Chapter 1
Tokyo, siapa yang tak mengagumi kota ini. Kota yang tampak indah di malam hari, bahkan sangat di kenal dengan kesibukan penduduk nya dari matahari belum muncul hingga matahari kembali ke rumahnya.
"Ryu, beristirahat lah dahulu. Kami tahu kau terlalu lelah," ucap pria bersurai merah muda pucat yang kini tengah berdiri dihadapan sang pria bersurai coklat dengan pria bersurai putih, namun bukan karena faktor usia melainkan genetika.
"Nanti saja Ten, Gaku. Sedikit lagi ini akan selesai," ucap pria yang akrab disapa Ryu ini pada rekannya.
"Baiklah, terserah kau saja. Asal jangan sampai kelelahan," ucap Gaku yang kemudian melenggang pergi bersama Ten.
Sementara Ryu hanya bisa mengulas senyuman saat melihat rekannya yang telah dikenal karena sulit akur, kini sudah lumayan akur.
Mengetik daftar kepolisian serta berapa banyak narapidana yang melakukan tindak pidana dengan berbagai motif, itulah yang Ryu lakukan sekarang. Tak mengingat waktu, ia harus menyelesaikan tugas itu disini sebelum ia kembali ke rumahnya.
Namun pandangannya pun teralihkan pada salah satu calon narapidana. Pasalnya, ia tampak pucat pasi serta lemas berlebihan.
Beberapa kali Ryu melihatnya terhuyung-huyung bagaikan tertiup angin, dan tak lama kemudian calon narapidana itupun tergeletak dengan tubuh kejang-kejang dengan mata yang terbelalak dan memutih. Para polisi yang melihat kejadian aneh itu langsung menuju calon narapidana sambil menodongkan senjata api.
"Jangan pura-pura sakit!" gertak salah satu teman Ryu yang membuat calon narapidana itu terdiam.
Kemudian teman Ryu pun mencoba mendekatinya dan saat hendak berjongkok, calon narapidana itu langsung menggigit serta mengoyak daging kaki polisi itu dengan rakus yang membuat sang pemilik kaki itu berteriak keras. Dan dengan segera, polisi lainnya turut membantu dan pada akhirnya mereka mengalami nasib yang sama.
"Ryu!"
Panggilan itu membuat Ryu mengalihkan perhatiannya kearah dua rekannya yang berusaha mendekat dengan tergesa-gesa.
"Apa yang terjadi?" tanya Ryu dengan tampang bingung namun tertutup rapi dengan paras kewibawaannya.
"Kami pun kurang tahu, yang terpenting kita harus segera pergi dari sini. Tenn, bawa beberapa amunisi serta sniper dalam jumlah banyak," titah Gaku yang membuat Ryu semakin tak mengerti akan kondisi tempat ini.
Dan dengan segera, Tenn pun melaksanakan titah dari Gaku. Ia segera mengambil tas yang kemudian ia isi dengan barang sesuai kebutuhan.
Disisi lain, Gaku dan Ryu sedang menyiapkan amunisi hand gun nya serta memakai peredam suara untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak mereka inginkan.
"Gaku, apa yang terjadi diluar sana?" tanya Ryu sambil mengambil pisau dan ia pasang di rompi nya.
"Apa ini sudah cukup?" tanya Tenn sambil menunjukkan isi tas yang telah penuh dengan berbagai macam amunisi serta lengkap dengan senjata yang dipakai.
"Kurasa sudah. Dan Ryu, akan ku ceritakan nanti. Karena yang terpenting kita harus bergerak untuk mencari tempat perlindungan," ucap Gaku yang kemudian mulai membuka pintu dan disambut dengan pemandangan yang cukup aneh.
Para polisi serta narapidana yang telah terkena gigitan cenderung bangkit kembali dalam wujud mayat. Mereka berjalan kesana-kemari tanpa tujuan.
Manik mereka putih sempurna, seperti ikan yang telah busuk. Bahkan kulit mereka pun sangat pucat, seperti direndam air dalam waktu yang cukup lama.
Karena tak mau mengulur waktu cukup lama, Gaku memberi aba-aba kemana mereka akan pergi. Tentu saja mereka keluar dari tempat ini dengan mengendap-endap, siapa tahu mereka bisa melihat ataupun tidak. Hingga mereka keluar dari markas tempat mereka bekerja, barulah mereka sadar jika kota mereka telah berbeda.
Kini, kota yang indah telah menjadi neraka dalam waktu singkat. Banyak gedung kebakaran, mobil berjalan tanpa arah, dan makhluk yang sama dengan makhluk yang berada di kantor tersebar di berbagai penjuru wilayah ini.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top