Chapter 12 : Sepenggal Cerita dari Pak Indra
Yoshi menyetir mobilnya tanpa memberitahukan kemana destinasi tujuan kepada para penumpangnya, sehingga hal itu sedikit banyak kelima perempuan itu agak cemas akan apa yang direncanakan oleh sang supir.
“Kak, aku bisa jelaskan semua ini …” ujar Ria, sambil menyentuh bahu Yoshi.
“Kalian nggak perlu menjelaskan apa – apa padaku. Aku sudah tau semuanya kok. Aku bukan orang yang pantas mendapatkan penjelasan dari kalian. Yang layak mendapatkannya adalah para korban kalian. Jadi, kalau kalian mau memperbaiki semuanya, kalian cukup diam saja dan simpan suara kalian untuk memberi penjelasan nantinya,” Ujar Yoshi.
“Tapi … bagaimana bisa kakak tau soal hal itu?”
“Apakah ancaman salah satu dari kalian itu tidak cukup tegas? Salah satu dari kalian kan sudah mengancam untuk “memperbaiki” masalah ini, dan jelas dia tidak main – main dengan perkataannya.”
Keempat perempuan itu langsung melirik ke arah Mira. Sementara yang dipandang hanya terdiam dan memperhatikan jalanan di depannya.
“Aku memang tidak pernah merasakan ada di posisi kalian seperti saat ini. Tapi dari apa yang kudengar, aku bisa lihat banyak dilema yang kalian alami dalam hidup kalian. Pasti lelah ya, selalu memenuhi apa ekspetasi orang lain terhadap kalian?” ujar Yoshi.
Tidak ada satupun diantara mereka yang menyahut perkataan Yoshi tadi. Mereka semua kembali terdiam sambil menebak – nebak kemanakah Yoshi akan membawa mereka, hingga akhirnya Yoshi menginjak pedal rem, dan kendaraaan mereka berhenti. Mereka kini sampai di sebuah tempat yang mereka semua kenal dengan sangat baik. Karena kini mereka berhenti di depan rumah mereka sendiri.
"Hah? Kenapa kita ke sini?" Tanya Nanda.
"Kalian ingin segera keluar dari masalah ini kan? Sekarang yang harus kalian lakukan adalah, kumpulkan semua barang rampokan kalian, pisahkan berdasarkan tempat kalian mengambilnya. Kalau kalian lakukan apa yang aku bilang, kalian akan bisa hidup tenang setelah ini," Sahut Yoshi.
Kelimanya saling berpandangan satu sama lain, hingga akhirnya mereka mengangguk kemudian langsung turun dari mobil itu dan melakukan apa yang dikatakan oleh Yoshi. Dalam waktu lima menit, mereka sudah kembali dengan barang yang diminta, dan tanpa basa – basi, Yoshi langsung menjalankan mobilnya.
"Apakah sekarang kakak masih keberatan untuk memberi tahu kita akan kemana?" Tanya Lisa.
"Jawabannya mudah saja, karena sekarang kita akan menuju ke kantor polisi dan menyelesaikan semuanya," Jawab Yoshi, sambil matanya tetap fokus menatap jalanan.
“Yah, mungkin kedengarannya semudah itu.” Ujar Ria.
“Hei, berterima kasih sedikit dong, setidaknya kalian masih punya kesempatan untuk memperbaiki hidup kalian.”
“Begitu? Kamu salah. Hidup kami sudah hancur sejak awal. Mau bagaimanapun kakak berusaha, hidup kami sebenarnya tidak akan pernah bisa diperbaiki.”
Yoshi ingin sekali untuk menoleh ke belakang dan menanyakan apa maksudnya, tetapi dia mengurungkan niatnya dan kembali fokus ke jalanan, karena dia tau, apapun yang selama ini masih tertutup di depannya akan terbuka sebentar lagi.
~~~~~
Sementara itu, Pak Indra dan Trio Koplak langsung kembali ke kantor setelah mereka selesai dengan perkelahian mereka. Dan kini, mereka telah selesai menghubungi para korban perampokan untuk datang ke kantor mereka. Sementara menunggu kedatangan Yoshi berserta kelima perampok yang berhasil ditangkap tadi, mereka berbincang – bincang untuk menghilangkan kebosanan.
"Pak, sebenarnya ada apa sih dengan rencana Yoshi itu? Kenapa dia ingin merahasiakan identitas kelima orang itu dan ingin agar masalah ini selesai dengan damai? Apa itu bisa menjamin supaya semua ini nggak terulang lagi?" Tanya Pak Hendri.
"Dia punya alasan untuk itu, dan saya mendukungnya. Kelima gadis itu hanya salah melangkah. Mereka sudah melanggar sebuah janji dengan saya, tapi mereka nggak sepenuhnya bisa saya salahkan, karena mereka punya kesadaran, dan mereka melakukan ini semua karena mereka lelah menjadi seperti apa tuntutan orang lain terhadap kelima gadis itu," Jawab Pak Indra.
“Maksud bapak?” tanya Pak Said.
“Begini, sebetulnya saya pernah menemui kelima gadis itu. Ketika kami bertemu, mereka baru saja mengalami kejadian yang bisa dibilang sangat traumatis. Tapi latar belakang mereka juga nggak kalah menyedihkan. Jadi … kami sempat bicara satu sama lain. Mereka semua sebetulnya anak baik, tapi mereka sering dipandang sebagai anak yang sempurna. Lalu jiwa mereka berontak. Dan … inilah yang terjadi.”
“Gimana bapak bisa tau coba kalau bapak pernah ketemu sama lima orang itu? Mereka kan pakai topeng …” tanya Pak Bambang.
“Yoshi menyebut nama salah satu dari mereka. Dan kebetulan saya membuka catatan lama saya. Terus, saya ngobrol deh sama “teman” kita. Dia membenarkan apa yang sebenarnya sudah terjadi. Dia yang menyuruh Yoshi untuk melakukan rencana ini,” Jawab Pak Indra, sambil membuat tanda kutip di udara dengan jari telunjuk dan jari tengahnya.
“Oalah, pantas saja, rupanya dapat info dari si manusia gaib itu toh?”
“Begitulah. Kalian pasti belum pernah dengar soal kasus yang mempertemukan saya dan kelima anak itu di masa lalu. Itu adalah salah satu kasus saya, tapi penanganannya banyak ditangani sama “teman” kita yang satu itu. Karena kalian nggak terlibat, saya akan ceritakan awal mulanya saya bertemu dengan mereka, sementara menunggu Yoshi kembali.”
“Boleh juga. Saya siap dengarin nih pak!” ujar Pak Hendri, kemudian dia menarik gelas kopinya.
Pak Indra terkekeh, kemudian beliau memulai kisahnya.
•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°
*Flashback*
Malam itu Pak Indra tengah menjalankan tugas piket malam yang merupakan kewajibannya malam itu. Beliau menatap kosong ke jalanan, dan berusaha sekuat mungkin menjaga agar matanya tetap terbuka. Kepala beliau sudah nyaris turun ke meja, saat dia mendengar ada sebuah deru mobil memasuki area kantor kepolisian.
Hal itu jelas membuat Pak Indra seketika terjaga. Saat beliau mengarahkan pandangannya ke arah mobil yang kini sudah terparkir di depan halaman itu, dia dapat melihat ada lima anak gadis yang sepertinya masih SMP, dan seorang pemuda yang usianya masih di awal 20 – an. Dilihat dari wajah mereka, sepertinya mereka baru saja mengalami suatu kejadian yang sangat tidak menyenangkan.
Mereka berjalan dengan cepat ke arah meja piket, dan disambut oleh pandangan heran dari Pak Indra.
"Ada apa ya?" Tanya Pak Indra, saat mereka sudah berada di hadapan beliau.
"Orang tuaku ... kami baru saja menyaksikan bahwa ayah dan ibuku dibunuh oleh seseorang tak dikenal!" Jawab pemuda itu dengan nada suara panik.
Mata Pak Indra langsung membelalak karena pernyataan yang baru saja dia dengar tadi. Dia harap kalau semua itu salah, tapi melihat orang – orang ini ada di hadapannya, itu berarti kejadian tragis tadi benar – benar terjadi.
"Oh! Itu kejadian yang sangat mengerikan! Jadi, kalian ingin melaporkan hal itu?"
"Ya! Dan kalau bisa, kami juga akan mencari tempat berlindung untuk sementara waktu, karena kami semua tak ingin tinggal di tempat yang terlihat mengerikan itu malam ini!"
"Baiklah, kalau begitu kalian masuk dulu ke ruangan saya. Saya akan memberi kamu beberapa pertanyaan dan membuat laporannya. Ayo!"
Mereka langsung saja melangkah ke dalam area kantor dan memasuki ruangan Pak Indra. Mereka mencari posisi duduk yang nyaman, sebelum akhirnya mereka memperkenalkan diri masing – masing.
Si pemuda tadi bernama Charles, dan dia membawa serta adik perempuannya, yang bernama Mira. Sementara itu, keempat anak lainnya adalah teman Mira, yang masing – masing bernama Ria, Rani, Lisa dan Nanda. Keempat anak gadis itu tengah menginap di rumah Mira saat kejadian.
Charles terlihat panik, walau sudah lebih baik dari pada sebelumnya. Tapi kelima gadis yang bersamanya masih terlihat terguncang. Tidak heran, kejadian yang menimpa mereka bisa dibilang cukup mengerikan untuk anak – anak seperti mereka. Terutama bagi Mira, mengingat yang tewas itu adalah kedua orang tuanya.
Pak Indra membuatkan laporan untuk mereka, dan meminta Charles untuk menceritakan kejadian yang baru saja dialaminya. Dia menceritakan detail kejadiannya sebisa mungkin. Pak Indra memberikan sebuah senyum simpati saat si pemuda selesai dengan ceritanya. Kehilangan orang tua di hadapan mata sendiri itu sudah cukup buruk, apalagi dalam keadaan mengerikan yang dialami oleh mereka.
“Saya mengerti akan kasus kamu ini. Kamu tenang saja, karena saya akan mengusahakan untuk mengusut kasus ini sampai tuntas,” Ujar Pak Indra.
“Lalu … bagaimana dengan saya dan adik saya? Kami tidak bisa pulang ke rumah, dan kami tidak punya keluarga di sekitar sini,” Kata Charles.
“Uh, sayangnya saya tidak punya tempat di kediaman saya. Tapi … saya rasa saya bisa mencari bantuan. Tunggu sebentar, saya akan menghubungi teman saya. Dia pasti bisa memberikan bantuan tempat menginap dan juga membantu dalam kasus ini,"
Setelahnya, Pak Indra langsung mengambil ponselnya, dan menekan tombolnya, kemudian menghubungi sebuah nomor.
"Hei, tumben kamu malam begini cepat angkat telponnya! Kamu belum tidur?"
“Bapak yang bangunin saya kali. Udah enak di alam mimpi juga, pake telpon bunyi segala ....”
“Uh, maaf deh! Jangan marah begitu dong, aku lagi perlu bantuanmu nih! Dan, sekalian menawarkan sebuah kasus yang bisa jadi cukup menarik bagimu, setidaknya untuk menangkap pelakunya”
“Selarut ini? Buset dah.”
"Kasus ini datangnya agak tidak terduga, jadi? Mau bantu kan? Keadaan darurat nih!”
“Okelah. Jadi, apa yang harus saya lakukan sekarang ini?”
“Siapkan kamar tidur buat 2 orang, kamu akan kedatangan tamu nantinya”
“Huh? Buat apa? Bapak mau nginep di tempat saya.”
“Bukan, itu untuk klien – mu. Mereka tidak bisa tinggal di rumah mereka setelah melihat kejadian pembunuhan tragis yang barusan mereka alami. Tolonglah, yang mengalami kejadian ini adalah seorang pemuda dengan lima anak perempuan, mengertilah sedikit. Mereka perlu istirahat, dan mungkin tumpangan di rumahmu selama beberapa hari.
“Hmm, iya deh kalo gitu. Aku balakan siapin."
"Baguslah kamu tidak memberiku banyak pertanyaan. Kamu bisa tanyai mereka untuk kronologisnya nanti. Mungkin besok? Yang penting, kamu siapkan dulu tempat untuk mereka."
"Iya, iya. Ini mau aku siapin kok! Bawel betul dah jadi orang."
Pak Indra terkekeh karenanya, "Baiklah, sampai ketemu nanti!"
"Sampai nanti, Pak In."
Pak Indra menutup telponnya. Beliau menyuruh mereka untuk menuju ke mobil. Mereka mengantarkan teman – teman Mira kembali ke rumahnya sebelum akhirnya mereka menuju ke sebuah tempat dimana Charles dan Mira akan menginap.
"Anu ... maaf pak. Kita ini mau kemana ya?" Tanya Charles.
"Ke rumah teman saya. Dia bisa membantu kalian, bukan hanya tumpangan tapi juga membantu untuk menyelesaikan kasus ini," Jawab Pak Indra.
Tak lama kemudian, sampailah mereka di sebuah rumah yang cukup besar, dengan pagar berwarna hitam dan sebuah garasi di sampingnya. Pagarnya tertutup, dan mereka turun dari kendaraan mereka. Tak lama kemudian, pagarnya terbuka dan muncul seorang pria muda dengan wajah baru bangun tidurnya dan rambut yang berantakan. Dia menguap lebar sebentar sebelum menghampiri tamunya.
"Pak In, kok bapak pagi buta begini sudah ngasih tugas aja?" Tanyanya, sambil sedikit bercanda.
"Maaf kawan, ini kan keadaan gawat, pahami sedikit lah! Nanti kamu akan tau alasannya kok!” sahut Pak Indra.
Mereka melakukan perkenalan singkat sebelum akhirnya mereka masuk ke dalam rumah itu. Sang tuan rumah menunjukkan kamar yang bisa mereka tempati, kemudian kembali menemui Pak Indra.
“Nah, untuk sekarang ini, kamu biarkan mereka masuk dan beristirahat dulu. Baru setelahnya kita bisa beraksi," Ujar Pak Indra, lalu menepuk bahu rekannya itu.
"Iya deh, terserah bapak. Yang penting sih, saya dapat kasus …" sahutnya.
"Oh ya, ngomong – ngomong mana ayahmu?"
"Tidur lagi setelah tadi ngebantuin aku menyiapkan kasur."
"Baiklah,aku tinggal dulu! Besok aku kesini lagi untuk lebih jelasnya."
"Iya deh. Oke, sampai nanti!"
"Ya, sampai nanti!"
Pak Indra kembali menyetir mobilnya menuju ke kantor, sementara itu temannya kembali masuk ke dalam rumah. Di sepanjang perjalanan, Pak Indra diselimuti akan rasa penasaran akan apa sebenarnya hal yang terjadi pada Charles dan keluarganya, dan apa yang melatarbelakanginya.
*Flashback selesai*
•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°
“Jadi begitu ya ceritanya?” ujar Pak Bambang, setelah Pak Indra selesai dengan kisahnya.
“Iya. Kalau kalian masih ingat, kasus itu cukup heboh di kantor,” Sahut Pak Indra.
“Oh iya, saya baru ingat. Saya pernah dengar kasus itu! Ngeri juga ya?” ujar Pak Hendri.
“Tapi mereka punya alasan yang lebih kuat daripada itu untuk merampok kan?” tanya Pak Said.
“Jelas. Saya sudah bilang, mereka lelah jadi seperti apa yang orang ekspektasikan. Dan … mereka masing – masingnya punya cerita sendiri yang membuat perasaan mereka rapuh dan membuatnya menginginkan kesenangan sesaat untuk menghapuskan rasa trauma mereka. Walau apa yang mereka lakukan itu sebenarnya sama sekali tidak membantu,” Jawab Pak Indra.
“Kok sepertinya bapak tau banyak ya soal itu? Apa dia sudah kasih tau bapak ceritanya?” tanya Pak Bambang.
“Cuma intinya saja. Saya juga masih penasaran sama cerita lengkap dari mereka, tau.”
“Yah, saya kira bapak tau. Kan asik, kita bisa dapat bocoran dulu,” Ujar Pak Said.
Pak Indra terdiam sesaat. Beliau menoleh ke arah pintu ruangannya, kemudian melirik ke arah rekan – rekannya.
“Tapi saya rasa kamu bisa tenang, karena sebentar lagi kita semua akan tau cerita lengkapnya.”
Pintu ruangan terbuka, dan di sana ada Yoshi berserta kelima orang yang merupakan perampok tadi. Mereka juga sudah membawa serta hasil rampasan mereka.
“Baguslah kamu sudah datang, Yo. Sekarang kita tunggu para korban dulu,” Ujar Pak Indra.
Dalam waktu tak lama, terdengar langkah kaki dari arah luar. Sekejap kemudian, ada beberapa orang masuk ke dalam. Mereka menerjang tanpa mengucapkan salam atau apapun. Malah, salah satu diantara mereka langsung mencengkram kerah pakaian dari perampok itu.
“Kalian! Mana perhiasan kami, hah?! Dasar kalian tikus kecil!” seru sang pria, yang rupanya adalah Pak Santoso.
Yang kerahnya direngkut hanya diam. Dia tidak melawan, tapi dia malah menatap Pak Santoso dengan sengit.
“Kenapa kalian semua tidak ada yang pernah mendengarkan kami, hah?! Semua orang itu sama, selalu berpandangan salah terhadap kami! Bisakah kalian sekali saja dengarkan kami?!” serunya, yang tidak diragukan oleh Yoshi, itu adalah suara Ria.
~~~~~
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top