Chapter 5 : Kode Biner Yang Bikin Keblenger

Setelah tiga hari Yoshi mendekam di rumahnya, akhirnya dia kembali bekerja. Bukannya Yoshi memaksakan dirinya, tapi dia tak punya pilihan lain. Kalau dia tidak ke kantor, maka dia akan bingung akan apa yang harus dilakukannya. Adiknya pergi ke kampus, kemudian kedua orang tuanya tengah mengajar. Kalo dia tidak masuk hari ini, sama aja dia mau bertapa. Toh, dirumahnya tak ada siapa – siapa, jadi lebih baik kalau dia masuk kerja kan? Lagipula, dia lagi ingin meluruskan sedikit kekusutan dalam kepalanya dengan “curhat” sama Pak Indra. Dan tentunya, dia masih mengenakan perban di kepalanya. Hal itu membuat Pak Bam cs sedikit iseng pada Yoshi saat melihatnya datang. Kebetulan mereka bertiga ada di dekat meja piket.

“Huaaa! Pak Said, Pak Hendri, tuh, liat. Ada mumi ...” ujar Pak Bam sambil nunjuk Yoshi dengan ekspresi pura – pura horor miliknya.

“Hei, saya bukan mumi Pak!” sahut Yoshi.

“Eh ... kaliin aja kamu tadi itu salah satu mumi di Piramida yang tiba – tiba lepas ke sini.”

“Nggak begitu juga kali pak! Ini kan alasan medis. Sebetulnya sih saya mana mau pake perban beginian. Tapi kan mau gak mau.”

“Kamu masuk kerja nih ceritanya? Kenapa gak libur aja? Kan enak tuh dirumah, nyantai.”

“Iya sih enak. Tapi, kalo dirumah, nanti nggak ada yang nemenin saya. Masa saya sendirian aja? Sedih amat.”

“Pantesan. Kalau saya jadi kamu juga pasti saya bakalan suntuk.” Sahut Pak Said.

“Oke, kalau gitu saya ke ruangan saya dulu ya pak.”

Ketiga pria itu mengangguk, dan Yoshi menuju ke ruangannya, membuka pintu dan melihat kalau Pak Indra sudah ada di sana. Pak Indra tengah mengganti bunga di vas bunga yang ada di meja sebelah meja kerjanya dengan bunga yang baru. Yoshi yang melihatnya langsung tersenyum.

“Wah, pagi – pagi gini udah rajin aja bapak!" ujar Yoshi, sedikit bercanda pada Pak Indra.

Sapaan Yoshi itu sepertinya agak mengagetkan Pak Indra, karena beliau langsung sedikit terlonjak karenanya.

“Eh, Yoshi! Kok kamu ada di sini? Kan saya bilang kalau kamu nggak usah kerja dulu!” sahut Pak Indra.

“Iya pak, saya tau kok. Tapi, dirumah saya cuma sendirian, dan pastinya nggak ada yang nemenin saya. Makanya, saya kerja aja. Toh, kan lagi nggak ada kasus yang mengharuskan saya menggunakan otot, iya kan?”

“Yah, memang sih. Terserah kamu sajalah. Tapi saya yakin, tadi kamu pasti diketawain sama Trio Koplak, iya kan?”

“Emang. Tadi pas saya mau masuk, tiga sekawan itu ada di meja piket.”

“Tuh kan? Tapi sudahlah, mereka memang begitu. Sekarang, mending kita ngobrol – ngobrol sedikit disini.”

Yoshi menuju ke mejanya, kemudian duduk di kursinya. Dia menarik napas sejenak sebelum akhirnya dia merogoh sakunya. Kemudian, dikeluarkannya selebar kertas. Diliriknya sejenak kertas itu, kemudian dia melirik Pak Indra. Tanpa ragu, Yoshi langsung mencolek pundak Pak Indra.

“Ya, ada apa Yo?” tanya Pak Indra, sambil memutar kursinya ke arah meja Yoshi.

“Nah, karena kita nggak ada kerjaan, saya mau minta bantuan akan satu hal.”

“Apaan tuh Yo?”

“Coba liat ini.”

Yoshi menyodorkan kertas yang ada di tangannya kepada Pak Indra. Kemudian, beliau membacanya dengan serius. Beberapa saat kemudian, beliau memiringkan kepala dan kertasnya sambil mengerutkan muka dengan segala macam cara yang menunjukkan kalau beliau sudah pusing tujuh keliling dalam memahami arti dari isi kertas itu. Setelah puas, diletakkannya kembali ke meja Yoshi.

“Ampun Yo! Kayaknya saya nggak bakalan bisa mecahin kode yang kayak beginian!” ujar Pak Indra sambil menyerahkan merentangkan tangannya ke samping, sebagai tanda tidak tahu sekaligus menyerah.

Mereka kembali melirik kode itu. Dan inilah isi kodenya :

O23H23V17O02  O08O02S06  O18O04  S09B18O01  B15G15Z15P01S04  H09H02I02S01 S02O13  I26O26  O07O01  B15V23D06S07  V15Z15P15  I23O

AKU HANYA MENYEDIAKAN SEBUAH CLUE, YAITU : PUNCAK MUSIM DINGIN YANG DIHADAPKAN PADA CERMIN.

“Jangankan bapak, saya aja nyerah mikirnya! Bayangin aja saya beberapa hari di rumah nyaris gak bisa berhenti mikirin soal kode ini.” sahut Yoshi

“Apalagi saya! Bisa botak nih kepala kalau saya paksa buat ngejawab.”

“Seandainya aja kita tau apa metode yang bisa dipakai buat memecahkan kode ini, pasti kita bisa tau jawabanya. Masalahnya, clue yang ada itu kurang bisa untuk memberi penjelasan akan apa metode yang bisa dipakai.

“Itu dia Yo. Kalau kita tau kuncinya apa kan gampang.”

“Gimana nih pak, siapa tau aja ini isinya penting!"

“Kamu dapat ini dari siapa?”

“Dari ‘orang’ yang nolongin saya kemaren.” Ujar Yoshi, sambil membuat tanda kutip di udara untuk menekankan kata “orang” tadi.

“Heh? Kok pake tanda kutip segala sih?”

“Soalnya, orang yang saya maksud itu terkadang nggak keliatan seperti manusia. Dia bisa dibilang lebih mirip sama setan.”

“Hush! Jangan macam – macam ah kamu! Kalo orangnya tiba – tiba muncul disini gimana coba? Siapa tau saja setelahnya kamu bakalan dijadikan tumbal olehnya!” canda Pak Indra.

“Habis, kan saya kenal baik orangnya. Kalo nggak kenal juga saya nggak berani bilang begitu.”

“Oke, lupakan saja soal itu. Tapi saya mau jujur soal satu hal, yaitu saya nggak tau apa jawaban dari kode ini. Tapi, saya tau satu hal.”

“Apa itu pak?”

“Kita pasti nggak bakalan tidur karena kode ini selama seminggu. Atau mungkin malah lebih.”

“Wah, kalau itu sih, kayaknya bener deh pak...”

~~~~~

Yoshi baru saja kembali setelah makan siang dari luar. Dan saat dia kembali ke ruangannnya, disana Pak Indra sedang asik berurusan dengan ponselnya. Sepertinya beliau sedang meneplon seseorang.

Si pemuda memutuskan untuk duduk di depan meja kerjanya. Sementara itu, Pak Indra hanya memberikan Yoshi sebuah senyuman sementara dia berbicara dengan orang yang ada di seberang panggilan. Yoshi memutuskan untuk mendengarkan percakapan mereka dengan saksama, walau dia tidak bisa menangkap apa yang dikatakan oleh lawan bicara Pak Indra.

“Ayolah, kasih tau dong!”

“......”

“Heh, pelit banget sih jadi orang?”

“......”

“Hah? Mau ngasih tau? Kapan?”

“......”

“Tahun depan gundulmu! Nggak mau! Keburu mati penasaran saya kalo gitu!”

“......”

“Heh! Nih anak malah ketawa! Dasar setan!”

“......”

“Malah ngaku lagi ini anak!”

“......”

“Minggu depan? Gila aja! Keburu ubanan kepala saya nih!”

“......”

“Iya, jelas aku mau lah kalau dikasih tau. Tapi, masa minggu depan sih? Jadi orang kok jahat banget sih kamu ini?”

“......”

“Gampang gundulmu! Kode yang lebih susah daripada kode morse gini kamu bilang gampang? Saya kan bukan kamu!”

“......”

“Kamu sih profesional! Yang beginian sih, dalam hitungan menit juga kamu bisa pecahkan!”

“......”

“Saya serius nih! Keburu lapukan saya kalo minggu depan baru kamu kasih tau!”

“.....”

Clue dong...”

“......”

“Kode Caesar? Yang ‘Keep Smile’ itu ya? Ato yang kaisar itu?”

“......!”

“Kaliin aja... maksudmu apa sih?”

“......”

“Buka Google? Sialan ini anak. Emang gimana coba caranya Google bisa membantu? Bantuin dong, jangan sok sibuk ah!"

“......”

“Tapi, aku sih sejujurnya nggak yakin kamu bisa menciptakan generasi yang hebat. Kamunya aja kacau...”

“......”

“Heh, jelasin dong! Masa saya disuruh buka Wikipedia sih? Teknologi itu ribet, tau!”

“......”

“Tapi, janji bantuin ya?”

“......”

"Halah, kerjaan apaan ... palingan juga kamu main game...”

“......”

"Tugas apaan coba? Tugas nyari jodoh?”

“......”

“Yah, terserah. Pergilah sana. Minggu depan kan?”

“......”

“Heh? Lewat telpon? Nggak main kesini aja sekalian?”

“......”

“Dasar, kapan kamu mau dapat jodoh coba kalau kamu nggak suka keluar rumah?”

“......”

“Iya, datang sih datang, tapi sampai kapan kamu mau nunggu! Sampai lapukan?”

“......”

“Heh! Saya kan setidaknya pernah menikah! Nggak kayak kamu yang selama 30 tahun lebih nggak pernah pacaran!”

“......”

“Sudah, kalo gini terus kayaknya nggak bakalan habis obrolan saya sama kamu. Oke, selamat bekerja! Sampai jumpa!”

“......”

“Ya, ya, ya...”

Pak Indra meletakkan ponselnya diatas meja, lalu mendengus kesal. Yoshi sedikit banyak penasaran akan apa yang diobrolkan oleh Pak Indra dan lawan bicaranya itu, karena dia tidak bisa mendengar suara dari telpon Pak Indra tadi. Dan terutama karena Pak Indra terlihat agak kesal setelahnya, walau beliau tetap terlihat cukup senang.

Tapi terutama, dia agak heran karena Pak Indra terlihat sedikit "keluar" dari karakternya. Yoshi membayangkan bahwa orang yang menelponnya itu pastilah orang yang menyebalkan sehingga Pak Indra terlihat kesal sendiri.

“Kenapa Pak? Seru banget telponannya, memangnya siapa sih?” tanya Yoshi.

“Anggota gaib EG Group. Saya minta bantuannya buat mecahin kode itu. Kan kita berdua sama – sama buntu soal kode itu.” jawab Pak Indra.

“Gitu? Terus, apa dia bakalan kesini buat bantuin kita?”

“Enggak, dia cuma ngasih tau jawabannya minggu depan lewat telpon.”

“Heh? Kenapa lewat telpon?”

“Tau ah, katanya dia lagi males kesini, lagi banyak kerjaan katanya. Maklum, dia punya kerjaan utama, dia membantu kami di dunia “Underground” ini kan cuma sambilan aja.”

“Sepertinya dia adalah orang yang menarik. Saya jadi penasaran, kira – kira, gimana orangnya pak?”

“Kamu pasti kaget. Ilmu yang dia punya nggak sesuai sama kelakuannya.”

“Maksudnya?”

“Yah, dia boleh pintar, tapi kelakuannya tuh ,serius deh, parah banget.”

“Terus, tadi dia bilang apa lagi?”

“Yang penting sih itu tadi, dia baru bakalan ngasih tau minggu depan. Dan katanya, pelajari aja pengertian dari kunci kode itu, Kode Caesar. Dan juga pelajari petunjuknya.”

“Jadi kode itu merupakan Kode Caesar?”

“Ya. Katanya, kalau perlu kamu bisa searching sekalian.”

“Boleh juga. Saya pernah belajar soal kode yang satu itu, tapi sudah agak lupa sih.”

Tanpa disuruh dua kali, Yoshi langsung membuka ponselnya, dan pergi ke mesin pencari. Setelah dapat, dia membacanya di hadapan Pak Indra. Setelah mereka kembali mengingat apa itu kode Caesar, mereka kembali berdiskusi.

“Jadi, kode Caesar itu merupakan salah satu teknik enkripsi yang paling sederhana, yaitu dengan menggunakan pergantian huruf dengan jumlah geseran tertentu yang sudah disepakati oleh pembuat dan penerima kode. Intinya begitu, iya kan Yo?” ujar Pak Indra.

“Begitulah. Intinya, kita harus tau dulu berapa geseran yang diminta sebelum bisa memecahkan kode itu. Dan yang jadi masalah adalah, manakah bagian clue yang menunjukkan jumlah geserannya.”

“Benar. Itu hal sama yang ada di dalam kepala saya.”

“Tapi saya masih kurang paham apa maksud clue – nya itu."

“Kalau begitu, ayo kita coba pelajari clue – nya. Clue yang diberikan adalah “puncak musim dingin yang dihadapkan dengan cermin”. Menurut kamu, apa artinya tuh?”

“Puncak musim dingin itu, kalau kuingat kembali pelajaran saat SMA ya sekitar bulan November atau Desember. Kalo cermin, mungkin kita sudah tau lah.”

“Desember dan cermin? Apa maksudnya ya?”

“Mana saya tau lah. Yang bikin kode kan bukan saya.”

“Uh, sepertinya, kita nggak akan tau sampe minggu depan. Dan pastinya hal ini akan mengganggu kita selama seminggu kedepan. Kalau boleh jujur ya, kode biner ini memang bikin saya keblenger mikirinnya.”

~~~~~

7 hari sudah berlalu, dan kode itu masih belum juga terpecahan. Sepertinya, Pak Indra hampir mengubah seluruh rambut di kepalanya menjadi uban, seolah separuh rambut beliau yang putih itu tidak cukup. Sementara itu Yoshi beberapa hari terakhir ini terlihat seperti orang linglung. Mungkin isi kode itu sudah membuat seisi kepala Yoshi berputar dan tidak berada pada tempat yang tepat.

Dan anehnya, selama seminggu itu tidak terjadi aksi penembakan lagi. Mereka sampai heran karenanya. Apakah dia memang sudah puas untuk melakukan aksi atau dia malah sedang merencanakan sesuatu yang lebih besar lagi?

Pagi itu, mereka melalui pagi dengan cara yang sama. Berpandangan satu sama lain lalu sama – sama menghela napas, seolah sudah bisa membaca isi pikiran masing – masing.

“Gimana Yo?” tanya Pak Indra.

“Jangan tanya deh pak. Bapak pasti bisa baca isi kepala saya.” sahut Yoshi.

“Kamu sepemikiran dengan saya berarti.”

“Lalu, gimana dengan si ‘anggota gaib’ itu? dia beneran mau bantu kan?”

“Iya. Tadi malam dia ada ngirim pesan ke saya dan dia bilang nanti dia bakalan nelpon jam 10 pagi.”

“Oh, bagus deh. Mending, sekarang  kita tunggu bagaimanakah pemecahannya.”

~~~~~

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top