Chapter 1 : Rampok dan Taktik ala Sherlock
Maret 2015
Beberapa bulan berlalu setelah kasus terakhir mereka yang kini tidak terdengar lagi bagaimana ceritanya. Hal itu merupakan pertanda yang baik, karena memang tidak ada pihak yang mau kasus itu muncul ke permukaan. Setidaknya kini tidak ada yang mau mengusik soal kejadian itu dan meninggalkan lima orang itu dengan damai.
Walau begitu, ini berarti bahwa mereka sudah melewati beberapa bulan tanpa kasus yang berarti. Pak Indra dan Yoshi hanya terdiam di dalam ruangan mereka, hanya dengan diselingi dengan beberapa berkas yang kadang datang ke ruangan mereka. Tapi hal itu jelas kurang menantang untuk otak mereka. Pikiran mereka seolah tidak mendapatkan “asupan” yang memadai.
Hingga akhirnya pada suatu pagi di pertengahan bulan Maret, kejutan datang ketika kedua orang itu sedang duduk sambil menikmati kopi pagi hari mereka. Tiba – tiba ada suara yang menggelegar di pintu ruangan mereka. Sepertinya ada sesuatu yang menabrak pintu. Kedua penghuni ruangan itu saling memandang satu sama lain. Hingga akhirnya pintu terbuka dan menampilkan wajah yang tidak asing lagi.
Rupanya Pak Bambang adalah makhluk yang menyebabkan keributan itu. Beliau memandang ke dalam ruangan dengan senyuman lebarnya dan melangkah ke dalam. Dia membiarkan pintu yang malang itu tetap terbuka lebar. Cara beliau masuk itu jelas membuat Yoshi memandang beliau sambil mengerutkan alisnya sementara itu Pak Indra hanya bisa geleng – geleng kepala.
“Ya ampun si bapak … nggak perlu pakai nabrak pintu kan? Saya kasian sama pintunya tuh, jadi korban tubrukan badan bapak .…” ujar Yoshi.
“Ya maaf, tadi saya lupa buat putar gagang pintunya ....” sahut Pak Bambang.
“Kamu ini kok kebiasaan begitu sih Bam? Saya heran. Sudah tau ada gagang pintu di depan, kenapa enggak itu aja yang kamu coba duluan? Untung aja nggak ada engsel yang lepas atau apalah. Saya nggak kaget loh kalau suatu hari nanti kamu bakalan bikin pintu ruangan ini jebol,” Ujar Pak Indra.
“Ya maaf pak, ini agak darurat nih. Tapi seennggaknya saya cuma nabrak pintu, bukannya nendang pintu ini dengan kerasnya sehingga hancur jadi dua bagian kayak yang pernah terjadi saat itu.”
Pak Indra terkekeh, “Iya, saya tau itu. Kalau dia sih kelebihan tenaga, makanya pintu aja bisa hancur karena dia. Nah, karena kamu sampe lupa posisi gagang pintu dan menabrak pintunya sekalian, saya rasa pasti ada sesuatu yang sangat gawat. Jadi, kamu langsung ke intinya aja ada masalah apa.”
“Yah, bisa dibilang kasus ini lumanyan gawat. Ada kasus perampokan, kejadiannya di sebuah perumahan yang ada di pusat kota. Kita harus segera kesana dan melihat – lihat lokasinya.”
“Lagi? Ya ampun, kok kita berurusan sama perampok mulu sih? Nggak ada kasus lain apa?” tanya Yoshi.
Pak Indra menatap Yoshi dengan sebuah pandangan yang menyatakan persetujuan. Yah, kalau mereka dihadapkan dengan kasus perampokan lagi, jelas mereka merasakan kejenuhan. Karena sesuai dengan pengalaman mereka sebelumnya, mengejar perampok bukan pekerjaan yang mudah karena membutuhkan waktu yang agak lama. Dan jelas mereka tidak ingin untuk mengalaminya dua kali berturut – turut.
“Yah, saya akui memang agak membosankan. Tapi apa boleh buat, kita bukan penulis skenario dari cerita ini. Jadi kita nggak bisa ngapa – ngapain. Entah si penulis kehabisan ide buat kita atau apa, kita nggak tau, jalani aja deh Yo .…” komentar Pak Indra.
“Bener juga sih. Yah, seenggaknya selama kita nggak dimatiin saya sih nggak masalah.”
“Memang ada apa dengan kalian? Apa kalian trauma karena kasus terakhir yang kalian alami?” tanya Pak Bambang.
“Nggak sih, tapi kan bosan juga kalau kasusnya itu – itu aja … kan agak eneg.”
“Ada benarnya, tapi kamu tenang aja! Yakin aja deh kalo kasus ini nggak kalah asik daripada kasus yang sebelumnya! Yang penting, kita harus pergi sekarang! Ayo, kalian kan udah lama menantikan kasus. Jadi jangan disia – siain, ayo!”
Kedua pria itu tidak banyak berkata lagi. Mereka mengangguk dan akhirnya mengikuti Pak Bambang yang langsung keluar ruangan dan menuju mobil patroli yang menanti mereka untuk membawanya ke TKP.
~~~~~
Tak lama kemudian, mereka sampai di TKP. Tanpa basa – basi, mereka memeriksa daerah sekitar rumah dengan seksama. Korbannya bernama Pak Firman, yang berprofesi sebagai pengusaha tekstil. Setelah mengecek rumah beliau, mereka beralih mewawancarai si pemilik rumah.
Sesuai dengan penuturan korban, Pak Firman mengakui bahwa barang yang dirampok itu disimpannya di dalam sebuah brankas yang memiliki pengaman dan juga dijaga oleh satpam. Si perampok mencongkel paksa pintu brankasnya setelah melumpuhkan si satpam. Dan hebatnya lagi, perampok itu melakukan aksinya pada dini hari, sekitar jam 4 subuh tadi pagi.
Setelahnya, mereka juga menanyai satpam yang sudah dibebaskan dari ikatan yang diberikan oleh si perampok. Dan beliau membenarkan perkataan majikannya. Para perampok itu mengikatnya terlebih dahulu sebelum akhirnya membuka paksa brankas yang dijaganya. Dan setelah harta tersebut ludes, mereka langsung mengambil langkah seribu sebelum akhirnya Pak Firman melihat kalau si satpam dalam keadaan terikat pada pagi harinya.
Kejadian itu menyebabkan sedikit keributan di wilayah sekitak kediaman korban, terutama karena kedatangan polisi. Selain itu rupanya juga ada kesaksian dari beberapa warga yang sempat melihat bahwa ada beberapa orang yang melihat ada beberapa orang asing yang keluar dari rumah tersebut. Sayangnya kehadiran mereka tidak diketahui oleh petugas keamanan komplek karena sepertinya mereka menyelinap ke kawasan perumahan tersebut melalui daerah kebun yang ada di belakang perumahan tersebut.
Hingga akhirnya tiba – tiba muncul seorang pria yang mengaku sebagai tukang ojek kepada para petugas di luar rumah korban. Dan beliau mengatakan bahwa dia memiliki sebuah informasi. Hal itu jelas membuat Pak Indra dan Yoshi agak bingung, tapi mereka berdua tetap mendatangi pria itu, siapa tau kalau orang tersebut memiliki informasi yang berguna.
“Nah, jadi apa yang ingin anda sampaikan Pak?” tanya Pak Indra, setelah mereka bertemu dengan pria tersebut.
“Saya cuma ingin memberi informasi bahwa saya melihat orang – orang yang mencurigakan yang bisa jadi adalah si perampok. Dan saya sempat mengikutinya juga,” Sahut si pria.
Pak Indra mengerutkan alisnya heran, “Bagaimana bisa? Bisakah anda menceritakannya.”
“Begini, saya tadi pagi kan mau mengantar seorang ibu langganan saya ke pasar, beliau memang biasanya berangkat pagi - pagi. Jadi, saya ke rumah beliau setelah selesai sholat subuh. Kebetulan saya melihat beberapa orang dengan pakaian mencurigakan melewati kendaraan saya. Mereka juga membawa beberapa bungkusan yang mencurigakan. Rupanya mereka satu arah dengan saya. Karena saya penasaran, langsung saja saya mengikuti mereka, karena harinya juga masih pagi betul. Ternyata, mereka pergi ke arah Jalan Gatot Soebroto, kemudian mereka berbelok dan saya tetap lurus supaya tidak mencurigakan. Jadi ... kalau menurut pendapat saya, bisa jadi mereka tinggal di sekitar sana.”
Yoshi memandang Pak Indra, sementara itu yang dipandang hanya menganggukkan kepalanya terhadap penuturan yang diberikan.
“Oh, begitu? Yah, mungkin informasi dari bapak bisa dijadikan pertimbangan untuk penyelidikan. Sebelumnya terima kasih ya pak,” Ujar Pak Indra, lalu menjabat tangan si pria.
“Ya, sama – sama! Senang bisa membantu penyelidiakn anda!” sahutnya.
Setelah si tukang ojek itu selesai ditanyai, Pak Indra menyampaikan salam perpisahannya, lalu si saksi juga bergegas pergi.
“Pak Indra! Ternyata memang benar kalo pintu brankasnya dicongkel paksa! Disini ada banyak bekas goresan linggis!” ujar Pak Hendri yang tiba – tiba datang.
“Yah, bukan hal yang mengejutkan,” Sahut Pak Indra.
“Kalau boleh tau, apa aja sih yang diambil sama para perampok? Kelihatannya tidak banyak yang hilang tapi sepertinya berharga ya? Soalnya menurut saya brankasnya tidak terlalu besar juga,” tanya Yoshi.
“Ya, memang. Tidak sampai separonya malah. Tapi, mereka mengambil uang dalam bentuk dolar senilai lima puluh ribu dolar, dan juga sebuah permata kecil berwarna hijau yang saya dapatkan dengan harga lima ribu dolar,” jawab Pak Firman, yang datang bersama dengan Pak Hendri.
Yoshi harus berusaha menahan mulutnya agar tidak jatuh dari tempatnya. Itu bukan jumlah yang sedikit, karena dia tidak tau pasti berapa kurs pada saat ini. Pantas saja kelihatannya Pak Firman agak resah.
“Ckckckck ... pantesan aja ... rupanya duit dolar toh?” ujar Pak Bambang.
“Itu dia masalahnya. Permatanya juga mungkin kecil, tapi nilainya cukup fantastis, karena saya mendapatkannya dari lelang amal.”
“Begitu ya? Tapi sepertinya untuk saat ini kita tidak punya sesuatu yang harus diselidiki lagi, karena kita sudah melihat – lihat lokasi dan juga mendapatkan beberapa kesaksian penting. Bagaimana kalo kita pergi sekarang? Tim yang lain juga udah selesai memeriksa kan?” ujar Pak Indra.
“Eh, iya sih. Kami juga udah selesai kok!” sahut Pak Said.
Pak Indra akhirnya berpamitan dengan Pak Firman, dan kembali ke kantor. Sesampainya di ruangan mereka, Pak Indra dan Yoshi mulai membicarakan kasus yang kali ini mereka hadapi ini.
“Menurutmu, bagaimana kasus ini?” tanya Pak Indra.
“Sepertinya sih mudah. Yang tinggal kita lakukan adalah mencari pelakunya kan? Lagipula, mereka kan sudah bisa kita lacak, berkat info dari kang ojek tadi,” jawab Yoshi.
“Kamu ada benarnya sih. Tapi bagi polisi, mencari info seperti dimana persisnya mereka adalah hal yang cukup sulit.”
“Karena kalian tidak bisa menutupi identitas kalian dengan baik ya? Bukannya kita bisa menyamar?”
"Kami bisa kok, tapi ... kamu tau sendiri lah. Itu masih jadi hal sulit untuk kami. Masyarakat tidak akan mau memberikan informasi yang diperlukan jika mereka mengetahui siapa kami. Mereka akan takut duluan sebelum kami mendekati mereka. Kadang muka kami terlalu sangar sampai orang awam juga bisa merasakannya.”
“Yah, memang benar. Dan saya akui itu.”
“Nah, itu dia yang jadi masalah. Kecuali kalau kita mau pakai cara lain.”
“Hmm... saya ada kepikiran sebuah ide aneh, karena saya baru saja ingat sama beberapa cerita Sherlock Holmes.”
“Memang kenapa? Apa hubungannya?”
“Aku baru ingat, kalau dia pernah bilang kalau kamu ingin mencari informasi, jadilah kusir kuda. Kesetiakawanan mereka sangatlah hebat. Yah pokoknya, kalau ketemu sama orang yang tepat kita bisa menemukan informasi yang diinginkan.”
“Dan itu memang benar. Lalu?”
“Bukannya di daerah Gatot Subroto itu dareah kampus ya? Kenapa kita nggak berpura – pura jadi pelajar yang ingin mencari rumah kost?”
Pak Indra terdiam sejenak. Beliau berusaha untuk memahami ide apa yang sebenarnya sedang berada di kepala Yoshi. Tak lama kemudian, beliau mengangguk sambil terkekeh. Sepertinya kini akhirnya beliau paham akan isi kepala Yoshi.
“Tepatnya sih, kamu yang harus melakukannya. Muka saya tidak meyakinkan misalnya jadi pencari kost. Kamu lebih cocok. Kamu kan setidaknya masih sebaya dengan mereka. Kamu pasti tau bagaimana cara berinteraksi dengan mereka. Jadi kamu lebih cocok buat melakukannya.”
“Memang itu yang saya pikirkan sih. Jadi ... intinya saya harus menyamar jadi mahasiswa. Dengan harapan saya bisa menemukan sesuatu.”
“Yah, itu kan ide kamu, jelas kamu yang tau bagaimana persisnya gimana untuk menjalankannya.”
Yoshi mengangguk, “Eh, pada awalnya tadi kukira itu ide yang jelek, tapi sepertinya ini patut untuk dipraktekkan. Boleh kan kalau besok saya langsung coba ide ini?”
“Siapa yang melarang? Selama kamu bisa bawa beberapa data baru yang menolong, saya rasa kamu bisa coba.”
“Baiklah, kalau begitu baiknya sih saya coba aja besok.”
Kini, Yoshi punya satu misi baru, yaitu menyamar dan mencari info tentang para perampok yang mereka buru kali ini. Tapi … apa Yoshi bisa?
~~~~~
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top