File 2.5.1 - Various New Problems

>Ruang Dewan Siswa<

Ya, ke sinilah Dextra pergi. Ini mungkin kali pertamanya dia mendatangi ruangan tersebut semenjak angkatan Apol lulus. Tapi kalau dipikir-pikir, dia juga jarang mengunjungi tempat 'seram' itu selama periode Apol.

Yang mengganjal dari kasus Ishanaluna adalah sosok J. Dia mengendalikan Enda dan secara tidak langsung turut mengendalikan klub detektif Madoka walau di mata orang J-lah yang mengarahkan mereka ke kasus itu.

... Seolah J ingin klub detektif membereskan masalah Ishanaluna yang dia temukan.

Hanya ada dua orang di dalamnya. Ketua Konsil baru yakninya Jin Woo, bersama wakilnya, Hamu Halmari. Mereka tampak membicarakan sesuatu, namun terganggu oleh Dextra yang menggebrak pintu, refleks menatap intens.

"Lihat siapa yang datang. Bukankah kamu salah satu anggota klub detektif yang dengan lancang mencari informasiku?" lontar Jin Woo dingin. Tidak ada ramah-ramahnya.

Dextra menghela napas pendek, menatap tajam. "Katakan, kamu bekerja untuk siapa?"

"Aku tidak mengerti arah pertanyaanmu."

"Jangan berlagak bodoh. Aku tahu kamu mengawasi klub detektif sepanjang kasus Ishanaluna. Kamu ada hubungannya kan dengan masalah ini? Atau kamu antek-anteknya J."

Jin Woo menopang dagu dengan kedua punggung tangan yang disilangkan. "Maksudmu aku memata-matai kegiatan kakak kelas? Kenapa aku harus melakukannya?"

Dia tidak mau buka mulut ya? Well, Dextra sudah menduganya. Lelaki di depannya itu punya aura yang tak bisa ditelaah. Dia bukan seseorang yang bisa diajak bicara baik-baik.

"Aku hanya memperingatimu. Siapa pun yang kamu ikuti, jangan sampai membuat Kak Watson sebagai musuhmu."

Jin Woo menyeringai. "Aku memang ingin bertemu dengannya. Kak Watson Dan. Apa kamu tahu ada di mana dia, Dextra? Karena dia sangat sibuk, aku tidak pernah bertemu dengannya. Sekarang, ketika ada waktu senggang karena festival, dia malah hilang."

Heh! Sekarang dia ngomong terang-terangan. Sesuai dugaan, Jin Woo ada maunya.

"Ada urusan apa kamu dengan Kak Watson?"

"Membicarakan satu dua hal."

"Apa tepatnya 'satu dua hal' ini?"

"Pockleland," jawab Jin Woo.

Seketika Dextra terdiam. Nama itu... taman bermain di New York yang didatangi Watson bersama orangtuanya, kan? Iya! Dextra ingat! Aiden dan Hellen sering membahasnya. Ledakan misterius di taman itu merenggut nyawa para pengunjung termasuk orangtua Watson.

Dextra semakin waswas terhadap Jin Woo yang memasang ekspresi dingin. "Kenapa kamu tahu tempat itu?" Ada yang dia sembunyikan.

"Karena bukan dia saja korban Pockleland."

*

>Battery Park, New York, 23.23 pm<

Biasanya tiap mengerjakan misi dari ayahnya, Alenna selalu mengajak Lupin pacarnya sebagai partner. Lupin pun tidak keberatan asal bisa bersama kekasihnya sekaligus memastikan keselamatan Alenna. Dan kali ini pun sama.

Awalnya semua baik-baik saja, tetapi kenapa berakhir Lupin jadi membencinya?!

Ceritanya pendek. Di balik sampul bisnis komersial, keluarga Alenna adalah mafia yang besar. Tentu ayahnya memiliki banyak rekan kepercayaan yang saling menjalin hubungan mutualisme dan menjaga kepercayaan itu bertahun-tahun lamanya, bahkan sebelum Aleena lahir, kepercayaan itu sudah ada.

Lalu tiba-tiba, tanpa alasan jelas, kepercayaan itu lenyap dalam satu malam. Mereka bersatu memburu dan menghancurkan keluarga Lan. Orangtua Alenna melarikan diri ke Spanyol. Kakaknya hilang kontak, adiknya entahlah.

Sementara Alenna yang tidak tahu apa-apa, saat dirinya dan Lupin menyelesaikan misi menyingkirkan gubernur penyimpang tak berakhlak, tahu-tahu mereka telah dikepung.

Lupin melindungi Alenna, jelas. Prinsip keluarga Lan yaitu membunuh apa yang perlu dibunuh. Jangan menyentuh orang lain yang tak ada kaitannya. Tidak semua mafia itu psikopat dan berhati dingin. Jadi Lupin tidak mengerti tuduhan yang mereka berikan pada Alenna.

Tetapi, setelah menunjukkan bukti bahwa keluarga Alenna duluan lah yang melanggar janji 'persahabatan', Lupin seketika kecewa. Padahal dia sangat percaya bahwa pacarnya itu memegang teguh prinsip 'tidak membunuh orang di luar misi'. Tapi inikah yang gadis itu lakukan di belakangnya?! Mafia tetaplah mafia!

Alenna kabur seorang diri dan tiba di Battery Park dengan perasaan campur aduk. Marah telah difitnah, bingung apa yang terjadi, sedih pada Lupin yang kecewa dan meninggalkannya.

Alenna berhenti berlari. Napasnya memburu. Matanya memanas. Mereka sudah lama bersama, kenapa Lupin percaya semudah itu?! Jelas-jelas Alenna dan keluarganya dijebak. Tapi..., tapi Lupin memandangnya dengan hina. 

"Di saat seperti ini..." Alenna memandangi ponsel. Puluhan pesan dan panggilan darinya tidak pernah dijawab oleh Watson. "Kamu malah tidak ada. Aku harus bagaimana?"

Watson, aku membutuhkanmu. Tolong aku.

Dewa seolah menjawab doa Alenna karena beberapa detik kemudian, ponselnya berdering. Seseorang yang dia 'kenal' menghubunginya.

Adalah Saho Shepherd.

"Bukankah dia salah satu member detektifnya Watson? Dari mana dia dapat nomorku?"

*

Di klub detektif, Michelle duduk sendirian sambil memegang botol obat misterius. Jam menunjukkan pukul 06.34. Murid-murid yang merasa punya kerjaan, datang pagi-pagi buta ke sekolah untuk menyiapkan panggung.

Benar. Ini adalah hari ketiga festival Madoka. Hari terakhir yang akan jauh meriah dari hari-hari sebelumnya karena festival akan ditutup dengan pentas drama Sleeping Beauty.

Tapi masalahnya... Satu, Watson salah satu pemeran tak kunjung terdeteksi. Dua, Anjalni selaku penanggung jawab belum mengetahui hal ini. Tiga, mereka belum menemukan timing tepat untuk memberitahu Anjalni tentang hilangnya Watson sebab dipusingkan oleh J.

Sejak awal, apakah bijak memberitahu Anjalni soal itu? Bagaimana reaksinya nanti? Wanita itu pasti memarahi mereka dan bilang begini: Itulah kenapa saya melarang kalian bermain di dunia orang dewasa. Ya! Sudah terbayang!

"Syukurlah masalah Paman Beaufort terselesaikan tanpa ikut campur tanganku. Yang tersisa yaitu menemukan Kak Watson dan segera menangkap Phony Baloney. Aku harus cepat, sebelum semuanya terlambat."

Klek!

Pintu klub terbuka, menampilkan sosok Aiden, Hellen, dan Jeremy (heran mereka selalu datang bertiga). Michelle terkesiap, langsung menyembunyikan apa yang dia pegang ke tas sekolah, sigap memasang ekspresi datar.

"Oh, Michelle! Kamu sudah di sini ternyata," sapa Jeremy, beralih mengusap kedua lengannya. "Akhirnya hari ini datang juga."

Hellen menyentuh tangan Jeremy. "Apa kamu yakin baik-baik saja dipandang orang banyak?" Dulu waktu di bangku sekolah dasar, cowok itu sampai pingsan karena tertekan. Mungkin karena traumanya selama di panti asuhan.

Hidung Jeremy memanjang, tanda nyombong. "Um! Tentu saja! Aku sudah menyiapkan dan mengasah mentalku semalaman!"

"Meski begitu..." Aiden mendesah panjang. "Dan masih belum ketemu sampai sekarang. Aku harap kita bisa menjelaskannya dengan baik ke Miss Anjalni dan lekas mencari penggantinya. Tapi aku tidak punya nyali sama wanita itu."

"Beliau punya aura ngeri-ngeri sedap sih."

"Ngomong-ngomong, kenalan kalian bernama Grim dan Erika, mau sampai kapan mereka di Moufrobi?" tanya Michelle mendapatkan ide.

Aiden dan Hellen bersitatap. "Entahlah."

"Mungkin kita bisa memulai pencarian Kak Watson setelah festival ini selesai. Kulihat mereka berdua berpengalaman. Makin banyak orang, makin cepat Kak Watson ketemu."

Aiden tersenyum kecut. "Apa mereka mau—"

"TENTU SAJA AKU MAU!"

Panjang umur. Ternyata Grim dan Erika sudah tiba di Madoka. Dia mendengar lamat-lamat percakapan mereka di lorong lantas bergegas masuk dengan sedikit berlari.

Erika bersedekap, menatap Hellen tajam. "Aku baru tahu si detektif muram itu menghilang. Kenapa kalian tidak membicarakan perihal serius ini ke kami, heh? Kami akan membantu."

"Waktunya kurang pas. Kami juga disibukkan dengan masalah Ishanaluna," jawab Hellen.

"Tak mungkin dia menghilang tanpa sebab. Dia diculik, kan?" tebak Grim akurat.

"Begitulah... Kami tidak punya petunjuk. Mana kami juga punya musuh baru lagi. Belum nanti pentas drama akan dilaksanakan. Pusing!"

Grim tersenyum. "Jangan khawatir, Ai. Kalau kita bersama-sama mencarinya, Watson pasti berhasil ditemukan. Mari kita selamatkan dia."

Suasana menjadi adem karena kedatangan Grim yang mampu menebar hawa ketenangan. Michelle melihat pemandangan di depannya dengan tatapan datar, berhitung dalam hati.

"Sebenarnya aku sudah tahu di mana—"

"KAKAK-KAKAK DETEKTIF MADOKA SEKALIAN!"

"Honja, jangan menerobos masuk! Kamu harus mengetuk pintunya dulu! Itu tidak sopan!"

Tamu kedua yang datang adalah Honja dan Rale. Eh? Aiden, Hellen, Jeremy familiar dengan nama-nama itu. Rasanya baru kemarin mereka mendengarnya, tetapi kapan ya tepatnya? Dan siapa yang membahasnya? Uhh! Mereka lupa.

"Tolong bantu kami! Teman kami... teman kami akan dibunuh oleh hantu di rumah setan itu!" 

"R-rumah setan?" Jeremy manyun.

"Kami telah mengirimkan permintaan kasus, kenapa kalian tidak datang?! Tapi... itu juga salah kami. Benar. Kalian takkan percaya dengan cerita mistis. Tapi kali ini masalahnya benar-benar gawat! Teman kami tidak kembali-kembali lagi setelah masuk ke sana!"

Hellen mengelus dagu, menjentikkan dari. Dia ingat sekarang. Sebelum kasus Akinlana, mereka berniat menyelesaikan permohonan kasus tentang Rumah Mistis yang dijadikan lokasi konten oleh tiga remaja: Eil, Rale, Honja.

Pada akhirnya mereka tidak sempat mendiskusikan kasus itu karena Watson keburu tertarik pembunuhan Akinlana.

"Duduk dulu dan jelaskan pelan-pelan..."

TOK! TOK! TOK!

Hebat! Klub detektif Madoka memang terkenal. Siapa sangka akan ada tiga tamu mendatangi mereka di pagi hari. Dan tamu ketiga itu merupakan tamu yang tidak diduga-duga! Mereka sudah separuh cemas jika yang datang pemohon lainnya, tetapi rupanya...

Lupin Matrixcube!

Senyum Aiden kembang. "Lupin! Sudah lama kita tidak bertemu. Apa yang membuatmu datang kemari? Kasus atau kontes sulap?"

Grim menyikut bahu Jeremy, meminta penjelasan. Jeremy menjawab, "Dia teman Watson. Kami pernah bertemu dengannya."

"Lama juga tidak berjumpa, teman-teman detektif barunya Watson. Tapi, sayang sekali, aku tak punya waktu untuk beramah-tamah."

Wajah cerah Lupin berubah.

"Apa Watson ada? Ada sesuatu yang ingin kubicarakan," katanya sambil tersenyum.

****TBC****




Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top