Ni

-Beberapa menit sebelum penembakan (di tenda)-

Tetsuna -Ibu Tetsuya- sangat tidak fokus saat mempersiapkan -lebih tepatnya memotong- bahan makanan untuk dimasak. Akibatnya, jarinya terluka sedikit saat memotong bahan makanan tersebut.

"Anda tidak apa-apa, Kuroko-san?" tanya Tanaka-san cemas

"Maaf, Tanaka-san. Tadi saya melamun." Tetsuna menatap jarinya yang terluka dengan tatapan sendu

"Saya tahu. Anda pasti mengkhawatirkan mereka."

"Firasat saya tidak baik. Seperti terjadi sesuatu dengan mereka. Terutama Tetsu-kun"

"Anda jangan khawatir. Mereka akan baik-baik saja. Lagipula ada Seijuurou-sama bersama mereka. Seijuurou-sama akan menjaga mereka dengan baik"

"Saya tau. Tapi..."

"Bukannya ini sudah terlalu lama?" Suara dengan nada malas mengintrupsi pembicaraan antara 2 orang dewasa itu. Murakasibara Atsushi yang sedaritadi memperhatikan pembicaraan mereka sambil makan snack akhirnya membuka suara.

Setelah mengucapkan apa yang dipikirkannya, Murasakibara bangkit dari duduknya lalu pergi begitu saja ke hutan dimana teman-temannya pergi tadi.

"Tunggu. Atsushi-kun. Kamu tidak bisa memcari mereka sendirian. Nanti kalau kamu tersesat bagaimana?" ucap Tetsuna berusaha menghentikan Murasakibara

Mendengar perkataan Tetsuna, Murasakibara sempat berhenti berjalan. Tanpa menoleh Murasakibara menjawab "Kalau begitu Kuroko-san ikut saja" Lalu Murasakibara jalan kembali ke hutan.

Sempat terdiam sejenak, akhirnya Tetsuna mengikuti Murasakibara masuk ke hutan. Tapi sebelum itu, Tetsuna membalikkan badannya lalu menatap Tanaka. "Tanaka-san, tolong jaga tenda, ya. Saya dan Atsushi-kun akan mencari anak-anak" ucap Tetsuna

"Ha'i. Kalau ada apa-apa, mohon menghubungi saya, Kuroko-san" Tetsuna mengangguk.

Sebelum melanjutkan perjalanan, Tetsuna sempat mendengar gumaman Tanaka "Semoga Kami-sama selalu melindungi mereka.

-Kembali ke tempat kejadian-

DOORRR...

Saat suara tembakan terdengar , Akashi mencoba melindungi Aomine dan Midorima sedangkan Kuroko kabur mencari persembunyian bersama Kise. Tapi naas, Akashi dan Kuroko yang mencoba melindungi teman-temannya malah tertembak. Akashi tertembak dibagian perut sedangkan Kuroko dibagian bahu. Akhirnya anak-anak itu berhasil bersembunyi di balik batu-batuan yang besar. Tiga penjahat itu sedang berusaha mencari mereka tetapi tidak ditemukan.

"Hei, ada apa?" tanya salah satu penjahat -bisa dibilang bosnya- 

"Ada anak kecil. Anak kecil melihat kita." jawab  anak buah ichi yang menembak Kisedai

"Apa ada orang dewasa bersama mereka?" tanya si bosnya lagi

"Tidak, hanya 5 orang anak" jawab anak buah ichi

"Sial, mana wajah seorang teman kita ketahuan waktu merampok bank." anak buah ni

"Kupikir jika membereskan mereka "dia" dan menyembunyikannya disini kita tak akan ketahuan. Tapi sekarang ada anak kecil" anak buah ichi

"Hei, jangan mengobrol saja. Cepat cari anak-anak itu!" perintah si bos

"Sial, kemana perginya anak-anak sialan itu.." umpat anak buah ichi

"Hei, kalau ketemu, mau diapakan anak-anak itu?" tanya anak buah ni penasaran.

"Bodoh! sudah jelas, kan? Kita tidurkan mereka selamanya didalam gua yang gelap ini... Kita lubangi ke 5 anak itu. Untuk sementara kita cari ke pintu masuk. Anak kecil mudah dikejar. Cari disekitar sini dulu sebentar" penjelasan sekaligus perintah panjang lebar dari si bos yang direspon mengangguk oleh anak buahnya. Akhirnya mereka pergi.

Tanpa sepengatuan mereka, kelompok Kisedai yang daritadi bersembunyi sambil mendengarkan pembicaraan para penjahat itu, mereka sangat ketakutan. Malah ada yang sudah mulai menangis, seperti Kise Ryouta.

"Ba-bagaimana kiat keluar dari sini-ssu? Kalau kita keluar sekarang, mungkin kita akan tertangkap." tanya Kise Ryouta yang suaranya mulai serak karena menahan tangis.

"Aku juga tidak tau-nanodayo" jawab Midorima Shintarou

" Apa kalian punya rencana?" -Aomine

"Kenapa tidak Aominecchi saja yang berfikir?" tanya Kise

"Tidak bisa-nanodayo. Kan Aomine itu bodoh" ucap Midorima 

"Oi...!" ternyata Aomine mulai kesal dibilang bodoh.

Tanpa mereka sadari, 2 anak yang lain -yang sedang terluka- hanya bisa speechless melihat tingkah mereka. Walaupun dalam keadaaan genting, mereka masih bisa bertengkar. Tapi apa yang dilakukan oleh Akashi dan Kuroko? Ternyata mereka sedang memberika pertolongan pertama untuk luka yang mereka derita -atau lebih tepatnya hanya Kuroko yang memberika pertolongan pertama karena kondisi Akashi yang tidak memungkinkan-

"Aku sudah memberika pertolongan pertama untuk lukamu, Akashi-kun."

"Bagaimana lukamu, Tetsuya?"

"Lukalu tidak begitu parah. Hanya saja mungkin setelah kita keluar dari gua ini kita harus ke rumah sakit karena luka Akashi-kun lumayan parah"

"Jangan khawatir, Tetsuya. Aku baik-baik saja. Tapi, kenapa kamu tidak memakai perban khususmu saja?"

"Perban itu hanya bisa menghilangkan rasa sakit, Akashi-kun. Itupun hanya sebentar"

"Lalu bagaimana denganmu?"

"Aku juga sudah menggunakannya kok. Akashi-kun jangan khawatir,ya." Kuroko tersenyum tipis kepada Akashi yang sukses membuat Akashi blushing walaupun samar "Tetsuya kalau tersenyum manis sekali" batin Akashi. 

Lalu Akashi dan Kuroko kembali memfokuskan diri mendengar percakapan teman-temannya. Sejenak Kuroko memikirkan cara untuk keluar dari gua itu sebelum penjahat-penjahat itu menemukan mereka. "Sepertinya aku mendapat ide yang bagus" batin Kuroko. Kuroko celingak-celinguk melihat apakah ada penjahat. "Syukurlah tidak ada. Aku harus memulainya sekarang" batin Kuroko lagi

Akashi yang bingung melihat tingkah Kuroko ingin bertanya tapi diurungkan niatnya karena Kuroko sudah tidak ada disampingnya. "Selalu saja menghilang" batin Akashi. Tak lama kemudian, Kuroko kembali disamping Akashi. Kuroko mulai berdiskusi tentang rencana yang dia pikirkan.

"Akashi-kun" panggil Kuroko

"Ada apa, Tetsuya?" balas Akashi

"Aku ingin berdiskusi sebentar dengan Akashi-kun"

Lalu mereka larut dalam diskusi mereka sampai tidak sadar kalau mereka diperhatikan oleh teman-temannya. Karena lelah menunggu akhirnya Midorima memecah keheningan yang terjadi antara mereka bertiga dan bertanya kepada Akashi

"Akashi, apa lukamu baik-baik saja.?"

Akashi dan Kuroko yang daritadi sedang asyik akhirnya menoleh ke sumber suara

"Aku baik-baik saja Shintarou. Terimakasih sudah khawatir."

"A-aku bukannya khawatir-nanodayo." Heh Tsunderenya mulai lagi -_-

"Akashicchi, kalian sedang membicarakan apa sih? Diskusi tidak ajak-ajak" kali ini Kise Ryouta mengintrupsi

"Tetsuya sedang membicarakan rencana untuk keluar dari sini. Tapi dia masih ragu mangkanya dia tanya padaku. Iya kan,Tetsuya?" Tetsuya mengangguk

"Kau sudah punya rencana, Tetsu?"

"Iya, Aomine-kun. Tapi, kita tidak bisa keluar dari sini karena pasti penjahat itu akan menangkap kita."

"Lalu...

"Tadi aku sudah memasang alat pemancar pelacak jejak ini" Kuroko menunjukkan benda bulat kecil kepada teman-temannya. "Kita sudah lama berada disini. Pasti Ibuku akan mencariku. Kemungkinan mereka pasti mencari kita sampai ke gua ini. Kita harus memberitahu mereka untuk tidak memasuki gua ini lebih jauh lagi."

"Bagaimana cara memberitahu mereka, Kurokocchi?"

"Aku sudah meletakkan alat ini ke bebatuan yang ada ditempat kita agar membentuk nomer telepon"

"Nomer telepon? Emang kau punya alat itu berapa banyak-nanodayo?"

"Hanya sedikit, Midorima-kun" Kuroko mengambil kacamata dari dalam sakunya

"Aku tidak menyangka kamu punya alat radar dari kacamata itu, Tetsuya."

"Hanya untuk berjaga-jaga saja, Akashi-kun" jeda sejenak "Nah, jika lingkup penerimaannya diperkecil" Kuroko memencet tombol yang ada di ujung kacamata itu "Lihatlah"

Teman-temannya sangat terkejut melihat radar itu. Ternyara radar itu menunjukkan pemancar yang membentuk nomer "110"

"Wah, Kurokocchi pintar sekali"

"Itu kan nomer polisi kan Tetsu?"

"Benar sekali, Aomine-kun"

"Lalu bagaiman dengan ibumu, Tetsuya?"

"Jangan-jangan...."

"Benar, Midorima-kun. Ibuku mempunyai alat yang sama. Bisa dibilang Ibuku yang membuatnya." Kuroko tersenyum tipis

"Aku lupa kalau ibumu seorang ilmuwan-nanodayo"

"Lalu kita ngapain lagi, Tetsu?"

"Mungkin kita harus masuk lebih jauh ke gua ini, Aomine-kun"

"Oi oi nanti kalau kita tersesat, gimana?"

"Kalau itu kamu tidak perlu khawatir, Daiki"

"Baiklah kalau begitu"

"Tunggu sebentar." Tetsuya terdiam sejenak "Aomine-kun boleh aku minta tolong?"

"Minta tolong apa, Tetsu?"

"Tolong gendong Akashi-kun......." permintaan Kuroko dipotong langsung oleh Aomine

"HAH?! Apa maksud...." "Aomine-kun!" Kuroko membentak Aomine. heh sepertinya Kuroko mulai kesal perkataannya dipotong oleh Aomine. Kuroko menghela napas "Maaf Aomine-kun. Jangan memotong pembicaraanku. Tolong gendong Akashi-kun karena tidak mungkin dia berjalan karena takut lukanya terbuka. Napas Akashi-kun juga mulai tersengal-sengal. Apa kau tega melihat Akashi-kun seperti itu?" Kuroko menunjuk ke arah Akashi. Aomine mengikuti arah tunjuk tersebut dan menemukan Akashi yang sedang kesakitan.

Akhirnya Aomine pasrah "Baiklah. Maaf soal tadi Tetsu."

"Daijoubu desu, Aomine-kun"

Akhirnya mereka mengambil keputusan untuk memasuki gua itu lebih jauh.

Saat kelompok Kisedai sedang berpetualang, kelompok penjahat itu sedang kesal karena tidak menemukan kelompok Kisedai. 

 Mari kita beralih ke luar gua. Ada seorang anak dan seorang orang dewasa sedang di pintu masuk gua tersebut.

"Kuroko-san, lihat" Murasakibara menunjuk kumpulan kayu-kayu kering

"Berarti mereka benar-benar memasuki gua ini, Atsushi-kun"

"Kita masuk saja Kuroko-san"

"Baiklah"

Mereka masuk ke dalam gua itu. Tetsuna sedang celingak-celinguk mencari alat pelacak yang diterima oleh kacamata -sama seperti punya Tetsuya-

"Tunggu sebentar, Atsushi-kun"

Murasakibara menghentikan langkahnya. "Ada apa Kuroko-san?"

"Kita mendapatkan pesan dari Tetsu-kun."

"Pesan? Pesan apa Kuroko-san?"

"Lihatlah." Tetsuna menyerahkan kacamatannya kepada Murasakibara

"I-ini kan.... 110? Kita disuruh menghubungi polisi?"

"Berarti mereka sedang dalam bahaya. Atsushi-kun, sebaiknya kita hubungi polisi sekarang."

"Baiklah Kuroko-san" Mereka keluar dari gua itu untuk menghubungi polisi

"Tapi, kamu memberikan pesan ini bukan semata-mata hanya untuk menghubungi saja kan, Tetsu-kun? Jangan-jangan..... " batin Tetsuna

-Skip ke tempat Kisedai-

Mari kita lihat keadaan kelompok Kisedai. Saat ini mereka sedang berjalan mengikuti gua tersebut. Tetapi, kondisi Akashi sepertinya makin memburuk. Itu yang dirasakan Kuroko sedaritadi.

"Bahuku sakit sekali. Sepertinya aku terlalu banyak menggerakkan tangan kananku. Mungkin kalau dilihat perbannya akan berubah warna menjadi merah. Tapi, aku harus menahannya. Kondisiku masih lebih baik daripada Akashi-kun. Aku tidak boleh membuat semuanya khawatir." batin Kuroko

"Akashi-kun, kamu baik-baik saja?" tanya Kuroko yang sangat mengkhawatirkan Akashi "Wajahmu sangat pucat"

"A-aku baik-baik saja Tetsuya. Y-yang lebih penting, bagaimana kondisimu? Wajahmu berkeringat terlalu banyak"

"A-aku....

"Apa kita perlu beristirahat?"

"Jangan Akashi-kun."

Tiba-tiba, Kise menghentikan langkahnya. Lalu, dia melihat kondisi AkaKuro yang lumayan mengkhawatirkan. Kise menangis.

"Ini semua salahku-ssu. Seandainya aku tidak memaksa masuk ke gua ini, Kuroko-cchi dan Akashi-cchi tidak akan terluka seperti ini" suara Kise mulai bergetar

"Oi, Kise. Ini bukan salahmu. Kita menemukan gua ini. Jadi, tidak sepenuhnya salahmu.

"Tapi, Aomine-cchi...."

"Jangan menyalahkan diri kalian sendiri..."-Akashi sambil tersenyum

"Bukannya kita bisa memecahkan kasus pembunuhan misterius ini karena masuk ke gua ini?" Kuroko melanjutkan kata-kata yang diberikan Akashi "Ayo, kita harus segera keluar dari sini agar kita bisa segera makan barbeque yang disiapkan Ibuku, Tanaka-san dan Murasakibara-kun" Yang lainnya mengangguk mengerti. Mereka melanjutkan perjalanan kembali.

"Tidak mungkin-ssu. Jalannya terbagi 2. Bagaimana ini?" Kise melihat 2 lorong dihadapannya

"Gimana kalau diundi saja?"-Aomine

"Tunggu sebentar-nanodayo"

"Midorima-kun, tolong letakkan senter jammu ke jalan kiri."

"Kau yakin? Apa alasanmu Kuroko?"

"Salah satu dari mereka pasti pintar, Shintarou. Kau ingat mereka itu perampok bank." Kali ini Akashi yang menjawab

"Benar juga-nanodayo"

Mereka mengambil jalan yang kiri dan meletakkan jam senternya

-Tidak lama kemudian-

"Oi. Jalannya bercabang" -anak buah ichi

"Sial. Mereka pilih yang mana?" -anak buah ni

"Hei, apa itu yang ada dijalan kiri. Ada yang bercahaya." -anak buah ichi

"Berarti meraka melewati jalan ini"-anak buah ni

"Itu hanya tipuan." - si bos

"Apa maksudmu?" tanya anak buah ichi

"Pikirlah baik-baik. Mana mungkin anak kecil secara tidak sadar telah menjatuhkan benda yang bercahaya. Apalagi, jam tangannya terikat dengan rapih. Dengan kata lain, mereka berpura-pura lewat jalan kanan, padahal mereka lewat jalan kanan" jelas si bos panjang lebar

"Sial, mereka mengejek kita" umpat anak buah ni

"Aku semakin ingin tahu wajah mereka berlima"-anak buah ichi

"Ya... Wajah yang penuh ketakutan akan kematian" si bos menujukkan seringai kejamnya.

-Kembali ke Kisedai-

"Oi, Tetsu, bagaimana kalau mereka berpencar dan menuju jalan ini?" tanya Aomine

"Tidak mungkin, Aomine-kun. Berarti mereka cari mati karena tidak bisa menghubungi satu sama lain." jawab Kuroko tanpa ekspresi

"Kuroko-cchi masih saja tenang ya padahal lagi genting begini." ucap Kise

"Kalau menghadapi situsasi genting memang harus berpikir tenang, Kise-kun."

"Hei, lihat ini-nanodayo." Mereka melihat arah yang ditunjuk Midorima. "Bukannya ini ikan air tawar?"

"Apa dia tersesat-ssu?"

"Mungkin saja, Kise-kun. Kalalu kita mengikuti aliran air ini..."

"Mungkin kita bisa keluar/-ssu" jawab Kise dan Aomine serentak. Kuroko tersenyum tipis sambil mengangguk. Mereka melanjutkan perjalanan kembali

-Kembali ke penjahat-

Setelah mereka memilih lorong yang berbeda dengan Kisedai, mereka malah menemukan jalan buntu. Mereka sangat murka dan bos mereka menyuruh untuk kembali ke tempat semula dan segera menemukan Kisedai lalu membunuhnya.

-Kembali ke Kisedai-

Kelompok kisedai malah ketemu jalan buntu yang ada air terjun kecil yang dilewati ikan tadi

"Ini tidak mungkin-ssu. Jalannya buntu, Kuroko-cchi."

"Apa kita kita bisa keluar dari sini sampe mati?" -Aomine

"Jangan kecewa dulu. Lihatlah." Akashi menemukan akar pohon di langit-langit gua itu. "Ini menunjukkan permukaan tanahnya dekat. Sebentar lagi kita akan keluar dari sini." jelas Akashi

"Tapi, tidak ada jalan-nanodayo" Midorima sedang melihat apakah ada jalan keluar

"Itu apa?" Kise melihat batu berbentuk telur "Wah, jalannya bercabang menjadi lima"

"Mungkin salah satu jalan itu adalah jalan keluar" Kuroko menjelaskan

"Tapi, tidak mungkin batu itu ada di atas batu karang dengan sendirinya. Mungkin ada orang yang sengaja meletakkannya. Tapi untuk apa?" batin Kuroko

"Lihat ini-nanodayo. Di batu karang ini ada huruf yang terukir"

Eh?!

"Orang yang tersesat dalam kegelapan, ikutilah jalan naga. Maka cahaya kebahagiaan akan menyinari" lanjut Midorima

"Orang yang tersesat dalam gelap?" batin Akashi

"Tulisannya hampir sama kayak yang di pintu masuk" jelas Kise

Saat Kise sedang celingak-celinguk, dia melihat banyak sekali kelelawar lalu menyerang mereka. Dengan tidak sengaja, Kise berteriak ketakutan dan terdengar di telinga penjahat itu

"Tenanglah semuanya" Kuroko melempar baru se sembarang tempat. Kelelalwar itu berkumpul mengikuti sumber suara

"Oi Kise, jangan aneh-aneh dong." Bentak Aomine

"Justru kita harus berterimakasih kepada Ryouta. Kelelawar gua cuma hidup di kedalaman 300 meter dari pintu gua."

"Dengan kata lain pintu keluar yang kita tuju sudah dekat." Lanjut Kuroko

Aomine dan Kise sangat senang mendengar perkataan Kuroko tadi.

"Tapi masalahnya dimana jalan keluarnya ? Kalau menurut analisisku benar, jalan naga adalah jalan keluarnya. Gawat, pandanganku semakin kabur. Kata kunci yang membingungkan adalah "To" dan "jalan naga" yang terukir pada batu yang ada di pintu masuk. To... Naga.... Telur..."

Akhirnya Akashi menenukan jawabannya. Saat ingin menunjukkan jalan keluar kepada teman-temannya, tiba-tiba Akashi pingsan.

"A-akashi-kun bertahanlah" wajah tanpa ekspresi Kuroko berubah

"Gawat-nanodayo. Darahnya banyak keluar" Mereka mendengar suara langkah kaki

"Mereka mendekat-ssu. Bagaimana ini?"

Apakah penjahat itu bertemu dengan Kisedai? Atau Kisedai berhasil bersembunyi?

TO BE CONTINUE

Doumo, Mizu desu. chapter 2 update gais /run

Bukannya ngerjain book sebelah malah ngerjain yg ini /digebuk reader

Gomen kalau gaje begini ini book /digebuk lagi

ditunggu vote dan komennya minna

See you Next chapter

MizuYuzuru

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top