💛Chapter 1 - Sahabat Yang Sebenarnya
“Bangun tidur kuterus mandi tidak lupa menggosok gigi habis mandi kutolong ibu membersihkan tempat tidurku.”
Senandung lagu di pagi hari dinyanyikan Lin Jin Xia sambil membereskan selimut, bantal-bantal yang berserakan ke tempat yang seharusnya. Kicauan burung-burung kecil ikut bernyanyi bersama Lin Jin Xia.
“Akhirnya, beres juga.” Lin Jin Xia bernapas lega.
Lin Jin Xia sudah siap dengan seragam kuliahnya putih-putih memakai tas kecil hitamnya ke luar kamar, masuk ke dapur.
“Selamat pagi, Ma!” sapa Lin Jin Xia lembut mendudukkan diri di kursi memakan sarapannya.
“Selamat pagi juga, Jin Xia!” sapa mamanya balik. Lin Ling sedang memakan sarapan pagi juga.
“Oh, ya, Jin Xia sahabatmu Haruka sudah menunggu di depan rumah. Ayo cepat habiskan sarapanmu,” sambung Lin Ling, mama Jin Xia.
“Benarkah itu?” tanya gadis cantik itu tak percaya.
“Tentu saja, kau pikir mama akan berbohong?” tanya Lin Ling.
“Tentu tidak, Ma. Jin Xia yakin Mama tidak akan berbohong," ucap Jin Xia yakin. Dia memakan sarapan nasi dan tahu goreng berbalut tepung lebih cepat dan meminum segelas air putih.
“Ma, Jin Xia berangkat ke kampus dulu ya. Mama jangan nakal ya." Lin Ling menggeleng geli.
“Jin Xia ada-ada saja kamu." Lin Ling membereskan piring-piring kotor untuk mencucinya.
Haruka Nakagawa duduk di kursi teras rumah, memainkan smartphone-nya memainkan permainan cacing warna-warni yang sekarang lagi populer. Haruka adalah gadis berdarah Jepang yang tinggal di dekat rumah Jin Xia sekaligus sahabat baik Jin Xia.
"Wah, pagi-pagi sudah main cacing kecil." Jin Xia mengagetkan Naka yang fokus menggerakkan cacingnya.
"Jadi kalah aku," sungut Naka menyerucutkan bibirnya lucu.
"Naka ayo!" ajak Jin Xia menaiki motor Naka. Ya, hari ini giliran Jin Xia yang membawa motor. Mereka secara bergantian membawa motor.
"Baik," jawab Naka mematikan smartphone-nya, memasukkan ke dalam tas sekolahnya.
Gadis berdarah Jepang itu naik ke atas motor hati-hati. Motor meninggalkan halaman rumah Jin Xia melaju di jalan raya bersama pengendara yang lain. Di pagi hari ini banyak anak-anak SMA, orang-orang yang berangkat bekerja.
Rasa sejuk menyentuh kulit ketika bersentuhan dengan udara dingin pagi.
Jarak rumah Jin Xia dengan kampus Apikes Bintang Terang tidak terlalu jauh sekitar tiga kilometer. Mereka sudah sampai di halaman parkir kampus. Jin Xia memarkirkan sepeda motor Naka dengan rapi di parkiran.
Jin Xia dan Naka berjalan di koridor kelas. Di sisi kiri dan kanan pot-pot bunga menghiasi. Perjalanan menuju kelas bertemu beberapa orang teman yang berlalu lalang, menyapa sekilas, lalu masuk ke kelas.
Lin Jin Xia dan Haruka Nakagawa memilih duduk di kursi urutan ketiga dari depan, tidak terlalu depan dan tidak terlalu belakang alias posisi yang nyaman. Jika mereka main smartphone tentu tidak akan ketahuan, tepat di depan ada dua orang mahasiswa kembar yang badannya sangat lebar.
"Jin Xia, kamu sudah belum mencatat catatan kodifikasi penyakit?" tanya Naka sambil fokus mencatat.
"Aku sudah mencatatnya, kamu belum mencatatnya?" tanya Jin Xia balik melihat Naka yang masih mencatat.
Naka tersenyum. "Iya, aku belum mencatatnya."
"Padahal sudah aku ingatkan semalam, kalau menulis catatan itu di rumah bukan di kampus." Jin Xia menggeleng heran.
"Malam tadi aku sibuk menonton AKB48 lagu terbarunya Rapsodi. Kau tahu Jinxia penampilan AKB48 sangat memukau, pakaian yang dikenakan mereka juga sangat bagus," ucap Naka menggebu-gebu. Haruka Nakagawa salah satu fans fanatiknya AKB48 group girl band asal Jepang, asal daerah Naka.
"Iya, aku tahu jika penampilan group band kesukaanmu itu menarik. Aku akan berdoa agar Pak Shou Shan tidak memeriksa catatan kita hari ini," ujar Jin Xia.
"Aku mengharapkan itu Jin Xia, ya semoga saja."
Bersamaan dengan langkah teratur seorang dosen, mahasiswa dan mahasiswi serempak menutup mulut, duduk di bangku masing-masing. Naka masih terus mencatat materi kodefikasi penyakit.
"Selamat pagi mahasiswa dan mahasiswi yang Bapak sayangi," sapa Pak Shou Shan.
"Selamat pagi, Pak!" jawab sekelas kompak.
"Setelah mata kuliah di pagi yang cerah ini, Bapak akan memeriksa catatan kalian satu per satu sesuai yang kita sepakati minggu lalu. Bila catatan kalian lengkap Bapak akan memberikan satu buah bintang yang bernilai lima poin yang nantinya di akhir semester bisa ditukar dengan hadiah-hadiah yang tentunya menarik. Jika catatan kalian tidak lengkap maka Bapak akan menghukum kalian membersihkan perpustakaan atau membersihkan semua wc."
"Baik, Pak."
Pak Shou Shan melanjutkan materi kuliah pengantar kodefikasi dan kodefikasi terkait sistem muskuloskeletal, respirasi, dan cardiovaskuler.
"Jin Xia, kamu tidak bilang jika catatan sistem muskuloskeletal sangat banyak," keluh Naka pelan.
"Catatlah lebih cepat jika kau tidak ingin Pak Shou Shan menghukummu," ujar Jin Xia.
******************************************
Di sinilah Haruka Nakagawa dan Lin Jin Xia di dalam perpustakaan sepulang dari kuliah. Naka dihukum Pak Shou Shan karena catatannya yang tidak lengkap. Jin Xia tidak mungkin membiarkan sahabatnya membersihkan perpustakaan sebesar ini sendirian.
"Jin Xia, terima kasih karena kau tidak meninggalkanku sendirian di saat seperti ini." Naka tersenyum menatap Jinxia.
"Santai Naka, kita ini adalah sepasang sahabat jadi kita harus saling membantu." Jin Xia mengelap rak-rak buku yang kotor.
Ucapan Jin Xia membuat gadis berdarah Jepang itu terharu.
"Hari sudah mulai sore kita harus lebih cepat membersihkannya," ujar Jin Xia.
Naka mengangguk, mempercepat mengelap lantai marmer kuning perpustakaan. Perpustakaan ini sangat luas berbagai macam buku ada.
Jin Xia tak sengaja melihat seseorang yang berjalan di seberang rak buku terakhir yang sedang dibersihkannya.
Jin Xia mengernyit heran. "Siapa dia?
Apa dia penjaga perpustakaan ini?" ucapnya pelan meneruskan pekerjaan.
"Jin Xia! Aku sudah membersihkan semuanya! Kita bisa pulang sekarang!" teriak Naka senang.
"Iya, Naka aku juga sudah selesai," sahut Jin Xia.
Jin Xia mengambil tas dan melangkah keluar ke perpustakaan bersama Naka usai menutup pintu kembar perpustakaan secara otomatis.
Di perjalanan pulang Naka yang menyetir motor. Semburat cahaya kuning menghiasi langit sore, burung-burung terbang melintasi langit untuk pulang ke sarang menghangatkan diri. Jalanan yang sesak dipadati kendaraan roda dua, roda empat, bus umum, dan mobil yang membawa barang bukanlah hal baru.
Naka mengeluh kesal. "Jika saja Pak Shou Shan tidak menghukum tadi, kita pasti sudah pulang dan beristirahat."
Jin Xia tersenyum mendengarnya.
"Jin Xia, mulai minggu depan jika aku tidak lupa aku akan mencatat semua materi Pak Shou Shan," ujar Naka pandangannya lurus ke depan menyetir.
"Aku berharap kau benar-benar melakukannya." Harap Jin Xia.
Perlahan-lahan mobil dan motor berjalan di jalan raya. Suara klakson memenuhi indra pendengaran.
************************************
Jin Xia turun dari motor Naka hati-hati. Mamanya Jin Xia, Lin Ling menghampiri Jin Xia dengan khawatir.
"Kenapa kalian baru pulang?" tanya Lin Ling dengan nada khawatir yang terdengar jelas.
Naka berinisiatif untuk menjawab. "Maaf Bibi Lin, semua ini salah Naka. Naka tadi dihukum Pak Shou Shan membersihkan perpustakaan. Jin Xia membantu Naka menyelesaikan hukuman itu. Oleh karena itu, kami jadi pulangnya telat."
"Bibi, hanya takut terjadi sesuatu kepada kalian. Syukurlah kalian baik-baik saja."
"Iya, Ma. Kami baik-baik saja," sahut Jin Xia.
"Kalau begitu Naka pulang dulu, Bi." pamit Naka sopan.
Lin Ling mengangguk. "Hati-hati Haruka."
"Iya, Bibi. Jin Xia besok aku akan datang menjemputmu."
"Hati-hati Naka. Besok aku akan menunggumu," sahut Jin Xia.
Semakin lama Naka tak terlihat lagi. Lin Ling dan Lin Jin Xia melangkah masuk ke rumah sederhananya. Cat rumah berwarna biru menyegarkan mata, ditambah beberapa pot bunga mawar menghiasi teras rumah menambah keindahan.
"Jin Xia, kamu mandilah pakaian seragam putih ini terlihat sangat kotor."
"Iya, Ma," ujar Jin Xia mengangguk pelan. Lin Jin Xia segera masuk ke kamar mandi membersihkan diri.
★ ★ ★ ★ ★ ★ ★ ★ ★ ★ ★ ★ ★ ★ ★ ★
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top