Chapter 11 : Tertangkap!

Keesokan harinya, Yoshi sudah bisa kembali ke kantor. Dia jelas merasa senang karena bisa kembali untuk beraktifitas dan tentunya untuk bisa kembali menangani kasus yang sedang mereka kerjakan. Dan satu hal lagi yang membuatnya senang adalah, setidaknya Yoshi sudah tau siapakah pelaku yang selama ini telah membingungkan dia dengan teman – temannya. Walau dia masih tidak yakin bagaimana cara untuk menyelesaikan kasus ini agar sesuai dengan imajinasinya.

Baru saja Yoshi sampai di depan meja piket, dia sudah menemui tiga orang pria, yang tak lain adalah Trio Koplak. Ketiganya sedang asik berbincang, hingga mereka mendengar langkah kaki Yoshi. Mereka menoleh, dan langsung menerjang ke arah si pemuda saat menyadari siapa yang datang.

“Selamat datang kembali Yo!” seru Pak Hendri.

“Iya nih, udah lama kita nggak lihat kamu di sini,” Ujar Pak Said.

Yoshi terkekeh, “Perasaan saya cuma beberapa hari deh nggak masuk, kok kalian segitunya? Saya kan nggak pergi perang atau semacamnya,” Sahut Yoshi.

“Iyaaa, tapi kami tetap kangen sama kamu, Yo!” seru Pak Bambang, lalu secara tiba – tiba menghadiahkan sebuah pelukan pada Yoshi.

Hal itu jelas membuat Yoshi tertawa, terutama setelah Pak Hendri dan Pak Said juga ikut memeluk Yoshi. Walaupun dia mengapresiasi bagaimana ketiga seniornya mengungkapkan rasa kangen mereka, tapi sedikit banyak hal itu membuat Yoshi agak tidak nyaman.

"Ahaha, makasih loh. Tapi … udahan dong. Kalian ini meluk orang atau apa sih, kenceng banget. Saya bisa mati muda nih kalau kalian tetap begini," Ujar Yoshi.

Ketiganya langsung melepaskan Yoshi dengan serempak, sementara itu Yoshi agak terbatuk dan berusaha untuk kembali menormalkan napasnya. Pak Bambang memberikan sebuah tepukan lembut di bahu Yoshi.

"Ahaha, maaf Yo! Gimana, kamu sudah siap untuk kembali beraksi dan menangkap para perampok sialan itu?" tanya Pak Bambang.

"Jelas ajalah. Jadi, apa ada perkembangan selama saya nggak ada?" tanya Yoshi.

"Sayangnya nggak ada Yo. Yang ada malah kasus lama yang akhirnya selesai. Kalau kamu ingat, bulan Oktober kemarin ada sebuah kasus pembunuhan yang mengegerkan. Dan baru sekarang pelakunya tertangkap. Kalau kamu ada baca koran mungkin kamu sudah tau," Jawab Pak Hendri.

Yoshi mengangguk, "Saya ada baca kok. Cuma saya nggak begitu paham sama detilnya, kan karena saya juga nggak pernah dikasih kasus itu. Walau saya aku memang kasusnya cukup sadis."

"Begitulah. Tapi yang penting, pelakunya sudah ditangkap," Sahut Pak Bambang.

"Nah, saya setuju. Oh ya, kalo begitu saya ke ruangan saya dulu ya? Pengen diskusi sedikit nih sama Pak Indra."

"Kami ikuuut!" seru mereka bertiga.

Yoshi langsung menoleh ke arah mereka bertiga sambil mengerutkan alisnya bingung, "Loh? Memangnya kalian mau ngapain?"

"Mau konser!" Ujar Pak Said sambil mengacungkan gitar yang dari tadi ditaruhnya di meja piket, dan entah sejak kapan sudah ada di tangannya.

“Yah, jangan dong! Saya perlu sedikit ketenangan nih! Kemaren perasaan kalian sudah puas konser pas nelpon saya, iya kan?”

“Ehehe, iya sih. Ya sudah, kalau gitu mending kita kembali ke alam asal kita aja. Sampai nanti, Yo!” ujar Pak Bambang.

“Oke, sampai nanti!”

Setelahnya, Yoshi langsung menuju ke ruangannya. Di sana, dia bisa menemukan Pak Indra tengah duduk di depan mejanya sambil membaca sebuah koran harian pagi. Beliau langsung mendongak saat melihat kalau pintu ruangannya terbuka dan Yoshi masuk ke dalam ruangan. Beliau spontan menutup koran yang ada di tangannya dan meletakkannya di meja.

“Akhirnya kamu datang juga, Yo. Jadi, bagaimana? Apa kamu dapat sedikit pencerahan selama kamu di rumah?” tanya Pak Indra.

Yoshi tidak langsung menjawabnya, melainkan meletakkan ranselnya dan duduk di kursi yang ada di depan meja Pak Indra. Dia memutar kursinya sehingga dia bisa duduk berhadapan dengan Pak Indra. Barulah Yoshi menjawab pertanyaan beliau tadi.

"Tau tidak pak, saya dapat suatu hal yang lebih daripada pencerahan selama saya berada di rumah. Saya akui, kalau hal ini akan sangat menentukan bagaimana selesainya kasus ini," Ujar Yoshi.

"Jadi … apa yang sebenarnya kamu dapatkan selama kamu beristirahat?" Tanya Pak Indra.

"Ada banyak hal, dan beberapa diantaranya cukup mengejutkan. Tapi sebelumnya, boleh saya minta pendapat bapak?”

“Kenapa enggak? Pendapat soa apa?”

“Menurut bapak, kasus ini bisa selesai dengan damai dan tanpa diketahui media atau khalayak ramai atau tidak?"

“Maksudmu, tanpa ada publikasi sama sekali?”

“Kalau bisa, ya.”

"Kalau saya mau jujur, hal seperti itu agak sulit Yo. Terutama karena sudah ada banyak pihak yang tau soal kasus ini. Dan lagi, para korban juga jelas minta para pelaku diadili kan? Belum lagi, kamu pasti tau sendiri kan kalau pihak media itu bisa nguping kemana - mana?"

“Iya, saya tau kok. Makanya saya tanya sama bapak, bisa atau enggak?”

“Uh, itu akan jadi hal yang sulit, sesuai yang saya bilang tadi.”

“Dan misalkan saja nih pak, kalau kasus ini bisa selesai secara kekeluargaan dan semua barang curian itu kembali kepada para korban tanpa ada satupun yang kurang, apakah kemungkinan hal ini diketahui oleh publik akan jadi lebih kecil?”

“Hm, bisa saja, kalau para korban mau bekerja sama.”

“Dan jika kasus ini dibiarkan selama beberapa saat, akankah kasus ini akan hilang begitu saja dari ingatan publik, terutama jika kepolisian tidak melakukan tindakan apapun untuk menyelesaikan kasus ini?”

“Kalau itu sih, sepertinya kamu sudah bisa duga. Publik jelas akan teralikan perhatiannya akan berita – berita baru yang diberitakan media di masa depan dan melupakan kasus ini. Tapi … saya rasa kamu berusaha menutupi kejahatan si pelaku ya? Kok kamu sampai menanyakan hal ini ke saya? Hal seperti ini bukan gaya kamu, Yo. Apa ada masalah?”

Yoshi terdiam sejenak karena dia agak terkejut dengan pertanyaan dari Pak Indra. Di dalam imajinasinya dia sedang menepuk kepalanya keras – keras karena dia bisa ketahuan semudah itu. Tapi memang benar, karena Yoshi berusaha untuk menutupi kasus ini agar  tidak ada orang lain yang mengetahuinya.

“Ehhh … saya punya alasan tertentu untuk melakukan itu …”

Pak Indra terkekeh, “Kalau kamu mau selesaikan semuanya dengan damai, saya rasa hal itu bisa diusahakan. Tapi kamu harus bilang sama saya, apa “alasan tertentu” yang kamu punya itu. Saya tidak bisa bantu kalau tidak ada alasan untuk melakukannya.”

"Yah, saya rasa sudah seharusnya saya kasih tau bapak kan? Jadi, sebenarnya … saya tau siapa kelima perampok itu. Saya kenal mereka, dan saya baru saja menyadarinya setelah salah satu dari mereka datang dan mengakuinya pada saya.”

Pak Indra mengubah posisi duduknya menjadi tegak, dan beliau menatap Yoshi dengan serius, “Dengar Yo, kamu bilang aja siapa mereka. Jujur, saya agak kaget karena kamu bisa tau siapa pelakunya, entah dengan cara apa. Kalau mau digambarkan, seperti menemukan kasus bunuh diri yang rupanya terjadi karena si korban dapat nilai rapornya cuma kurang satu poin dari semester sebelumnya. Tapi dari cara bagaimana kamu berusaha menutupi masalah ini, saya nggak bakalan kaget kalau salah satu dari pencuri ini adalah pacarmu.”

Yoshi terdiam sejenak. Dia menyiapkan mentalnya untuk mengatakan apa yang sebenarnya terjadi pada Pak Indra. Walau perkataan beliau tadi membuat Yoshi sedikit panik, akhirnya dia membuka mulutnya untuk bercerita.

“Eh, bukan gitu loh pak, saya cuma ... punya alasan kenapa mereka lebih baik dilepaskan. Jadi ceritanya begini .…”

Yoshi menceritakannya seurut yang dia bisa, yang diawali dengan perkenalan mereka, dan memasuki inti soal kasus ini. Pak Indra mendengarkannya dengan saksama. Yoshi menceritakan semuanya, dan setelah ceritanya selesai, hal itu membuat Pak Indra terdiam sejenak untuk mencerna cerita yang baru saja didengarkannya.

Keadaannya hening selama beberapa saat. Pak Indra bahkan terlihat seperti sedang melamun atau memutar sebuah kepingan memori, atau mungkin hal yang semacamnya. Tapi diantara mereka berdua tidak ada yang mau menghentikan momen hening itu, hingga akhirnya Pak Indra membelalakkan matanya, kemudian dia menatap Yoshi yang heran ketika melihat sorot mata atasannya itu.

"Jadi, mereka ... perampoknya? Kelima gadis itu?" Tanya Pak Indra, sambil mengerutkan alisnya.

Yoshi hanya mengangguk. Dia tidak ingin bicara untuk beberapa saat karena di dalam dirinya dia masih tidak percaya kalau dia sudah mengatakannya dan kini dia akan terlibat dengan masalah yang lebih ribet lagi.

"Dan salah satu dari mereka mengakuinya padamu? Untuk apa? Dan kenapa mereka melakukan tindakan yang tidak terpuji seperti itu?" Tanya Pak Indra lagi.

"Ya, benar. Dia mengakuinya untuk mengakhiri semua masalah ini. Karena dia tau hal ini akan berbahaya bagi masa depannya dan juga sahabat – sahabatnya. Lalu, tujuan mereka … bisa dibilang tidak ada. Dia bilang kalau hal ini bermula dari satu kejadian, tapi dia masih tidak mau untuk ceritakan semuanya. Dia ingin ceritakan semuanya di hadapan orang – orang nanti," Jawab Yoshi.

"Jujur Yo, saya kok masih nggak ngerti ya sama kasus ini? Apa sih yang sebenarnya ada di dalam diri mereka?"

“Nah, untuk hal itu sih juga masih jadi misteri bagi saya. Tapi … kalau kita bantu untuk menyelamatkan masa depan mereka, mungkin kita bisa tau apa jawabannya.”

“Lalu, apa rencanamu untuk menyelesaikan masalah ini, Yo?”

“Begini, kan mereka akan beraksi tiga hari lagi, jadi … saya ada ide untuk menyelesaikannya. Menurut saya, kita bisa lakukan ini …”

Yoshi menuturkan ide yang dia miliki dengan lengkap kepada Pak Indra. Setelah selesai dengan pembeberan ide yang dia punya, Pak Indra langsung menggangguk.

“Bukan ide yang jelek. Malah, sepertinya kita patut coba idemu itu.”

~~~~~

Tiga hari kemudian, Yoshi berada di meja piket bersama dengan Pak Indra dan Trio Koplak. Hari ini mereka “sengaja” bilang pada petugas piket malam yang berjaga hari ini bahwa mereka ingin menggantikan tugas mereka dengan berbagai alasan yang mereka bisa karang. Karena yang ditawari tidak merasa curiga, bisa dibilang rencana Yoshi cukup mulus sampai saat ini.

"Hei, kapan kita beraksi nih Yo? Saya sudah gatel pengen tangkap itu perampok!" tanya Pak Hendri yang sepertinya sudah tidak sabaran.

"Ya ampun pak, sabar sedikit lah pak. Kita kan harus tunggu tengah malam dulu," Jawab Yoshi.

"Kamu yakin nih Yo, kalau strategimu itu bisa buat nangkep mereka?" Tanya Pak Said, sambil mengangkat alisnya.

"Jelas aja. Kalau nggak mana mau saya coba pakai saat ini. Menurut saya, inilah cara yang terbaik yang bisa kita pakai. Tenang, kita cuma perlu menunggu selama satu setengah jam lagi kok!"

" 'Cuma' katamu? Satu setengah jam itu kalo dipake buat nunggu itu lama, tau!" protes Pak Bambang.

"Saya tau. Tapi kan kalian bisa bebas karaoke dulu kalau mau. Asal kalian jangan nyanyi lagu dangdut aja," Sahut Pak Indra.

"Bilang dong … mau denger suara kami yang merdu ini nggak perlu begitu juga kali. Kalau kalian minta juga pasti kami kasih. Ayo Pak Said, siapin musiknya!" Ujar Pak Hendri, lalu bersiap – siap untuk bernyanyi.

Sementara itu, Pak Said sudah siap dengan gitar di pangkuannya. Dengan aba – aba dari Pak Bambang, mereka bertiga langsung bernyanyi dengan hebohnya. Menghabiskan waktu sebelum mereka melakukan petualangan lainnya malam ini.

~~~~~

Setelah lewat tengah malam, mereka berlima langsung bergerak menuju ke toko yang diinformasikan akan disantroni oleh kelima perampok itu malam ini. Toko itu letaknya tak terlalu jauh dari toko pertama yang dirampok oleh kelima orang itu. Pak Indra langsung memberi instruksi pada mereka untuk segera berpencar ke beberapa bagian dengan tujuan untuk mengepung si perampok saat mereka datang.

"Kamu yakin nih mereka bakalan datang kesini?" Tanya Pak Bambang.

"Pastinya! Nggak perlu banyak omong lagi deh, ayo kita berpencar!" Ujar Yoshi.

"Siap laksanakan!" Sahut ketiga pria yang diberi instruksi tadi.

Mereka bertiga berpencar di sekitar toko yang jadi target tersebut, dan kembali menunggu kedatangan para perampok ke lokasi kejadian.

Dan kalau boleh jujur, menunggu dalam sebuah ketidak pastian itu sungguhlah tak mengenakkan. Buktinya, Yoshi sudah mulai gelisah saat menunggu kedatangan mereka berlima setelah menunggu selama setengah jam.

Hingga akhirnya tiba – tiba ponsel Yoshi bergetar di sakunya. Dia mendapat pesan dari Pak Bambang yang bilang kalau mereka mendengar ada sebuah mobil yang baru saja parkir di dekat sana. Yoshi langsung saja menyiagakan senjatanya.

Benar saja, tak lama kemudian terdengar suara langkah – langkah  kaki. Mereka berlima berjalan ke arah toko itu dengan hati – hati, dan mereka berhasil masuk dalam waktu singkat karena pengamanan di toko itu tidak terlalu baik. Dalam waktu kurang dari sepuluh menit, mereka sudah keluar dari toko itu dengan membawa banyak perhiasan yang ada disana.

Setelahnya, langsung saja Pak Indra memberikan aba – aba untuk mereka berdua agar segera keluar dari persembunyian mereka, sementara ketiga orang lainnya masih bersembunyi. Merekapun meloncat keluar, dan bergegas agar bisa menyelesaikan masalah ini sekarang juga.

"Angkat tangan! Kali ini, kalian tidak akan bisa kabur lagi dari kami!" seru Yoshi sambil mengacungkan senjatanya.

Hal itu langsung ditanggapi dengan kokangan senjataa dari kelima perampok itu.

"Jangan bodoh. Kalian berdua sementara kami berlima. Apa kau mau terluka lagi hah?" Ujar sebuah suara yang diyakini Yoshi sebagai suara Ria.

"Huh? Kau yakin aku akan terluka lagi?" tanya Yoshi.

"Terserah kau saja!"

"Oke nona – nona, sepertinya aku harus pakai cara kasar ya?"

"Kau yakin kalau kami adalah perempuan? Siapa tau saja kami adalah pria!" sahut sebuah suara yang dikenali Yoshi sebagai suara Lisa.

"Aku bukan lelaki waras jika saja aku tak bisa membedakan detil tubuh wanita dengan pria. Lekukannya yang khas itu lho, iya kan Pak Indra?" sahut Yoshi, sambil terkekeh.

"Kau benar, Yo ..." Sahut Pak Indra, lalu beliau juga ikut tersenyum.

“Kalian kebanyakan bicara! Kuperingatkan ya, kalian tidak akan bisa menangkap kami!”

Yoshi terkekeh, “Jangan terlalu pede dulu, kita lihat saja siapa yang akan menang …” ujar Yoshi.

Tentunya, sebuah baku tembak yang tak terhindarkan kembali terjadi. Untungnya, kali ini Yoshi dan Pak Indra tidak terluka sedikitpun karena mereka bisa menghindarinya dengan baik.

Pertandingan mereka berlangsung dengan seru, tapi berakhir dengan cepat. Setelah pihak lawan kehabisan peluru, seseorang yang diyakini Yoshi sebagai Ria langsung menerjangnya. Dia menabrak jatuh Yoshi dan Pak Indra, dan menggunakan kesempatan selama keduanya berusaha bangkit untuk kabur.

"Ayo kita kejar!" seru Yoshi.

Kejar – kejaran kembali terjadi diantara kedua pihak tersebut. Mereka berlarian dia sepanjang jalan, dan kini mereka sudah mendekati sebuah perempatan yang terletak dekat dengan dimana perampok itu memarkir kendaraan mereka. Yoshi dan Pak Indra sudah nyaris mendekati buruannya, sementara itu buruannya semakin dekat dengan kebebasan mereka. Hanya tinggal sedikit lagi, melewati perempatan yang ada di hadapan mereka sebelum akhirnya …

Trio Koplak muncul dari masing – masing cabang perempatan itu dan mengepung mereka. Menutup semua jalur yang bisa mereka gunakan untuk lari dan membuat mereka terjepit di tengah, dengan Yoshi dan Pak Indra yang semakin dekat di belakang mereka.

"Sial ..." Desis salah satu dari mereka.

Kini, kelimanya tak bisa bergerak kemana – mana. Dikepung dari segala arah. Mereka semakin merapat satu sama lain saat lawan mereka semakin mendekat.

“Menyerahlah. Usaha kalian sia – sia, kalian tau itu kan?” tanya Pak Indra.

Seseorang membanting senjatanya ke tanah, lalu mulai memasang kuda – kuda.

“Kalian kira kami akan menyerah semudah itu?” tanyanya.

“Sepertinya kamu membuat kami nggak punya pilihan lain. Jadi … apa boleh buat.” Ujar Yoshi, yang kini juga sudah siap di posisinya.

Langsung saja, pertarungan satu lawan satu dimulai. Kini, Yoshi dihadapkan dengan Mira, yang sorot matanya langsung dipenuhi rasa takut saat melihat Yoshi sudah ada di hadapannya.

“Kak … aku tidak ingin menyakitimu lagi …” ujar Mira dengan suara yang pelan.

“Kalau begitu, kamu tidak perlu takut. Rileks saja, oke? Anggaplah ini sebuah aksi stuntman, kamu lakukan apa yang aku bilang dan tidak akan ada luka diantara kita, oke?” bisik Yoshi.

Mira mengangguk, dan mereka mulai memperlihatkan aksi berkelahi yang cukup bagus. Yoshi meminta Mira untuk memberikannya beberapa pukulan yang berhasil dihindarkannya. Dengan perlahan, Yoshi meraih tangan Mira yang terkepal di hadapannya dan menariknya mendekat. Dia memberikan sebuah serangan dengan dengkulnya yang membuat Mira tersentak walau hal itu tidak mengenai tubuhnya. Yoshi berputar ke satu sisi dan melakukan kuncian. Mira berusaha melepaskan kunciannya dengan melakukan salto, tapi hal itu dapat ditahan oleh Yoshi, sehingga Mira terjatuh ke tanah dan melakukan kuncian pada lengan Mira. Yoshi mengangkat tubuh Mira, sehingga dia kini ada di posisi berlutut.

“Baiklah. Aku menyerah,” Ujar Mira, lalu mengangkat tangannya.

“Hei! Kamu tidak boleh menyerah semudah itu!” seru seseorang yang sedang bertarung melawan Pak Indra. Yoshi meyakini suara itu sebagai suara Ria.

“Aku tau. Tapi ini semua sangat bodoh. Menyerahlah. Aku tau di dalam diri kalian ada pergulatan yang tidak seharusnya terjadi. Hentikan semua ini. Keadaannya masih bisa jadi lebih baik lagi kalau kalian mau hentikan semuanya.”

Hal itu membuat Ria terdiam sejenak, dan momen itu dimanfaatkan oleh Pak Indra untuk meringkusnya, sehingga dalam waktu beberapa detik dia sudah jatuh ke tanah dan tidak bisa berkutik lagi. Begitu pula dengan tiga orang lainnya yang kini sudah menyerah. Mereka membawa kelima orang itu ke tengah – tengah perempatan dan mengepung mereka.

"Nah, gitu dong ... dari kemaren juga, ribet amat sih bikin kalian menyerah," Ujar Pak Said, lalu mengusap bahunya untuk membersihkan debu yang menempel di pakaiannya.

"Kalian sekarang ada di bawah kuasa kami. Jadi kalian lakukan saja apa yang akan aku instruksikan. Yang pertama adalah, kalian berlima harus ikut denganku," Ujar Yoshi sambil menggiring mereka menjauh.

Yoshi langsung saja berjalan dengan kelima perampok itu di belakangnya. Dan kini, mereka sudah berdiri di hadapan mobil mereka.

"Berikan kuncinya padaku," Pinta Yoshi, sambil mengulurkan tangannya.

"Apa yang akan kau lakukan? Kau mau membawa kami kemana?" Ujar sebuah suara, yang dikenali Yoshi sebagai suara Rani.

"Bisa kalian diam dulu? Aku sedang berusaha membantu kalian keluar dari masalah ini, tanpa membuat kalian terlibat dalam masalah yang lebih besar lagi. Kalian ikuti sajalah. Berterima kasihlah, karena setidaknya aku tidak tega melihat kalian berada di posisi buruk yang sekarang sudah kalian bisa bayangkan,”  Sahut Yoshi.

Langsung saja mereka semua masuk ke dalam mobil itu, dan Yoshi memacunya ke suatu tempat yang hanya dia dan Tuhan saja yang tahu.

~~~~~

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top