File 2.5.4 - So, What did I Miss?

"Watson, kamu bisa bernyanyi?"

"Ya. Waktu kecil aku ikut paduan suara."

Aiden dan Hellen menabuh punggung Jeremy. "Bukan itu masalahnya sekarang!" ujar mereka, menatap Watson yang melepaskan kostumnya. "Kenapa... kenapa kamu bisa di sini?! Bukannya kamu diculik? Kami baru saja ingin mencarimu begitu pentas drama sialan ini berakhir."

"Panjang ceritanya dan aku malas bercerita. Intinya aku sudah selamat. Ada yang menolongku, tapi aku tidak tahu siapa. Rambutnya... putih? Tidak. Pink?"

"Yang mana yang benar?!"

"Kenapa kamu memakai penutup mata?" celetuk Erika, tersenyum miring. "Apakah tuan detektif genius menjadi chuuni?"

"Mataku bolong karena mereka mencungkilnya untuk dijadikan oleh-oleh ke atasannya. Aku belum mendapatkan donor mata yang cocok," jawabnya datar.

Seketika Erika bungkam, merasa bersalah. Grim di sampingnya menjitak kepalanya. Dasar gadis blakblakan! Padahal dia tahu betul kalau Watson itu serius orangnya. Mana mungkin dia memakai sesuatu di luar karakternya kalau bukan terluka.

"B-btw! Nyanyianmu bagus sekali, hahaha! K-kukira kamu lipsing tadinya, hehehe."

"Kamu tak apa, kan?" tanya Aiden cemas.

"Yah, seperti yang kamu lihat. Aku masih bernapas dan hidup. Aku baik-baik saja—"

Plakkk!!!

"Jawaban macam apa itu, hah?! Semua orang mengkhawatirkanmu! Paling tidak jawablah dengan serius!" kata Aiden mengamuk, memukul lengan cowok itu.

Michelle bergabung ke kerumunan. Saat ini mereka berada di belakang panggung. Para penonton telah berangsur pulang, menyisakan murid-murid yang selfie dan membereskan studio (gedung olahraga).

"Kukira kamu ditangkap Phoney Baloney."

"Huh? Siapa pula itu?"

"Musuh kita kali ini. Tapi, kita punya kasus baru, Dan. Tentang anak-anak streamer waktu itu. Salah satu temannya hilang."

Apa saja yang Watson lewatkan?

.

.

Mereka pindah ke ruang klub. Michelle menceritakan semuanya. Pertemuan mereka di sekolah dasar dan penculikan yang tidak Watson ingat. Semuanya dilakukan oleh dua orang yang mereka tetapkan bernama Phoney Baloney.

Astaga. Watson mengusap wajah. Dia tidak percaya ada kejadian seperti itu, terlebih dia tidak ingat sama sekali. Apa benar dia dicuci otaknya waktu kecil? Bagaimana kalau Phoney Baloney itu datang padanya dan menyuruh Watson melakukan sesuatu berbau kejahatan? Watson takkan bisa menolak karena dia disugesti menganggap mereka adalah orangtua yang baik.

Baru selamat dari penculikan kesekian, sekarang disuguhkan kasus streamer menghilang dan duo kriminal meresahkan.

"Ngomong-ngomong Watson, Lupin datang mencarimu," kata Hellen. "Tapi... aku punya firasat tak enak dengannya."

Panjang umur. Pintu klub terbuka, menampilkan sosok Lupin cengar-cengir tak jelas. Dia berlari memeluk Watson. "Oh saudaraku! Aku sangat risau padamu! Syukurlah kamu masih hidup. Kalau kamu mati, siapa lagi yang bisa membongkar trip sulapku? Watson, Watson~"

"Jangan nempel-nempel padaku!"

"Hei! Salahkah seorang teman khawatir? Aku tidak tahu kamu diculik, sialan! Kenapa kamu gemar sekali diculik sih?"

Watson mendengus. Ya, mana dia tahu. Musuh orangtuanya tiba-tiba muncul. Tidak, sebenarnya dia bahkan tidak tahu kalau Daylan dan Dyana memiliki musuh. Apa saja yang orangtuanya lakukan sih?

Orang-orang itu membicarakan semacam flashdisk, data utama, yang tidak Watson pahami. Apa yang mereka cari? Orangtua Watson bukan pengedar narkoha, kan?

"Jadi?" Watson bersedekap. "Apa yang kamu lakukan di Moufrobi? Kutumbuk kepalamu kalau kamu pamer sulap baru lagi," tanyanta guna mengalihkan stigma jelek tentang Daylan dan Dyana.

"Ah, sebenarnya... aku ingin bertanya satu dua hal kecil? Bagaimana kalau kita bicara di luar?" Lupin tidak nyaman dengan keberadaan anggota klub detektif lainnya.

Baiklah. Watson mengangguk.

*

"Sebenarnya kamu kenapa, Matrix? Ada apa? Kenapa serius begitu? Jangan membuatku khawatir," desak Watson karena Lupin justru menjeda kalimatnya.

"Tolong temukan Aleena!"

Muka Watson berubah datar. "Hah?"

"Kami bertengkar hebat dan Aleena menghilang selama dua hari ini. Dia tidak mengangkat teleponku sama sekali! Apa dia sempat menghubungimu, Watson?"

"Kamu lupa aku habis diculik? Ponselku hilang. Kenapa bertengkar lagi?" tanya Watson malas terhadap dua temannya itu.

Lupin pun memegang tangan Watson, menangis dengan ekspresi yang bikin cowok itu merinding geli. "Tolong carikan Aleena-ku, hiks...!" isaknya dengan ingus berserakan. "Ini salahku karena aku curiga dia selingkuh dan marah-marah tanpa membiarkannya menjelaskan. Watsonnnn, tolong temukan pacarkuuu!!!"

"Aku mengerti! Aku mengerti! Lagi pula, aku juga ada perlu dengannya. Beritahu kronologis kapan dia hilang setelah festival Madoka benar-benar berakhir."

"BENARKAH?!" jerit Lupin, sekali lagi memeluk Watson dengan bahagia. "Terima kasih, wahai sobat tersayangku!"

Senyuman Lupin berubah dingin.

"Terima kasih mau membantuku menemukan Aleena. Aku kangen dia."

Deg! Watson merasakan tubuhnya tersentak ngeri. Hah? Perasaan apa itu barusan? Dia... merasa takut untuk sesaat.

*

Banyak yang Watson lewatkan selama dia disekap. Perubahan karakter Lupin walau wajah konyolnya tidak hilang, tapi Watson yakin ada yang berbeda darinya.

Ah! Watson teringat gumaman Hellen soal dia memiliki firasat buruk akan Lupin.

Apa yang terjadi? Dia benar-benar bertengkar dengan Aleena? Watson ingat, mereka seringkali berdebat dan putus. Lalu pada akhirnya mereka baikan. Apa skala masalah mereka kali ini amat besar?

"Kamu memikirkan apa sampai raut wajahmu sebegitu seriusnya?" tanya Beaufort menciduk Watson berdiri kayak patung. "Ini hari pertamamu kembali ke sekolah. Dapat kasus baru lagi?"

Watson menatap pamannya yang terlihat santai padahal tebakannya tepat. "Ah, bukan. Ini masalah Aleena dan Lupin. Bagaimana Nenek dan Kakek?"

"Mereka sudah pulang ke tempat masing-masing. Mereka puas dengan nyanyianmu di pentas drama sekolah."

Watson mengangguk saja, melangkah ke kamarnya. Tetapi Beaufort berseru, "Datang ke ruanganku setelah ganti baju."

"Eh? Buat apa?"

"Kamu tidak lupa perkataanmu di rumah sakit, kan? Pernyataan kamu muak menjadi target musuh. Kakekmu menitip pesan padaku, jika kamu belum mahir bertarung, kamu dilarang bermain kasus dan detektif. Aku akan mengajarimu."

"Oh..." Watson mengerjap, mengangguk. "Tentu aku ingat." Dia lupa sejenak kalau pamannya jago berkelahi. Watson punya tutor pribadi yang hebat di rumah.

Malamnya, Beaufort melatih Watson dengan keras. Dia juga membuatkan skedul pola latihan yang harus Watson lakukan setiap hari. Cowok itu tidak bisa mendadak kuat tanpa latihan rutin. Dipikir ini cerita webtoon dengan sistem OP apa.

"B-berat sekali... Tanganku seperti mati rasa." Watson menunjuk kedua lengannya yang letoy karena disuruh push-up.

"Itu baru permulaan. Jangan lembek begitu. Ayo berdiri! Kita ulangi lagi. Tubuhmu kaku karena jarang olahraga."

"Biarkan aku beristirahat..."

Dan begitulah. Beaufort mengajarkan Watson sampai pukul sembilan malam. Dia baru dilepaskan saat jam makan malam. Seluruh tubuhnya gemetar kelelahan. Apa... apa berolahraga sesusah ini?

"Ngomong-ngomong Paman, Tante sama Noah dan Naoi ke mana?" Watson baru sadar rumah mereka sepi sekali.

"Pergi ke Inggris bersama nenekmu. Kamu tahu kan suasana kakek-nenekmu seperti apa," sahut Beaufort. "Kayak tom-jerry."

Itu mungkin karena masa lalu mereka. Mantan polisi dan mantan pencuri. Wah, hebat betul silsilah keluarga Watson sampai membuat orangnya no komen.

"Paman, sepertinya aku butuh ponsel baru lagi." Watson mengacak-acak tasnya. Fiuh! Syukurlah, sapu tangan ibunya masih ada.

"Tunggulah sebentar. Aku harus fokus menemukan donor mata untukmu. Kamu pasti tidak nyaman begitu, kan?"

"Ya, sangat tidak nyaman... Ng?"

Watson mengeluarkan dokumen misterius terselip di antara buku-buku pelajaran. Apakah Hellen yang meletakkannya jaga-jaga kalau Watson kembali?

Isinya adalah berkas kasus anak streamer yang menghilang. Watson menyeringai.

"Ini dia. Kasus baru, aku datang. Terima kasih pengertiannya, Stern."



Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top