Chapter 6

Pagi ini sebelum mentari terik, Tenn mengunjungi sungai yang berada kurang lebih satu kilometer dari rumahnya untuk mengunjungi teman lamanya. Dan sesampainya disana, ia melemparkan mentimun yang masih segar untuk memancing penghuninya keluar.

"Oh, rubah yang agung" ucapnya setelah menerima sepuluh mentimun. "Panggil saja dengan namaku" ucap Tenn yang kemudian duduk di tepi sungai dan ditemani oleh penghuni sungai ini. "Ada apa kau kemari, Tenn ?" Tanya penghuni sungai itu sambil memakan timun. "Hanya ingin memastikan kondisi hutan ini setelah ku pergi cukup lama" jawab Tenn singkat.

"Hanya ayakashi terkuat yang tersisa disini dan bagaimana kabar ayakashi lainnya di tempatmu berada ?" Tanya Kappa. "Baik, mereka semua baik-baik saja. Bahkan hidup mereka lebih baik daripada disini" jawab Tenn dengan tatapan serius.

"Lebih baik untukmu agar lebih serius dalam menangani mereka"

Mereka pun berdiri dan menghadap seorang pria paruh baya.  "Gyuuki dari gunung Nejireme" sapa Tenn dengan sedikit menyeringai. "Kau tak jauh berbeda dari ibumu, sangat menyayangi dan mengasihi manusia. Sayangnya, sifatnya telah dikhianati oleh manusia kesayangannya. Kurasa kau juga akan berakhir tragis seperti dirinya" jelas Gyuuki tanpa ba-bi-bu terlebih dahulu. "Jangan ungkit permasalahan orang tuaku, Gyuuki" ucap Tenn. "Aku tidak peduli apa permasalahan orang tuamu, tapi kau harus berhati-hati pada gadis yang sejenis denganmu. Ku harap kau bisa menyelesaikannya dengan tanganmu sendiri" jelas Gyuuki yang kemudian pergi begitu saja.

"Tenn, Gyuuki ada benarnya. Akan ku tunggu kau sampai saatnya tiba" ucap Kappa yang kemudian kembali ke air sungai tersebut. Tenn pun mulai meninggalkan tempat temannya tinggal sembari menduga-duga apa yang dimaksud oleh dua orang itu bahkan ia sempat berpikir jika cepat atau lambat, akan terjadi pertempuran besar disini. Entah antara ayakashi melawan ayakashi, ataupun ayakashi melawan manusia.

Pada akhirnya, Tenn pun memutuskan untuk kembali ke dunia iblis untuk menggali informasi lebih lanjut.

*****

"Maru take ebisu ni oshi oike 
Ane san rokkaku tako nishiki 
Shi aya but-taka matsu man gojō 
Setta chara-chara uonotana 
Rokujō hitchō tōrisugi 
Hatchō koereba tōji-michi 
Kujō-ōji de todomesassu~♪ "

Di tepi jalan ini, (Name) mendengar suara seorang anak kecil bernyanyi. Karena penasaran, (Name) pun mencari dimana suara itu berasal. Pasalnya ia tak pernah mendengar seseorang bernyanyi dengan begitu indahnya.

Pada akhirnya, ia menemukan seorang gadis kecil bersurai hitam bergelombang panjang dengan kimono merah muda bercampur putih duduk ditepi sawah dan mata yang berwarna emas terang. Karena merasa ditatap seseorang, gadis kecil itu pun menoleh menghadap seseorang yang menatapnya.

"Hai" sapa (Name) dengan ramah. "Hai juga" jawabnya acuh. "Sedang apa disini ? Kau tidak dicari orang tuamu jika bermain disini ?" Tanya (Name) yang sebisa mungkin tidak menyinggung atau merusak suasana ini. Walaupun disini suasana yang tercipta sungguh canggung. "Tidak, aku hanya menunggu kakakku" jawabnya singkat. "Hmmm, begitu ya" ucap (Name) yang mulai kehabisan topik pembicaraan.

"Siapa namamu ?" Tanya gadis kecil ini dengan nada tak peduli. "Namaku (Name), (Last Name) (Name) dan kau ?" ucap (Name) dengan senang. "Namaku Kyoukotsu" jawabnya dingin dan dibalas dengan anggukan kecil dari (Name). Tak lama kemudian, Kyoukotsu berdiri dan pergi begitu saja tanpa mengucapkan apapun pada (Name). Bahkan (Name) tidak sempat menanyakan dimana rumah atau kakaknya berada. Namun jika didengar dari  lagu yang ia bawakan, rasanya wilayah itu sangat jauh dari tempat ini.

Disisi lain, Kyoukotsu segera memberi tahu kepada kakaknya atas apa yang ia dapatkan hari ini. "Kak, aku sudah mendapatkan nama gadis yang telah hilang itu. Dari fisiknya, dia benar-benar cocok menjadi makanan kakak" adunya pada sang kakak yang tengah menikmati teh di siang hari. "Jadi, kau sudah tahu siapa dia ?" Tanya sang kakak. "Um ! Namanya adalah (Last Name) (Name)" jawabnya dengan semangat. "Bagus, hasil kerjamu memang selalu memuaskan" puji sang kakak. "Hagoromo Kitsune-sama, kurasa kita harus cepat melaksanakan rencana kita berhubung si rubah pengganggu sedang pergi dari hutan ini" ucap seorang kakek pendek dengan kepala menjulang keatas dan terdapat garis melintang pada kepala itu serta elang yang terdapat dipundaknya. "Kau benar, Minagoroshi Jizou. Namun aku akan menunggu sampai rubah itu kembali, karena tidak seru jika aku memulainya seorang diri. Dan kurasa aku mulai lapar, jadi segeralah cari gadis cantik dan muda !" Titah Hagoromo Kitsune yang kemudian dilaksanakan oleh pengabdinya, Minagoroshi Jizou.

*****

"Ryu, aku pulang" ucap Tenn yang kini berada dihadapan singgasana temannya. "Oh, Tenn !? Kau lebih cepat kembali dari dugaanku. Apa karena perbekalannya kurang ?" Tanya Ryu yang khawatir jika Tenn kembali karena bekal yang ia berikan tidak mencukupi untuk Tenn tinggal disana. "Tidak, itu bahkan cukup. Aku kembali untuk memastikan sesuatu, apa kau benar-benar bisa membantuku ?" Tanya Tenn serius. "Ah, mungkin saja aku bisa. Tapi saat ini istirahat lah dulu, karena tidak baik jika berbicara serius dalam kondisi lelah" ucap Ryu. "Ryu..."

"Tenn, pikirkan kondisi mu terlebih dahulu. Kau boleh punya banyak rasa ingin tahu terhadap duniamu atau orang disekitar mu, tapi utamakan lah kondisi tubuhmu. Baik hati, pikiran maupun perasaan. Jangan biarkan rasa ingin tahu menggerogoti pikiranmu hingga kau lupa kondisimu dan pada akhirnya membuatmu jatuh sakit. Aku tahu kau siluman, tapi siluman pun sama seperti manusia. Mereka bisa jatuh sakit" jelas Ryu yang tak ingin Tenn langsung berhadapan dengan dokumen sejarah lama. Dan Ryu pun butuh waktu untuk menjawab semua rasa ingin tahu Tenn, atau lebih tepatnya Ryu juga butuh waktu untuk belajar sendiri.

"Baiklah, akan ku turuti keinginan mu. Asalkan esok ku bisa mencari tahu semuanya" ucap Tenn dengan syaratnya pula. "Baiklah, silahkan istirahat sang rubah" ucap Ryu yang kemudian membiarkan Tenn ke kamarnya.

Setelahnya, Ryu mendatangi perpustakaan milik kerajaannya untuk menyiapkan beberapa catatan sejarah dari zaman nenek moyang hingga terbaru tentang para siluman. Walaupun ini terhitung sangat melelahkan dan merepotkan, tetapi demi pertemanan pun semua akan ia lakukan. Apalagi ini menyangkut kepentingan masa lalu temannya.

"Kurasa ini sudah cukup" gumam Ryu setelah menemukan puluhan buku tebal yang ia butuhkan.

Sedangkan Tenn yang tengah beristirahat pun tak bisa berhenti memikirkan hal yang dimaksud oleh dua orang itu. Namun pikirannya menjadi khawatir saat terlintas bila manusia itu kembali mengunjungi hutan dan ia tak ada disana. Tetapi pemikiran itu sedikit lega saat ia mengingat jika ada Gyuuki dan Kappa yang bisa menjaganya.

Dan disisi lain, Tenn masih belum bisa menemukan orang yang telah memberinya obat. Bahkan ia tidak memiliki teman yang berawalan dari huruf 'Z' sedari kecil.

Banyak misteri yang belum dikuak dari dunianya sendiri, terutama semenjak kedua orang tuanya dibunuh dan ia melarikan diri kemari.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top