicaraan mereka.
"Jadi?"
"Kita gak bisa apa – apa untuk sekarang ini, Yo. Selain membiarkan tim forensik melakukan apa yang mereka bisa."
"Tapi, kan bisa aja nanti ada korban yang lainnya! Kita belum tau siapa psikopat yang melakukan hal ini. Bisa jadi ini bukan yang pertama."
"Itu yang saya khawatirkan. Oh ya, ini ada Pak Said! Bagaimana keterangan para saksi yang lainnya? Apakah ada hal yang mencurigkan?"
Pak Said yang baru saja bergabung dengan mereka jelas kaget karena Pak Indra sudah menyadari kehadirannya. Tapi beliau langsung menjawab pertanyaan Pak Indra tadi.
"Nggak ada pak! Bisa dipastikan nggak ada yang melihat apapun atau siapapun yang mencurigakan di sekitar sini, kecuali penemuan kepala ini," Ujar Pak Said, memberikan laporannya.
"Berarti, kepala ini bisa jadi dibuang tadi malam, atau malam sebelumnya, entah dari bagian hulu atau hilir yang mana dari sungai ini, begitu?" Tanya Yoshi.
“Entahlah. Pendapat anda gimana, Pak Dani?” tanya Pak Indra, pada pria yang ada di sebelah Lukman.
"Yah, kalau dilihat dari kondisi kepalanya, dia sepertinya memang sudah dihanyutkan cukup lama. Dan juga bekas lebamnya. Tapi keadaannya masih cukup segar dan belum sempat membusuk. Jadi kemungkinannya memang baru malam tadi dia dihanyutkan, dan pembunuhannya tidak terlalu lama sebelum itu. Walau mungkin lebamnya sudah agak lama. Ada kemungkinan dia disiksa dulu sebelum dibunuh," Jawab Pak Dani.
“Begitu?” tanya Yoshi.
"Ya. Kalau begitu kami akan membawanya dan melakukan identifikasi dan analisis yang bisa kami lakukan, dan kami akan menyimpannya di ruang forensik dulu, sebelum pasangannya ditemukan. Semoga kalian bisa menemukannya."
"Silahkan! Nanti kalau kami menemukan pasangannya, akan segera kami bawa ke tempat kalian," Sahut Pak Indra.
"Oke, kita bisa kembali sekarang kan?"
"Tentu saja. Sudah ada beberapa petugas yang berjaga di sini, jadi sepertinya kita bisa tinggalkan tempat ini sekarang."
Anggota Sub Penyelidikan Kriminal dan Tim Forensik langsung saja membelah lautan manusia yang menghalangi mereka. Dan, setelah lepas dari lautan warga yang penasaran, mereka malah masuk ke lautan para reporter lengkap dengan para juru kamera yang siap memberondong mereka semua dengan ribuan pertanyaan.
"Pak Indra! Pak Indra! Bagaimana tentang kasus ini? Kami mendengar bahwa ada seorang warga yang melapor bahwa ada sebuah kepala manusia yang mengapung di sungai dekat sini? Apa benar?" tanya seorang reporter perempuan yang langsung menerjang ke arah Pak Indra, tak lupa juga sambil mengarahkan perekam audio yang ada di tangannya.
Pak Indra langsung menghentikan langkahnya diantara kerumunan pemburu berita dari media massa itu, dan membiarakan dirinya terkurung di dalamnya. Beliau mulai meladeni pertanyaan demi pertanyaan yang sampai ke telinganya.
"Kami saat ini belum bisa memberikan banyak informasi. Yang pasti, memang benar, kalau kami menemukan sebuah kepala, tepatnya penggalan kepala seorang perempuan yang mengapung di sungai. Untuk sementara ini, kami hanya bisa memberi tahu bahwa dia kemungkinan dibunuh. Dan kondisi wajahnya penuh luka lebam, dan telinga kirinya hilang. Sepertinya dipenggal oleh pelaku. Untuk keterangan lebih lanjut, kami nanti akan mengadakan konferensi pers, kalau hasil penelitian dari tim forensik sudah keluar. Nanti kami konfirmasi kapan akan dilaksanakan," Ujar Pak Indra.
Semua wartawan terlihat kecewa dengan minimnya informasi yang diberikan oleh Pak Indra, dan bersiap untuk memberi pertanyaan lainnya. Tapi mereka keburu dihalau oleh beberapa petugas kepolisian yang tiba – tiba datang dan menyelamatkan semua anggota kepolisian yang terjebak di antara kerumunan pemburu berita itu.
"Ah, dasar para wartawan, kalau ada kasus seru seperti ini pasti muncul. Apalagi si Anto itu, dia reporter yang gigih," kata Pak Indra, setelah mereka berhasil duduk dengan tenang di mobil patroli.
"Loh, bapak kenal sama mereka?" Tanya Yoshi.
"Beberapa diantaranya. Karena mereka sering muncul kalau ada kasus seperti itu."
"Wah wah, rupanya Pak Indra terkenal juga ya?"
"Jelas aja lah! Beliau kan ketua Sub Divisi Penyelidikan Kriminal, jelas banyak yang tau. Dan beliau juga udah cukup lama jadi ketua, jadi nggak heran kalo beliau terkenal," Ujar Pak Said yang memegang kemudi di mobil itu.
"Pantas saja."
"Tapi beliau gak sombong. Asik kan Yo, pimpinan kita yang satu ini?" Tambah Pak Hendri, yang duduk di sebelah Pak Said.
"Wah, Pak Indra emang keren deh!"
"Hehehe ... saya kan punya "guru" yang mengajari saya dengan baik," Sahut Pak Indra, sambil senyum.
"Oh ... si dia toh? Ya emang sih, dia bisa dibilang sebagai "gurunya" Pak Indra," Ujar Pak Hendri.
"Siapa sih?" Tanya Yoshi, penasaran.
"Nanti juga tau kok! Kapan – kapan saya ajak kamu ketemu sama dia deh Yo!" Sahut Pak Indra.
"Iya deh, iya ...."
"Tapi, serius nih, kasus ini sadis juga ya? Gak kebayang deh gimana pembunuhnya! Sekali penggal langsung, hekkk! Nyawa melayang!" Ujar Pak Said, sambil membuat sebuah garis di lehernya dengan telunjuk tangan kirinya, mengisyaratkan penggalan di leher korban.
"Itu pasti bisa dimasukkan dalam pembunuhan paling sadis abad ini ...." Sahut Pak Hendri.
"Saya sepertinya setuju sama bapak," Tambah Yoshi.
"Iya sih. Di Inkuria ada banyak jenis kejahatan yang terjadi, tapi tidak banyak kasus yang sebegini fenomenal. Itu pasti bakalan jadi trending selama tiga hari tiga malam," Sahut Pak Indra.
"Tapi, menurut saya, ada satu hal yang penting," Ujar Pak Said.
"Apaan pak?" Tanya Yoshi.
"Pelaku pembunuhan ini ... pastilah setan!" seru Pak Said, lalu menoleh ke bangku di belakangnya dan menampakkan matanya yang melotot dengan serius.
"Hei, hei! Ini dunia nyata bung! Tidak mungkin ada setan yang membunuh manusia!" Sahut Pak Hendri.
"Tapi, kalau betulan gimana?"
"Setidaknya, mungkin dia adalah manusia dengan hati yang seperti setan," Ujar Yoshi, menengahi.
"Sepertinya itulah kemungkinan terkuatnya."
~~~~~
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top