Chapter 13 : Apa Tujuan Kalian?
Pak Santoso nyaris saja melayangkan tangannya dan memberikan sebuah tamparan, walau hal itu berhasil dicegah oleh Yoshi dengan cara langsung menampik tangan beliau menjauh sesaat sebelum tangannya mengenai wajah lawannya. Hal itu jelas membuat semua orang kaget, karena tidak ada satupun yang berusaha untuk berbuat ricuh, bahkan Pak Indra langsung berdiri dari tempat duduknya.
"Tenang dulu pak! Semuanya akan dijelaskan secara rinci, dan kalian akan mendapatkan kembali semua perhiasan kalian tanpa kurang satupun asal kalian mau mendengarkan apa yang sebenarnya sudah terjadi dan menyelesaikan masalah ini secara damai, sesuai dengan yang diminta oleh Pak Indra saat menelpon kalian tadi," Ujar Yoshi, kemudian menarik cengkraman Pak Santoso menjauh dan menarik Ria ke belakang supaya aman.
Keadaannya hening sejenak, dan setelah Pak Santoso sudah kembali tenang, sesuai dengan rencana Pak Indra sudah diminta Yosih untuk menengahi masalah ini dan menjelaskan bagaimana tahap – tahap terjadinya pencurian, dan kronologis sepak terjang para perampok secara lengkap.
Para korban mulai memahami apa yang sebenarnya terjadi, walau sepertinya mereka masih tidak paham akan apa yang sebenarnya kelima orang ini lakukan dengan mencuri perhiasan mereka. Mereka tidak menjualnya, atau melakukan apapun. Hal ini jelas jadi pertanyaan untuk mereka.
“Karena kalian semua sudah tau apa yang sebenarnya terjadi, sesuai yang dikatakan oleh Pak Indra di telepon, kita akan membuat kesepakatan disini,” Ujar Yoshi.
“Tapi kami akan dapat perhiasan kami kembali kan?” tanya Bu Emi.
“Tentu. Semuanya akan kembali tanpa kurang satupun. Asalkan, kalian mau menyelesaikan semuanya secara damai. Tidak ada publikasi, tidak ada pengadilan, semuanya selesai secara kekeluargaan.”
“Tapi apa yang membuat kami harus menyelesaikannya dengan cara seperti ini? Beri kami alasan kenapa kami tidak boleh membawa perkara ini ke pengadilan,” Ujar Pak Santoso.
Terjadi keheningan selama beberapa saat, hingga akhirnya seseorang maju ke hadapan mereka, dan mulai untuk mengatakan sesuatu.
“Karena kami ke sini untuk mengakui kesalahan kami. Ini hal pertama bagi kami, karena sebelumnya kami belum pernah melakukan hal yang sebesar ini. Dan kami merupakan orang baik – baik di masyarakat. Kami tidak ingin orang lain menilai kami buruk dan berbalik meninggalkan kami. Kami sudah kehilangan orang yang kami kasihi dengan cara yang tidak baik. Kami tidak punya seseorang yang bisa mencegah kami untuk melakukan hal ini. Dan saat ada yang memperingatkan kami, semuanya sudah terlambat,” Ujar Ria.
Kehilangan orang yang dikasihi? Bagi Yoshi, kata – kata itu adalah hal baru yang dia dengarkan dari Ria. Sepertinya dia telah salah sangka dengan kelima anak ini. Mungkin mereka tidak sesempurna yang Yoshi lihat dari luar.
"Jadi, kalian punya suatu tujuan tersembunyi?"
“Pada dasarnya, kami tidak punya alasan tertentu untuk melakukan hal ini. Tapi … emosi dalam diri kami membuat kami dapat melakukan hal yang kini telah terjadi. Agak sulit untuk menyebutkan secara pasti apa alasannya, tapi mungkin, kalau kami ceritakan bagaimana jalan hidup kami, kalian akan mengerti apa maksudnya.”
“Ceritakan saja. Katakan apapun, asal itu bisa membuat kami mengerti apa alasan kalian agar cerita ini tidak sampai tersebar ke orang banyak.”
“Sebetulnya, semuanya bermula dari satu kata sederhana, yaitu keluarga.”
"Tunggu, apa kamu mau bilang kalau kalian disuruh oleh orang tua kalian?" Tanya Pak Said yang baru saja bersuara setelah tadi cuma diam dan mendengarkan cerita yang sedikit demi sedikit mulai terkuak di hadapan mereka.
Ria terkekeh, "Menyuruh? Huh, mereka malah tidak menganggap kami keluarga. Malah ada yang tidak bisa bertemu lagi dengan keluarganya."
"Broken home .…" bisik Yoshi.
“Seperti itulah. Kami kehilangan orang yang kami kasihi dan yang seharusnya mengasihi kami. Kami adalah korban kekejaman hidup. Dan itu membuat kami tidak punya petunjuk. Kehidupan yang kejam memandang kami sebagai orang – orang yang sempurna. Padahal kami tidaklah seperti yang kalian bayangkan. Kami rapuh. Dan semua kemelut itu membuat kami ingin melupakannya, dan kami memilih cara yang salah untuk melupakannya.”
Dan aku adalah salah satu orang yang sudah salah sangka soal kalian, pikir Yoshi. Tapi hal itu tidaklah mengherankan, karena dari luar mereka berlima terlihat sangat sempurna. Tapi, siapa yang tau, di balik senyuman manis mereka tersimpan jiwa yang rapuh?
Keadaannya hening sejenak, dan tidak ada yang menyela keheningan itu. Sepertinya setiap orang kini mulai menerka – nerka apa yang sebenarnya terjadi pada mereka, karena sepertinya penjelasannya sudah bisa terbayang di depan pelupul mata mereka.
“Tapi dugaan klasik kalian tidak sepenuhnya benar. Karena beberapa dari kami kehilangan orang yang kami kasihi dengan cara yang tragis,” Ujar Mira, yang kini angkat bicara.
Hal itu memberikan kejutan tersendiri untuk Yoshi. Penyebabnya dikarenakan Mira memang tidak pernah menyinggung sedikitpun soal keluarganya, kecuali soal kakaknya yang sempat dia sebutkan. Dia jelas tidak menyangka di balik sikap Mira yang lembut dia menyimpan kisah yang pedih.
“Baiklah, kami akan mulai bercerita sekarang. Karena ini adalah kisah yang cukup panjang untuk diceritakan,” Ujar Ria.
Kisah mereka dimulai dengan awal pertemanan mereka di masa SMP, seperti yang sudah diketahui oleh Yoshi. Mereka sudah mulai bersahabat sejak mereka masih ada di bangku sekolah. Awalnya, pertemanan mereka berjalan sebagaimana persahabatan antar remaja pada umumnya, hingga akhirnya satu persatu dari mereka mulai mengalami kejadian – kejadian yang tidak mereka inginkan, dan hal itu membuat mereka merasakan hidup seperti di neraka.
Dimulai dari Lisa. Kedua orang tuanya berpisah, dan mereka memperebutkan hak asuh anak mereka tanpa memikirkan perasaan anaknya yang terombang – ambing tidak jelas. Belum lagi alasan kedua orang tuanya berpisah adalah karena mereka berdua menikah di usia yang sangat muda karena alasan “kecelakaan”. Mereka berdua selalu saja ribut bertikai mengenai hak asuh dan hak milik mereka yang lainnya hingga mereka tidak memperhatikan anaknya lagi. Dan kisah itu diakhiri dengan sang ibu yang membunuh mantan suaminya. Dan hal itu dilaporkan oleh keluarga sang mantan suami, sehingga beliau diadili. Belum lagi, rupanya saat penggeledahan, ibunda Lisa diketahui menyimpan obat – obatan terlarang, jadilah beliau terkena pasal berlapis.
Dilanjutkan dengan kisah dari Rani. Dia memiliki kedua orang tuanya sangat sibuk dengan pekerjaannya masing – masing sehingga dia sering kali tidak dipedulikan. Belum lagi, sekembalinya kedua orang tua Rani dari pekerjaan mereka, bukannya malah memberikan waktu untuk anak mereka, yang ada malah mereka sering kali bertengkar di rumah, bahkan sang ayah melakukan kekerasan kepada istrinya. Belum puas dengan sang istri, beliau juga melampiaskan amarahnya pada sang anak. Bahkan Rani jadi korban kekerasan seksual oleh ayahnya sendiri. Semuanya berakhir dengan meninggalnya sang istri karena pendarahan hebat setelah sang suami menghantamkan kepalanya ke dinding. Beliau berusaha menutupinya dengan mengatakan bahwa hal itu adalah kecelakaan, tapi hasil autopsi jelas tidak bisa berbohong. Hal itu membuat sang ayah harus dihadapkan dengan meja hijau. Tetapi, sehari sebelum persidangan, beliau ditemukan tewas dengan keadaan mulut berbusa. Rupanya beliau mengalami overdosis obat – obatan terlarang yang selama ini diam – diam dikonsumsinya.
Berbeda lagi dengan kisah yang dimiliki oleh Nanda. Kedua orang tuanya tewas terbunuh karena pertumpahan darah atas nama cinta masa lalu. Sang ayah ditemukan tewas terbunuh di kawasan sepi dekat tempat kerjanya, dan pembunuhan itu dilakukan oleh sang mantan kekasih. Hal ini membuat sang istri merasa depresi karena tidak kuat untuk menahan kesedihannya ditinggalkan oleh sang suami, sehingga beliau memilih untuk mengakhiri hidupnya di suatu malam karena tidak kuat lagi atas derita emosional yang ditanggungnya.
Sementara itu, Ria punya cerita yang lebih menyedihkan lagi. Dia malah “dibuang” oleh kedua orang tuanya. Hal itu dikarenakan kedua orangtuanya menganggap kalau Ria adalah anak yang tidak berguna, dan mereka lebih menyanyangi kakak angkatnya. Kakak angkatnya memang memiliki lebih banyak kelebihan dibandingkan dengan Ria, tapi dia rupanya adalah orang yang culas dan lebih mementingkan dirinya sendiri. Sang kakak angkat tahu kalau kedua orang tuanya tidak menyukai Ria, sehingga dia menjebak Ria agar diusir. Dia meletakkan sepaket ekstasi di kamar Ria dan mengadukannya kepada orang tua Ria agar mereka menganggap kalau Ria sudah berbuat hal – hal yang tidak baik. Padahal faktanya, akhirnya diketahui bahwa sang kakak angkatlah yang sebenarnya menggunakan barang haram tersebut.
Dan kisah mereka diakhiri dengan cerita Mira tentang kedua orang tuanya yang terbunuh di hadapan matanya sendiri secara kejam di tangan dua orang tak dikenal. Alasan mereka membunuh kedua orang tuanya karena ada sebuah dendam yang tidak diketahui pasti apa alasannya. Diantara dua pembunuh yang terlibat, hanya satu yang berhasil tertangkap. Sementara yang satunya tidak diketahui, walau dikabarkan bahwa sepertinya dia telah tewas.
Kehidupan yang mereka alami memang berat. Tapi itulah yang mau tidak mau telah terjadi pada mereka. Di usia yang masih sangat muda, tak ada yang mau merawat mereka dengan setulus hati. Mereka memang tinggal dengan keluarga mereka, tapi jelas tidak ada yang pernah bisa menggantikan yang namanya kasih sayang orang tua. Hal itu membuat mereka merasa tidak nyaman dengan keluarga mereka sendiri, sehingga setelah mereka lulus SMP mereka memutuskan untuk tinggal bersama dan berusaha untuk memenuhi hidup mereka tanpa bantuan orang lain.
Mereka melakukan beberapa cara untuk memenuhi kehidupan mereka. Seperti berjualan kue di kantin sekolah, membuka toko kecil, dan lain sebagainya. Tapi jelas, jiwa muda mereka yang berontak merasakan betapa besarnya amarah dalam diri mereka. Sehingga mereka akhirnya mulai melakukan kejahatan kecil seperti mengutil.
Belum lagi pandangan orang – orang di sekitar mereka yang menganggap kalau mereka adalah gadis – gadis yang sempurna, dan banyak pemuda yang mengidolakan mereka. Hal itu membuat mereka secara tidak langsung dituntut untuk terlihat sempurna. Padahal di dalamnya, mereka adalah setangkai bunga yang rapuh. Pandangan orang – orang yang terlalu hiperbolik seperti itu jelas membuat mereka muak.
Merekapun tumbuh dewasa dalam kemandirian mereka, dan mulai memasuki masa kuliah. Dan, pandangan orang semakin menjadi – jadi. Mereka jelas tidak menyukai pendapat itu. Mereka bukanlah gadis sempurna yang seperti ada dalam buku novel. Mereka ingin melepaskan semua tali tak kasat mata yang mengikat mereka. Mereka ingin melakukan hal yang semua orang sangka mereka tidak bisa lakukan. Maka dari itulah, hal ini terjadi. Semuanya karena emosi mereka mengendalikan otak mereka, sehingga mereka melakukan perbuatan yang seharusnya tidak mereka lakukan. Mereka tidak punya siapa – siapa untuk mencegah mereka, sehingga semua ini terjadi tanpa bisa mereka cegah sejak awal.
Dan sedikit banyak, hal ini membuat mereka bahagia. Walau itu hanya kebahagiaan sesaat. Setelah kebahagiaan mereka hilang, yang tinggal hanyalah penyesalan. Perasaan bersalah itulah yang membua Mira akhirnya memilih untuk mendatangi Yoshi dan meminta bantuannya untuk mengakhiri semua penderitaan ini. Yang mereka inginkan hanyalah kebahagiaan dan kasih sayang dari sebuah keluarga. Walau hal itu tidak akan pernah terjadi pada mereka.
"Kalau saja kami bisa mengulang apa yang terjadi, jelas kami tidak ingin memiliki kehidupan yang seperti ini. Kami akan memilih untuk terlahir di keluarga yang hangat dan harmonis. Dan hal seperti ini takkan terjadi. Kami tak akan tahu siapa kalian, begitu juga kalian. Kami tak akan pernah melakukan kesalahan yang sebegini besarnya hanya karena emosi kami yang tidak menyukai pandangan orang lain terhadap kami," Ujar Mira.
"Ya. Bukan kami yang menginginkan keadaan ini. Tapi keadaan yang membuat kami begini," Tambah Lisa.
"Kami jelas tak ingin ini terjadi. Bahkan kalau kami bisa, kami tidak akan membiarkan hal ini terjadi. Tapi kami sudah terlalu lama menderita, kami sudah terlalu banyak melihat kematian dan pertumpahan darah. Dan ini bukan kali pertama kami berada di ruangan ini. Kami pernah berada di sini, dalam keadaan sangat ketakutan dan perasaan yang sama hancurnya seperti yang kami rasakan sekarang," Ujar Nanda, lalu melirik Pak Indra.
Pak Indra tersenyum, kemudian membalas pandangan Nanda.
“Tidak akan kulupakan pandangan ketakutan kalian saat kejadian tragis itu terjadi pada kalian. Aku sudah tahu siapa kalian, dan karena itulah aku setuju untuk mengeluarkan kalian dari situasi ini. Kalian sudah terlalu banyak terluka, dan kali ini kalian telah salah melangkah. Setidaknya, kalian kembali ke jalan yang benar, walau luka kalian itu entah kapan dan bagaimana bisa sembuh,” ujar Pak Indra
“Dia memberi tahu anda?” tanya Ria.
“Tepatnya, aku yang bertanya padanya.”
"Begitu? Dia juga sebenarnya sudah memperingatkan kami sekitar seminggu lalu. Dia sepertinya selalu tahu apa yang sedang terjadi di sekitarnya."
"Dia memang seperti itu."
"Ini semua bukan kehendak kami. Kami tidak pernah ingin untuk berada di sini. Kami ingin memperbaikinya, tapi kami tak tahu harus bagaimana lagi," Ujar Nanda.
"Bagaimana? Kalian puas sekarang? Apa kalian sudah tau apa yang kami inginkan? Kalau saja kami harus masuk penjara sebetulnya kami tidak peduli. Biarlah apa kata orang – orang. Tapi kami semua disini, dan aku membuat kesepakatan dengan Yoshi sebelum ini karena kami ingin memperbaiki keadaan. Kalau semuanya tidak bisa diperbaiki, kami tidak akan memaksa. Tapi kalian harus tahu, jika saja kami dipenjara, akan ada kemungkinan bahwa kami akam mati didalamnya karena penderitaan batin kami yang selama ini sudah menumpuk," Sahut Mira.
Keadaan hening sejenak. Tidak ada seorangpun yang berani memecahkan keheningan itu. bisa terdengar isakan pelan dari kelima gadis itu. mereka sudah menceritakan semua hal yang selama ini terpendam dalam perasaan mereka, dan tidak dapat diingkari kalau kelimanya merasa lega kini. Tapi rasa lega itu berganti dengan rasa ketakutan karena mereka merasa kalau mungkin saja para korban tidak terima atas apa yang mereka lakukan dan memilih untuk membawa perkara ini ke pengadilan.
Tapi tidak ada terjadi keributan seperti yang ada dalam khayalan mereka. Pak Santoso malah maju ke hadapan mereka dan langsung memeluk Ria yang ada di hadapannya. Yang dipeluk jelas kaget karena tindakan yang tiba – tiba tersebut. Tapi dia menerima pelukan tersebut, dan meneteskan air matanya sekali lagi.
“Aku tau ini bukan alasan yang sangat kuat untuk bisa menyelesaikan masalah ini dengan sebegitu mudahnya. Tapi … nuraniku menang melawan egoku. Kalian kumaafkan. Berjanjilah kalian akan memperbaiki hidup kalian, dan kembali menjadi anak baik seperti yang seharusnya kalian lakukan,” Ujar Pak Santoso.
“Kami berjanji,” Ujar kelimanya.
Trio Koplak saling berpandangan satu sama lain dengan ekspresi kegirangan, dan Pak Indra menghela napasnya, tanda bahwa dia lega kalau semuanya berakhir dengan baik. Sementara itu, Yoshi tersenyum dan memandangi kejadian di hadapannya dengan perasaan bangga. Dia senang karena semuanya bisa berakhir dengan baik, bahkan lebih baik daripada yang dia bayangkan sebelumnya.
“Aku senang semuanya berakhir dengan baik …” ujar Yoshi, lalu menepuk bahu Mira yang ada di dekatnya.
“Begitu pula denganku, kak,” Bisik Mira.
~~~~~
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top