Chapter 4 : Rupanya ....
Sudah seminggu semenjak mereka menangkap para pelaku, dan tidak banyak perkembangan yang terjadi pada kasus ini. Terutama karena tidak banyak jejak yang bisa mereka ikuti yang membawa mereka ke pencerahan terhadap kasus ini.
Mereka sudah melakukan beberapa hal yang bisa mereka lakukan. Misalnya saja memeriksa ulang kamar kost keempat pelaku secara saksama. Tapi seperti yang dapat diduga hasilnya nihil. Dan mereka juga sudah menanyai si ibu kost yang tidak bisa memberi banyak bantuan karena tidak ada yang mencurigakan selain mereka yang pulang pada pagi hari ke kost pada hari kejadian berlangsung.
Selain itu mereka juga sudah melakukan pelacakan kepada setiap orang dari keempat perampok itu, dan mereka tidak melihat ada perilaku yang mencurigakan atau transaksi yang janggal. Dengan kata lain, mereka kini tengah menghadapi jalan buntu.
Dan itu bisa jadi gawat. Karena kalau barang buktinya tidak bisa ditemukan, maka para tersangka akan bisa menghirup angin bebas sebentar lagi. Dan tidak ada dari siapapun yang ingin agar hal itu terjadi.
Tapi, keributan yang terjadi pagi ini telah membawa sebuah pencerahan bagi kasus yang agak membingungkan ini.
Kejadiannya diawali dengan Yoshi yang baru saja sampai di kantor, sementara itu di meja piket ada sedikit keributan. Disana dapat terlihat bahwa Pak Bambang sedang sedikit beragrumen dengan seorang pria paruh baya yang berpenampilan agak tidak biasa, karena pakaian beliau terlihat lusuh. Yoshi mengerutkan alisnya. Karena penasaran, langsung saja dia menuju ke arah meja piket.
“Ada apa sih? Kok pagi – pagi udah rame begini?” tanya Yoshi.
“Nggak Yo, cuma bapak ini mau bikin “laporan” katanya. Tapi laporan beliau ini agak tidak biasa,” Ujar Pak Bambang, sambil membuat tanda kutip dengan jari tangan kanannya.
“Ada apa sih? Laporan tidak biasa apanya?” tanya Pak Indra, yang sudah ada di sebelah Yoshi dengan tiba – tiba. Hal itu membuat Yoshi sedikit tersentak karenanya.
Yoshi mengangkat bahunya, kemudian mereka berdua kembali memandang Pak Bambang untuk minta penjelasan.
“Nggak, gini loh pak, masa iya bapak ini mau laporin kalau beliau nemuin sepatu?” sahut Pak Bambang.
“Sepatu?” tanya Yoshi dan Pak Indra secara bersamaan.
“Iya. Jadi gini, katanya beliau menemukan sepatu bot butut ini. Tapi masa iya sih, sepatu butut kayak gini mau dilaporkan ke sini sebagai barang hilang?” ujar Pak Bambang, sambil menunjukkan ekspresi dongkol. Jarinya menunjuk ke sepasang sepatu bot usang yang terletak di atas meja piket.
Pak Indra memandangi sepatu itu sejenak, dan berusaha melihatnya dari berbagai arah. Dimiringkannya kepala untuk mengamati ada sesuatu yang janggal dari sepasang sepatu bot itu.
“Hmmm, tapi siapa tau kan kalau benda ini adalah benda yang penting? Tidak ada salahnya kalau kita menerima laporannya dan mendengarkan cerita dari sepatu ini,” Ujar Pak Indra.
“Ada benarnya juga. Siapa tau ini sepatu kalau digosok bisa jadi semacam lampu ajaibnya Aladin,” Canda Yoshi.
“Lah, apa hubungannya Aladin sama sepatu ini?” tanya Pak Bambang, yang sepertinya menanggapi serius candaan Yoshi.
“Yah … siapa tau aja kan misalnya sepatu ini digosok, kita bisa lihat kalau sepatu ini rupanya terbuat dari emas murni 24 karat, ditambah puluhan permata, dipadukan dengan perak, dan dihias dengan batu rubi, zamrud, atau batu akik mungkin? Siapa tau kan, ada seorang sultan ceroboh atau mungkin milyader dungu yang ‘tidak sengaja’ menjatuhkannya di jalan? Seperti pelaku kita yang dengan ‘tidak sengaja’ membuang hasil curiannya,” Ujar Yoshi, lalu terkekeh.
Pak Bambang langsung meledak dalam tawa, dan Pak Indra tak bisa menahan kekehannya. Mereka berdua sepertinya telah terjebak dalam candaan Yoshi. Karena tentu saja sepatu seperti itu mustahil ada. Kecuali mungkin kalau di masa lalu ada seorang bajak laut kaya yang membuat sepatu seperti itu. Bisa jadi itu adalah sepatu kesayangannya, kalau memang benar ada seperti itu.
“Ya ampun Yo … imajinasimu tinggi bener ya? Kamu ini masa kecilnya gimana sih? Apa kamu memang suka mengkhayal pas masih kecil?” tanya Pak Bambang.
“Yah, mungkin. Tapi bisa dibilang kalau aku dulu sering dibacakan dongeng oleh ayahku sebelum tidur. Jadi … itu bisa jadi salah satu penyebabnya,” Jawab Yoshi.
“Imajinasi yang keren kalau saja jadi kenyataan,” Sahut Pak Indra.
Keadaannya agak hening sejenak, hingga si pelapor akhirnya memecahkan keheningan sambil memandang sepatu itu.
“Mungkin sepatu ini tidak semewah apa yang anda bayangkan, tapi kalau anda melihat ke dalamnya, anda akan dapatkan sesuatu yang tidak kalah menariknya,” Ujar si pria, sambil memperlihatkan bagian untuk memasukkan kaki dari sepatu bot itu kepada ketiga orang yang ada di hadapannya, lalu menarik sol sepatunya yang rupanya tidak direkatkan dengan erat. Tercipta sebuah rongga yang memperlihatkan sesuatu.
Ketiganya melihat apa yang ada di bagian dalam dari sepatu itu. Tanpa mereka sangka, di dalamnya ada tumpukan uang pecahan dolar, dan di atas tumpukan uang yang terdapat di sepatu sebelah kanan ada sebuah permata berwarna hijau seukuran bola bekel.
“Tunggu … bagaimana benda ini bisa ada di sini? Bukannya ini … jangan – jangan ....” ujar Yoshi kaget, sambil menunjuk ke arah sepatu itu.
“Eh … kayaknya nggak salah lagi deh Yo … ini berarti ....” sahut Pak Bambang, yang tidak kalah kagetnya dengan Yoshi.
Keduanya masih tercengang oleh apa yang baru saja mereka lihat sambil saling berpandangan. Sementara itu Pak Indra memandang dalam diam, kemudian menatap ketiga orang yang ada di dekatnya.
“Oh, bapak menyelamatkan kasus dan hidup kami kali ini! Bawa sepatu itu dan ikut dengan saya! Dan Yoshi, kamu juga ikut sekarang!” seru Pak Indra, lalu menarik lengan Yoshi untuk mengikutinya pergi ke ruangan mereka.
“Wow. Rupanya respon Pak Indra lebih heboh daripada aku dan Yoshi. Pastinya beliau sangat senang karena kasus ini akan berakhir sebentar lagi,” ujar Pak Bambang, lalu kembali bersandar di kursinya.
~~~~~
Ketiganya langsung menuju ke ruangan Pak Indra dan Yoshi. Mereka langsung duduk di kursi yang ada. Pak Indra terlihat sangat senang, sementara itu Yoshi masih terlihat agak bingung terhadap apa yang baru saja terjadi, sama bingungnya dengan si bapak yang tiba – tiba diseret kesini oleh Pak Indra.
“Umm ... sebenarnya ada apa ya pak?” Tanya si pria.
Ya tentu saja beliau tidak mengerti kenapa dia harus tiba – tiba diseret ke tempat itu secara mengejutkan setelah sebelumnya si kepala divisi ini seperti melihat harta karun saat dia menunjukkan isi sepatu yang dia bawa, dan tentunya setelah sebelumnya dianggap bercanda oleh salah satu rekannya.
“Nanti akan saya jelaskan kenapa. Benda yang bapak temukan ini ada hubungannya dengan kasus kami, yang merupakan penentu dari kasus. Sekarang yang penting bapak perkenalkan diri dulu dan jelaskan bagaimana anda bisa menemukan sepatu ini,” ujar Pak Indra sambil berusaha menenangkan dirinya, padahal aslinya beliau sangat gembira setelah mengetahui kalau apa yang selama ini mereka cari akhirnya ketemu.
Si pria memperkenalkan dirinya sebagai Pak Ari, dan pekerjaannya sehari – hari adalah sebagai pemungut sampah di Tempat Pembuangan Akhir yang ada di pinggiran kota. Dia menarik napasnya sejenak sebelum akhirnya memulai ceritanya tentang bagaimana dia bisa menemukan sepasang sepatu itu.
Setelahnya, beliau mulai menjelaskan kejadiannya secara rinci. Pada awalnya, beliau sedang memunguti barang – barang bekas di Tempat Pembuangan Sampah di dekat rumahnya pada pagi hari. Hingga akhirnya tiba – tiba dia melihat ada sepasang sepatu bot di antara tumpukan sampah yang ada di sana. Pada awalnya dia hanya mengabaikannya, walau akhirnya dia berubah pikiran sehingga dia memutuskan untuk mengambilnya sehingga dia bisa mengenakan sepatu itu kembali, kalau memang sepatu itu masih bagus.
Saat dia mendekat ke arah sepatu tadi, dia mengambilnya. Pak Ari berniat membersihkannya sedikit, tapi tidak sengaja merasakan kalau sol sepatunya tidak tertutup rapat. Kemudian dia menangkap sebuah kilauan cahaya hijau yang menyilaukan. Rupanya, itu berasal dari permata hijau tadi. Diapun mengambil sepatu itu, dan karena dia menemukan sejumlah uang asing dan permata di dalamnya, dia langsung saja memutuskan untuk membawanya ke kantor polisi.
Dan begitulah ceritanya, hingga garis cerita antara mereka berdua bisa bersinggungan di sini kini.
“Wow. Cerita yang mengagumkan. Saya tidak menyangka anda akan membawanya ke sini,” ujar Pak Indra.
“Begitulah. Lalu, apa hubungannya isi sepatu ini dengan masalah yang anda hadapi?” tanya Pak Ari.
“Begini, kalau bapak mengikuti perkembangan berita, minggu lalu ada berita tentang pencurian kan? Nah, yang bapak temukan ini adalah barang buktinya yang selama ini kami cari karena para pelaku tidak mau mengatakan dimana barang buktinya berada.”
“Hah? Jadi sampai sekarang sebenarnya barang bukti kasus itu ada disini? Edan betul ....”
“Yah, memang mengejutkan. Mereka bilang kalau barang buktinya mereka buang. Saya kira awalnya bercanda, tapi rupanya setelah saya melihat sepatu ini, saya jadi yakin kalau mereka benar – benar ‘membuang’ barang rampokan mereka itu,” sahut Yoshi.
“Kamu benar. Dan ini berarti, kasus ini hampir selesai,” Ujar Pak Indra.
"Dan bagian paling mengejutkan dari kasus ini adalah rupanya selama ini apa yang kita cari nyasar ke tempat pembuangan sampah,”
“Saya setuju. Kasus ini memang tidak biasa sejak awal, tapi saya senang karena kasus ini akan segera berakhir. Lebih baik saya telepon sipir penjara untuk membawa para pelaku kita ke sini, dan juga Pak Firman untuk mengonfirmasi apakah yang kita temukan ini adalah milik beliau.”
Pak Indra langsung meraih telpon yang ada di mejanya dan menelpon orang – orang seperti yang dikatakannya sebelumnya. Pak Ari dan Yoshi terlibat pembicaraan ringan sementara menunggu Pak Indra menyelesaikan panggilan yang dia buat. Setelah selesai, beliau memandang Yoshi dengan senyuman lebarnya.
“Nah, sementara menunggu tamu kita datang Yo, bagaimana kalau kita minum kopi dulu?” ujar Pak Indra, lalu melepaskan kacamatanya.
~~~~~
Setengah jam kemudian, Pak Firman dan keempat tahanan itu sudah sampai di ruangan mereka. Mereka bertanya – tanya kenapa mereka dipanggil kemari karena Pak Indra belum mengatakan apa alasannya mereka dikumpulkan disini. Hingga akhirnya Pak Indra mulai menjelaskan apa maksud dari permintaannya tadi.
“Kalian ada disini untuk melihat penyelesaian kasus yang melelahkan ini. Dan sekarang, kalian sudah bisa mendapatkan apa yang ‘seharusnya’ kalian dapatkan,” ujar Pak Indra, sambil menunjuk ke arah keempat pelaku yang memandang beliau dengan ekspresi bingung.
“Maksudnya? Bukannya barang buktinya nggak ada? Kami bahkan nggak mengetahui kemana larinya barang bukti itu!” ujar Lana dengan pongahnya, karena dia belum mengetahui apa yang mereka temukan, karena Pak Indra menyembunyikan sepatu itu di bawah mejanya sebelum mereka datang.
Semua orang terdiam. Pak Firman terlihat gugup, para pencuri itu terlihat sangat pongah, dan Pak Ari hanya terdiam. Sementara itu, Pak Indra dan Yoshi malah tertawa karena ucapan mereka yang sangat percaya diri itu.
“Oh ya? Lalu ini apa?” ujar Yoshi, lalu menunjukkan sepatu bot yang Pak Ari bawa.
“Nah, kalian akui saja, apakah kalian mengenali sepatu bot ini?” tanya Pak Indra.
Keempat orang itu terlihat sangat kaget, dan mereka memandang satu sama lain, karena mereka sadar benda apa yang kini ada di hadapan mereka itu.
“Itu kan ....” ujar mereka berempat.
“Permainanmu sudah berakhir, kawan ....” ujar Pak Indra, lalu meletakkan sepatu tadi di atas meja kerjanya.
~~~~~
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top