Chapter 6 : Cinta (?)

Tak terasa, hari berlalu dengan cepat sehingga kini sudah berganti. Sesuai dengan janji, Yoshi akan mengajak Mira pergi nonton film. Pada malam itu, Yoshi sudah bersiap. Dia mengenakan pakaian kasual yang berupa kaus berwarna biru, jaket berwarna abu – abu, sepasang celana jeans dan juga sepatu kets.

Kini Yoshi sudah berdiri di depan rumah Mira. Dia merapikan rambutnya dengan tangan sebelum akhirnya dia mengetuk pintu yang ada di hadapannya. Tak lama kemudian, pintunya dibukakan langsung oleh Mira.

Gadis yang ada di hadapannya itu menyapanya dengan sebuah senyuman hangat. Dia mengenakan kaus berlengan panjang warna hijau dan juga celana pensil berwarna hitam. Dia juga membiarkan rambutnya terurai dengan bebas, dengan sepasang sepatu kets yang berwarna senada dengan pakaiannya, dan juga sebuah tas kecil yang mempermanis penampilannya.

“Nggak heran kalau Rei bilang kakak banyak fansnya. Mau pakai apa aja perasaan kakak tetap keren deh,” Ujar Mira, lalu terkekeh.

“Jangan kamu ingatkan aku soal itu deh, karena aku punya banyak pengalaman buruk saat dikejar – kejar perempuan,” Sahut Yoshi.

Mira menggeleng, “Kakak tidak sendiri, aku juga pernah mengalami hal semacam itu. Bisa dibilang sering malah.”

“Sudahlah. Jadi, kamu sudah siap?”

“Pastinya. Ayo!”

Mereka berdua menuju ke kendaraan Yoshi yang merupakan sebuah motor sport berwarna merah yang sudah terparkir di depan rumahnya. Kendaraan tersbut merupakan hadiah dari ayahnya saat dia baru saja lulus dari Akpol beberapa waktu lalu.

Yoshi menyerahkan sebuah helm berwarna merah kepada Mira. Dengan segera, Yoshi mengambil ancang – ancang, kemudian Mira naik ke boncengannya. Yoshi berkendara dengan santai dan membelah kepadatan kota dengan mudah. Sementara itu, Mira yang ada di belakang memeluk Yoshi erat. Jantung gadis itu berdegup dengan keras, karena perasaan asing yang dia rasakan saat ini.

Sebagai gadis yang bisa dibilang cukup cantik dan menarik, memang benar kalau Mira sering didekati oleh banyak lelaki. Kalau dia mau, dia bisa memilih mana saja lelaki yang dia sukai dan mendapatkannya dalam sekedipan mata. Tapi tidak banyak yang bisa membawanya pergi atau bisa berada dalam radius yang sedekat antara dirinya dan Yoshi saat ini. Rei bisa jadi pengecualian. Dan karena dia sangat dekat dengan Rei itulah banyak yang mengira mereka ada hubungan tertentu, padahal tidak.

Bukannya Mira jual mahal atau terlalu pemilih, tetapi di dalam hatinya ada sesuatu yang kurang pas dari kebanyakan pria yang mendekatinya. Tapi entah kenapa dalam sosok Yoshi dia tak menemukan perasaan kekurangan semacam itu. Entah kenapa saat bersama Yoshi dia merasakan sesuatu yang sangat aneh tapi membuatnya selalu ingin untuk bertemu dan selalu ada di dekat Yoshi. Dia selalu merasa bahagia saat bersama Yoshi. Entah untuk alasan apa. Bahkan dia sendiri tidak tau kenapa.

Tak lama kemudian mereka sampai di tempat tujuan mereka. Yoshi berencana untuk membawa Mira menonton sebuah film yang baru dirilis akhir – akhir ini. Mereka memberi tiket dan sedikit cemilan, seperti sewajaranya orang lain. Saat keduanya masuk studio, mereka bisa dibilang sangat menikmati waktu yang mereka miliki. Film yang mereka tonton cukup menarik dan menghibur, dan keduanya menikmati momen yang mereka miliki.

Setelah selesai dengan film, Yoshi mengajak Mira berkeliling di mall tempat dimana mereka berada. Yoshi meraih tangan Mira dan menggenggamnya sepanjang perjalanan. Mira tidak menolak sentuhan dari Yoshi itu, dia sepertinya malah menyukai sentuhan itu. Keduanya berjalan beriringan dan melihat – lihat sekeliling mereka. Mereka menikmati perjalanan mereka, yang diiringi dengan obrolan dan juga canda tawa.

Tapi ada satu hal yang disadari oleh Yoshi saat itu, yaitu bahwa Mira menggenggam tangannya dengan sangat erat. Entah karena apa.

Yoshi tidak merasa risih atas perlakuan Mira itu. Dia malah merasa senang karena Mira bisa merasa nyaman dan terlindungi saat bersamanya. Cuma dia Yoshi merasakan ada sesuatu yang aneh. Jadi karena dia tidak tahan, langsung saja Yoshi menanyakannya pada Mira.

"Kamu kenapa Mir? Perasaan kamu genggam tanganku kuat banget deh. Sepertinya ada sesuatu yang kamu takutkan? Atau ada hal lain?" Tanya Yoshi.

Mira terdiam sejenak. Dia menggenggam tangan Yoshi dengan kedua tangannya kini. Dia menoleh ke kiri dan kanan seperti seorang anak kecil yang ketakutan. Kemudian dia menghela napas lega, dan menatap mata Yoshi yang dipenuhi dengan pertanyaan karena keanehan yang dilakukan oleh Mira.

Mira menggeleng, "Tidak apa kok. Tadi aku cuma melihat beberapa mahasiswa di kampus yang katanya naksir aku. Aku cuma khawatir kalau mereka melihat aku sama kamu. Kalau mereka tau aku jalan sama cowo, apalagi selain Rei, mereka pasti akan patah hati. Itu bagus sebenernya, karena aku memang tidak menyukai mereka. Tapi ada beberapa cowo yang akan langsung memberi pelajaran setiap kali ada orang lain yang berani mendekatiku," Jawab Mira, sambil menoleh ke sebuah arah.

Di sana, Yoshi bisa melihat kalau ada beberapa pemuda yang berkumpul dalam satu kelompok. Dan mereka seperti memperhatikan mereka berdua. Beberapa dari mereka bertukar pandangan, dan memberi pandangan menusuk pada Yoshi. Sementara itu yang dipandang hanya bersikap santai. Yoshi kembali memandang Mira. Tak heran kalau dia ketakutan seperti itu. Dia kan seorang perempuan yang cuma ingin melakukan apa yang dia mau tanpa merasa dikuntit seperti itu.

"Wah, ngeri juga. Aku akui kalau sepertinya banyak yang suka sama kamu, tapi sampai separah itu? Nggak nyangka deh.”

“Itu dia. Kan aku jadi takut kalau begitu. Siapa tau nanti akan terjadi apa – apa sama kakak. Padahal kita kan nggak ada hubungan.”

“Terus, kalau Rei sendiri gimana? Dia nggak ada masalah sama orang – orang semacam itu kan?"

"Rei pernah nyaris kena juga. Tapi untungnya mereka masih teman sama Rei, jadi mereka nggak berani ganggu Rei. Terus Rei juga bilang kalau dia buat semacam perjanjian atau apalah sama mereka, sehingga mereka nggak gangguin lagi. "

"Kalau misalnya kamu bilang kalau aku temanmu, gimana ceritanya?”

“Entahlah. Tapi yang aku tau, mereka nggak bakalan segan buat cari masalah sama siapapun pria yang ada di dekatku. Kan aku khawatir juga, misalnya saja nanti aku jalan – jalan sama kakakku dan mereka gangguin kami. Kakakku cowo loh. Mereka bisa mikir yang macam – macam kan?”

Yoshi terkekeh, ”Iya juga sih. Tapi … semoga aja hal semacam itu nggak akan terjadi deh. Tapi kalau aku sendiri sih, aku nggak akan takut kalau mereka sampai berani cari gara – gara sama aku.”

"Kan situ pak pol, mana mungkin lah kamu takut. Malah mereka lagi yang mungkin takut sama kakak, ahaha.…"

“Ahaha, sudahlah, kamu nggak usah khawatir, Mir. Kalau kamu sama aku, nggak akan terjadi hal – hal buruk, aku akan jamin dan usahakan. Emang nggak boleh apa pak pol jalan sama mahasiswi?” ujar Yoshi, lalu mengusap kepala Mira lembut.

"Iya deh, aku percaya sama kakak."

Setelah puas berjalan – jalan, mereka mampir ke sebuah restoran dan menyantap makan malam sambil disela dengan obrolan dan candaan yang semakin larut menjadi semakin seru. Setelah keduanya selesai, langsung saja mereka memutuskan untuk kembali sebelum hari jadi semakin larut.

Dalam hatinya, Mira merasakan sesuatu yang tak wajar pada dirinya. Padahal, dia sudah sering nonton atau makan bareng berdua dengan Rei. Tapi dengan Yoshi ... entah kenapa dia merasa beda.

Di dalam hati kecilnya, Mira seperti mengharapkan sesuatu yang agak mustahil bakalan terjadi.

~~~~~

Setelah dia sampai di kamarnya, Mira langsung berganti pakaian dan mengempaskan tubuhnya ke kasurnya. Pandangannya menerawang ke langit – langit kamarnya. Dia sedang memikirkan dan mengingat kembali apa saja yang sudah terjadi malam ini antara dia dan Yoshi.

Dalam hati, diakuinya dengan jujur bahwa memang Yoshi adalah satu – satunya pria yang benar – benar dia terima ajakannya untuk nonton tanpa ragu atau perlu berpikir dua kali. Walau sebenarnya dia juga sudah sering pergi dengan Rei, tapi dengan Yoshi rasanya berbeda. Rei adalah sahabatnya, jelas saja dia bisa menerima ajakannya. Kalau Yoshi? Entahlah. Dia menganggap Yoshi seperti Rei, hanya seorang teman. Tapi entah kenapa dia merasakan hal – hal yang seharusnya tidak dia rasakan.

Yoshi sudah berhasil mengaduk – aduk perasaannya dalam waktu singkat, dan hal itu diakui oleh Mira. Kalau dengan Rei dia masih bisa bersikap santai dan biasa saja karena dia cuma menganggapnya teman, tapi dengan Yoshi dia tidak bisa melakukan hal semacam itu. Seperti ... ada perasaan yang mengganjalnya.

Jika itulah yang namanya cinta, ya ... Mira mengakui kalau dia memang mencintainya.

Tapi, di saat yang sama, dia tak yakin bahwa di pihak seberang juga memiliki perasaan seperti itu. Memang, Yoshi memperlakukannya dengan hangat, tapi rasanya itu hanya sebagai teman, bukannya lebih. Dan itu wajar. Yoshi hanya menganggapnya teman. Mungkin, paling jauh hanya seperti kakak dan adik. Masalahnya, di saat yang sama, Mira sangat mengharapkan bahwa Yoshi bisa ada di sisinya.

Mungkinkah suatu saat nanti Yoshi juga akan merasakan hal yang sama?

"Oh Tuhan, aku harus bagaimana ini?" Pikir Mira, lalu menutupi kepalanya dengan bantal sebelum akhirnya dia tertidur pulas.

~~~~~

Disaat yang sama, Yoshi juga memikirkan hal yang hampir serupa dengan yang dirisaukan Mira.

Tapi bedanya, Yoshi hanya menganggap Mira sebagai teman. Tak lebih. Memang, sedikit banyak Yoshi merasakan getaran yang diberikan Mira. Dan dia berusaha menanggapinya sebagaimana layaknya seorang pria. Dia tak memberinya harapan palsu, dia dengan jujur bilang bahwa Mira itu hanya teman baginya.

Sebenarnya, bukannya tak mungkin bagi Yoshi untuk jatuh cinta pada Mira. Secara, Mira memang memiliki kecantikan dan pesona khas para wanita Prancis. Kulitnya, rambutnya, wajahnya, semuanya oke. Kalau Yoshi tak punya pertahanan yang kuat mungkin saja dia sudah menyerah dan menyukai Mira. Tapi kenyataannya, sampai saat ini tak ada rasa di dalam hatinya yang ditujukan untuk Mira.

Itu mungkin karena dia sudah kehilangan separuh hatinya sejak lama.

Karena di saat yang sama, Yoshi malah memikirkan sesorang yang ditemuinya secara tak sengaja saat dia terseret ke sebuah kejadian yang sebenarnya tak diinginkannya sekitar 5 tahun lalu. Tapi, sebenarnya dari situlah semua petualangannya bermula. Semua hal yang terjadi saat ini, semuanya berawal dari kejadian saat itu. kejadian yang tidak akan pernah dilupakannya.

Tiba – tiba ponsel Yoshi bordering, dan dia langsung mengambilnya, rupanya itu adalah pesan dari Pak Indra.

“Oh iya Yo, karena kita sama – sama nggak pergi kemana – mana pas tahun baru, nanti kita dapat jatah jaga malam pas tahun baru. Jangan sampai lupa ya?”

Lengkap sudah keseruan akhir tahunku, pikir Yoshi. Dia tidak bisa membayangkan ada hal yang lebih buruk terjadi.

"Apa kamu juga seperti aku? Aku sudah 5 tahun tak bertemu kamu, tapi entah kenapa hal itu tak bisa hilang dariku," Pikir Yoshi, lalu dia membalikkan badan dan akhirnya terlelap bersama dengan lamunannya.

~~~~~

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top