Chapter 8 : (Epilog) Peristiwa 12 Desember 2008 & Seorang Detektif Underground

Tak terasa, seminggu telah berlalu. Keributan karena kasus itu telah berlalu dengan cukup baik. Dan kini, Pak Indra dan Yoshi sedang duduk di ruangan mereka, sambil melihat – lihat berkas dari kasus tersebut. Setelah membaca semua kata dan halaman yang ada di hadapan mereka, akhirnya mereka berpandangan satu sama lain sebelum akhirnya Pak Indra terkekeh kecil.

“Akhirnya. Kasus berdarah ini selesai. Iya kan, Yo?” ujar Pak Indra.

“Nggak juga sih. Kalau menurut saya, kasus ini belum selesai. Masih ada beberapa hal yang belum jelas.” sahut Yoshi.

“Kenapa? Apanya yang belum jelas.”

“Bapak kan belum ngejelasin soal apa yang namanya ‘Peristiwa 12 Desember 2008’. Kan saya baru aja masuk, jelas saya nggak tau apa itu. Saya juga sempat kembali mengingat beberapa kasus kriminal yang sempat terjadi di masa itu, tapi saya masih nggak tau itu kasus yang mana. Pengetahuan saya soal kasus kriminal semacam itu memang kurang banyak. Terus, apa hubungannya kasus itu dengan si ‘anggota gaib’ EG Group?”

“Oh iya, saya hampir lupa buat jelasin yang satu itu ke kamu. Kamu kan nggak tau. Kalau anggota yang lain sih jelas aja tau. Sebetulnya, hampir semua orang disini tau sih.”

“Kok bisa sih bapak sampai lupa soal yang satu itu?”

“Kan saya tadi bilang kalau di sini sudah banyak yang tau soal kasus itu. Makanya saya lupa ..."

“Yah maaf pak, saya kan masih anak bawang di sini.”

“Ahaha, iya deh. Saya bakalan jelaskan semuanya satu – satu. Dengarkan baik – baik.”

Pak Indra mulai membeberkan latar belakang kisah dari kasus ini pada Yoshi. Pak Indra memulai dengan mengatakan bahwa banyak orang yang tau tentang kasus ini, tapi tak banyak yang tau soal kenyataan yang sebenarnya ada di kasus ini. Tapi satu hal yang dapat disimpulkan adalah, dari sini dapat diketahui bahwa dendam tak baik, dan apa yang dilakukan oleh Rama Alexander dengan semua penembakan itu semuanya dilandasi oleh dendam yang sudah membutakan dirinya sendiri.

Pak Indra mengambil sebuah buku kliping di lemari yang ada di bawah mejanya. Beliau membukanya dan memperlihatkan sebuah potongan koran yang menampilan sebuah berita tentang pembunuhan. Menurut berita tersebut, pada 12 Desember 2008 terjadi sebuah kasus pembunuhan yang menggemparkan yaitu kasus tewasnya sepasang suami istri pemilik sebuah rumah produksi terkenal, Alexander Home Production. Mereka ditemukan terbunuh tepat siang hari di kediaman mereka yang berada di sebuah kawasan perumahan elit. Penyebab tewasnya kedua suami istri itu adalah karena tembakan beruntun yang mengenai tubuh mereka dan membuat keduanya kehabisan darah dan menjemput ajal mereka. Dan yang pertama kali menemukan mayat mereka adalah putra bungsu dari kedua suami istri itu, yang kebetulan baru saja pulang sekolah.

Dengan informasi yang diberikan oleh Pak Indra tadi, Yoshi dapat langsung menyimpulkan bahwa dari nama belakangnya, Rama adalah anak yang dimaksud dalam berita tersebut. Dan Pak Indra membenarkan perkataan Yoshi itu. setelahnya, Pak Indra menuturkan cerita tentang peristiwa tersebut.

Berdasarkan penuturannya, Rama melihat kejadian itu sepulang sekolah, pada tanggal 12 Desember 2008, dan saat itu dia masih kelas 3 SMP. Setelah melihat kedua orang tuanya tewas, dia langsung memanggil polisi. Penyelidikan dilaksanakan, dan semua saksi ditanyai. Tapi mereka menemui jalan buntu, karena sepertinya tidak ada pelaku yang mencurigakan dan kedua koban juga bersih dari tindak kejahatan apapun.

Dan di saat itulah, kepolisian meminta bantuan dari si “anggota gaib”. Pak Indra sedikit menjelaskan soal “anggota gaib” itu. Beliau menyebutkan, walau di kehidupan sehari – harinya pria itu hanya orang biasa, tapi dia adalah orang yang cerdas dan banyak berperan dan membantu dalam beberapa kasus yang dialami kepolisian walau banyak orang yang tidak mengetahuinya. Dan pihak kepolisian juga merasa kalau dia memang orang yang tepat untuk membantu dalam beberapa kasus yang agak ribet. Dia memang bukan anggota kepolisian, tapi dia adalah salah satu teman Pak Indra dan mereka bisa dibilang cukup dekat, walau beda usia mereka agak jauh. Pria itu juga memiliki ketertarikan dalam dunia kriminal dan selalu dengan senang hati membantu Pak Indra dan kawan – kawan bila sedang dalam kesusahan. Dan menurut Pak Indra, salah satu keuntungan berkerja sama dengannya adalah, dia bisa menyelidiki ke tempat yang polisi tidak bisa atau mungkin cukup sulit untuk masuk. Wajahnya yang awet muda itu memang diakui bisa cukup menipu. Dan dia memang mempunyai cara penyelidikan yang berbeda dari pihak kepolisian, dan itu bisa membantu untuk melengkapi teori – teori yang sudah dimiliki terhadap sebuah kasus.

Dan dari si “anggota gaib” itu, dia berhasil mendapatkan informasi bahwa pelakuanya adalah seorang anggota kepolisian bernama Pak Andro. Hal ini dilandasi dengan beberapa bukti dan kesaksian bahwa antara kedua korban dan si pelaku pernah bertemu beberapa kali sebelum kejadian itu. Belum lagi kenyataan bahwa pada saat itu Pak Andro tiba – tiba meninggalkan kantor tanpa alasan yang jelas. Jadi tanpa ragu si “anggota gaib” itu langsung menjebloskan Pak Andro ke dalam penjara. Dan dalam persidangannya, terkuak bahwa motif dari Pak Andro sebenarnya membunuh kedua orang tua Rama karena rumah produksi milik kedua korban saling bersaing dengan rumah produksi yang dimiliki oleh istrinya, Bu Renata. Mereka menuduh kalau Alexander Production House melakukan berbagai kecurangan sehingga bisa menguasai bidang usaha rumah produksi lebih dari yang sewajarnya. Dan karena itulah dia membunuh pesaing tersebut dengan alasan bahwa dia ingin membuat istrinya senang.

Tapi, setelah dilakukan penyelidikan lebih mendalam, hal itu tidak terbukti, dan penyelidikan lebih lanjut dari si "anggota gaib" menunjukkan bahwa malah perusahaan Bu Renata yang melakukan kecurangan – kecurangan tersebut. Karena itulah Pak Andro langsung dijatuhi pasal berlapis tentang pembunuhan dan pencemaran nama baik yang membuatnya langsung masuk penjara dan jabatannya sebagai komisaris bagian dari Sub Penyelidikan Kriminal dicopot. Posisi tersebut merupakan posisi jabatan yang ada di atas Pak Indra.

Dengan berakhirnya persidangan tersebut, berakhirlah kasus tersebut. Tapi, sebetulnya ada sebuah kenyataan tersembunyi dari kasus tersebut yang hanya diketahui oleh Pak Indra, si “anggota gaib”, dan Rama. Kenyataan tersebut adalah, dalam penyelidikan tersembunyi yang dilakukan oleh si “anggota gaib” itu, dia menemukan bahwa otak sebenarnya dibalik semua itu adalah Bu Renata. Wanita itulah yang sebenarnya merencanakan pembunuhan yang dilaksanakan oleh suaminya, beserta dengan semua skenario yang dimainkan di dalam persidangan. Dia juga mengetahui bahwa motif dari pembunuhan itu adalah dilandasi oleh perasaan iri karena Bu Renata merasa tersaingi oleh perusahaannya milik orang tua Rama.

Dan entah bagaimana, Rama bisa mengetahui semua itu. karena saat mereka berdua berusaha bicara dengan Rama, dia mengatakan bahwa dirinya sudah tau tentang semua dendam dan rencana dari kedua suami istri itu. Entah karena dia menguping atau memang diberi tau oleh kedua orang tuanya, dia tau bahwa memang nyawa kedua orang tuanya terancam.

Sepertinya itulah yang membuat Rama menaruh dendam pada Bu Renata. Dia tau tentang semua kenyataan yang terjadi pada kedua orang tuanya, dan sepertinya dia tidak menerima akan hal itu. Dan hal ini bisa dimaklumi. Seorang anak pasti tidak kuasa jika dia harus melihat kedua orang tuanya tewas dengan keadaan yang mengenaskan di hadapannya, sementara itu mereka berdua tidak memiliki masalah atau melakukan kejahatan apapun yang pantas untuk membuat mereka mati seperti itu.

Sudah cukup lama semenjak kasus itu, dan kabar terakhir yang didengar oleh Pak Indra adalah bahwa di usianya yang kini masih 20 tahun, dia sudah jadi pemimpin perusahaan yang ditinggalkan kedua orang tuanya itu setelah beberapa tahun diserahkan ke pamannya. Di beberapa media juga dia memamparkan bahwa dia mendalami olahraga menembak dan sambil menyelesaikan studi kuliahnya di bidang bisnis. Tapi kini dia kembali dengan dendamnya yang masih membara, dan membalaskannya dengan cara yang tidak berperi kemanusiaan dengan serangkaian penembakan yang dia lakukan.

Setelah kisahnya selesai, Yoshi terdiam sejenak. Dia sangat bersyukur karena kini dia masih memiliki keluarga yang lengkap. Ayah, ibu, dan seorang adiknya masih lengkap, dan mereka selalu bertemu, setidaknya saat jam makan malam. Dia tidak bisa membayangkan kalau dia kehilangan orang tua seperti yang dialami Rama. Dia yakin kalau hal yang dirasakannya itu sangat menyakitkan, dan wajar kalau dia menginginkan pembalasan dendam terhadapnya. Tapi di satu sisi, Yoshi tau kalau apa yang dilakukan Rama itu salah.

“Jadi begitu ceritanya? Pantas saja dia sampai seperti itu. Sebagai anak, siapa sih yang nggak merasa sesak kalau mengetahui bahwa orang tuanya diperlakukan seperti itu? Sakit banget. Aku nggak bisa bayangkan gimana rasanya kalau aku ada di posisi dia,” komentar Yoshi.

“Nah, sebelum saya tutup sesi cerita saya, apa kamu masih punya pertanyaan lagi?” tanya Pak Indra.

“Kok Rama akurasi tembakannya bisa sehebat itu? Saya kasih kagum karena hal itu.”

“Itu karena semenjak dia SMA, dia ikut klub pecinta olahraga tembak. Bukannya tadi sudah saya kasih tau ya? Sepertinya, tujuannya ikut klub itu adalah sebagai media baginya untuk balas dendam. Dan, kita bisa lihat buktinya sekarang.”

“Oh iya, saya lupa. Lalu, bagaimana dengan nasib Bu Renata? Beliau terkena beberapa tembakan, apakah beliau masih bisa diselamatkan?”

“Sayangnya tidak, Yo. Saya dapat kabar kalau beliau meninggal beberapa hari lalu. Lukanya cukup parah dan sayangnya pada saat itu stok darah untuk transfusi tidak mencukupi, karena itulah beliau tak tertolong.”

“Sayang sekali, padahal saya berharap kalau beliau masih bisa diselamatkan. Dan Rama bagimana?”

“Besok Rama akan menjalani proses pembacaan dakwaan, setelah itu menjatuhkan vonis. Sudah, selesai deh sidangnya. Cukup sekali seperti suruhan si ‘anggota gaib’ itu.”

“Eh, ngomong – ngomong, yang dia bilang soal hidupnya waktu itu ... apa semuanya benar?”

“Iya. Itu memang kisah hidupnya. Dia memiliki janji dengan kakeknya sesaat sebelum beliau meninggal. Dia mulai menyelidiki beberapa kasus sendiri, menghadang bahaya, dan harus kehilangan orang – orang  terdekatnya karena serentetan kejadian dan pembunuhan ganjil yang terjadi dan mengincar keluarganya. Dia berasal dari keluarga detektif, yang konon punya buku catatan yang diwariskan turun temurun yang isinya adalah kejahatan – kejahatan yang pernah dilakukan di kota Inkuria ini. Dan dia harus menjaga buku itu, sebagai tugas generasi terakhir, karena seluruh keluarga dekatnya sudah tiada. Hidup jadi dia itu berat, tau. Karena kejahatan yang dia tangani lebih banyak dan lebih sadis dibanding kejahatan yang biasa kita lihat. Tubuhnya penuh luka, baret, bekas tembakan pistol. Keluar masuk rumah sakit itu adalah hal biasa baginya. Tapi, uniknya dia tetap suka pekerjaan sampingannya itu.”

“Hebat ya? Kenapa dia nggak jadi polisi aja? Kita kan butuh banyak orang yang seperti itu.”

“Dia kan lulusan jurusan Pendidikan Matematika. Selain dia menyukai kasus, angka – angka dan berdiri di hadapan orang lain adalah salah satu hal lain yang digemarinya. Makanya dia jadi pengajar. Dia tidak suka kehidupan statis disini, yang cuma bergerak ketika ada kasus. Dan juga, kalau dia bergerak sebagai polisi, itu akan mempersulit. Kan, kalau orang awam lihat orang berseragam kan rasanya gimana gitu. Kalau dia sebagai orang biasa? Tidak akan ada yang tau atau peduli kan?”

“Bener juga. Jadi, intinya dia punya kehidupan yang keras plus sebatang kara?”

“Begitulah. Tapi, dia tetap mencintai hidupnya sendiri. Itu yang aku salut. Aku aja banyak belajar dari dia ...”

“Hebat ya, dia itu? Tapi, ada satu hal yang masih mengganjal.”

“Apa itu, Yo?”

“Aku rasa, aku kenal posturnya, dan juga suara serta gaya bahasanya. Tapi ... dia siapa ya? Apa bapak bisa kasih tau aku namanya?”

Pak Indra tersenyum simpul, “Nah, kalau itu, kamu harus cari tau sendiri, Yo ...”

Yoshi mengangkat alisnya, sementara itu Pak Indra menatap figura kecil yang ada di atas mejanya. Yoshi mengerutkan alisnya, berpikir keras. Sesaat kemudian, dia menyadari sesuatu.

“Kurasa ... aku tau siapa dia ...” bisik Yoshi.

~~~~~

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top