C - 32
Keesokkan Harinya,,,
Mew mengerjapkan kedua kelopak mata cantik nya ketika matahari sudah masuk dengan anggun ke dalam kamar Gulf melalui jendela.
"Hoaaa---HAH!" Shock ketika Mew hendak merenggangkan tubuh ke kiri, sudah ada Gulf yang menatap nya intents dalam posisi menyamping dengan wajah tersenyum.
Jika saja ini adalah malam hari, tentu Mew sudah langsung bangkit dan kabur terbirit-birit.
"Apa yang kau lakukan?"
Senyum nya semakin lebar. "Menyambutmu bangun"
CUP
Mengecup bibir Mew.
"Selamat pagi"
Mew terkejut sekaligus kikuk dalam waktu bersamaan karena biasa nya, Gulf tidak pernah menyapa di pagi hari seperti saat ini, kecuali Minho.
"P-Pagi" Menggaruk kepala.
Mengusap rambut Mew. "Bangun lah. Aku sudah siapkan sarapan untukmu" Melirik ke atas meja kerja di mana banyak makanan telah di hidangkan begitu nikmat, khusus untuk orang yang di cintainya.
Melihat pakaian Gulf yang masih mengenakan pakaian tidur. "K-Kau tidak kerja hari ini?"
"Libur"
"Hah?"
"Raja ada libur nya juga ya? Baru tahu" Lirih Mew yang dapat di dengar oleh Gulf.
Terkekeh. "Aku sengaja meliburkan diri hari ini, hanya untukmu" Mencubit sebelah kiri pipi bulat Mew.
"Aku tidak mau kehilangan moment penting saat bersamamu"
"Ini, hari terakhir mu, bukan?" Senyum Gulf yang tadi nya mengembang, perlahan menjadi senyap.
Mew merasa senang sekaligus terharu. Di saat hari terakhir nya di dunia ini, Gulf mau menemani nya dengan senang hati.
"Terima kasih"
"Apa yang kau bicarakan? Aku ini kekasihmu, bukan? Sudah seharusnya aku meluangkan waktu untukmu" Menarik Mew ke dalam pelukan.
"Seharusnya nya aku dapat meluangkan lebih banyak waktu untuk mu dari kemarin" Cemberut.
Mengusap rahang tegas milik Gulf. "Tidak apa. Aku tahu kalau kamu sangat sibuk. Kamu dapat luangkan waktu untuk ku hari ini saja, aku sudah sangat senang"
"Miunie~~~ Kamu sangat perhatian. Aku semakin mencintamu, lebih dan lebih" Memeluk Mew erat-erat lalu mulai menciumi seluruh wajah Mew.
CUP
CUP
CUP
CUP
Mew membalas pelukan Gulf tak kalah erat sambil menikmati kecupan cinta dari Gulf.
"Ahh" Ringis Mew ketika ia hendak bergerak.
"Kenapa? Badan mu masih sakit? Mau ku pijit?" Tawar Gulf kemudian memijit Mew sebelum dia menjawab.
Karena sudah di pijit, Mew terima saja. Toh, ia memang sedang butuh sentuhan pada urat nya di bagian betis dan pinggul karena kegiatan panas mereka semalam dalam berbagai posisi bercinta.
"Ahh,, ehm" Desah Mew ketika pijitan Gulf tidak kalah enak dari pijitan sang Ibu.
"Naik sedikit, Gulf---nah, disitu. Yaahhh,, ahh,, akhh!! Pelan-pelan"
Gulf menuruti semua perintah Mew seperti seorang pelayan.
"Ini bagaimana?" Tanya Gulf, memastikan pijitan nya kali ini tidak menyakiti Mew.
"Pas!" Mengacungkan jempol.
"Pertahankan tempo nya"
Gulf merasa senang & puas karena kemampuan pijitan nya dapat berguna bagi sang kekasih.
"Aku tidak tahu kalau kau pandai memijit, Gulf"
Gulf cengar-cengir. "Aku sengaja mempelajari hal ini untuk memuaskan Istriku kala itu" Senyum pahit.
"Dan sekarang, aku memijitmu. Aku senang kalau kamu puas dengan kemampuanku"
"Aku bisa lakukan ini seharian, hanya untukmu"
Mew sempat diam beberapa saat.
"Gulf"
"Hm" Melirik ke arah Mew.
"Maaf"
Bingung. "Untuk?"
"Baru-baru ini aku berpikir kalau aku cukup beruntung. Jika saja Istrimu sampai saat ini masih hidup, mungkin aku tidak akan berada di kamar ini bersama denganmu"
",,,,,,," Gulf menunduk kan kepala dengan tangan masih terus memijit.
"Dan juga, jika aku tidak bertemu Chara lebih dulu di taman Kerajaan ini, mungkin aku sudah dibunuh oleh mu karena menyusup" Mulai tersenyum.
"Banyak cerita yang sudah aku lewati disini"
"Susah. Senang. Duka. Bahagia" Melirik Gulf.
"Aku senang dan tidak menyesal pernah kenal dengan kalian. Kamu, Cinde, Chara, dan Minho" Air mata Mew mulai berlinang di bawah kelopak.
"Miunie"
"Sama sepertimu. Ketika aku kembali, aku tidak tahu apakah aku dapat melupakan kehadiran kalian. Karena kalian, sangat berarti untuk ku" Menghapus air mata yang mengalir.
"Kalian sudah seperti keluarga untukku di dunia ini--hikss. Aku menyayangi---hikss,, k-kalian semua"
Gulf berhenti dari kegiatan memijit lalu memeluk Mew untuk menenangkan nya.
"Kami juga menyayangimu, Miunie"
"Ingat lah bahwa kami selalu ada untuk mu disini. Kerajaan ku, selalu terbuka untukmu. Sampai kapan pun"
"Hikss,, hiksss, Gulf"
"Hikss,, hikkk,, hikssss,,," Terus menangis sesengguk kan di dada bidang Gulf.
¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶
Menghirup udara pagi yang segar dalam-dalam lalu dihembuskan sampai habis.
"Kapan lagi hirup udara segar seperti ini, kan? Di dunia asli ku sana, mana ada taman secantik ini! Isi nya bangunan semua sampai paru-paru ku penuh debu & asap kendaraan" Gerutu nya dan tak lama kemudian, ia melimpir ke pinggir taman karena terdapat kolam buatan disana.
"Kwekk kwekk--kwek kwek" Tertawa setelah nya.
"Sayang sekali sebentar lagi aku akan pergi. Padahal, aku ingin memanggang kalian 7 hari ke depan, tepat di malam tahun baru"
"Beruntung sekali nasib kalian, cecunguk jelek. Hmph!"
"Mew"
DEG
Mew reflek berbalik ke belakang dan menemukan Minho disana.
"Oh. Ah, Minho"
Entah mengapa suasana menjadi sangat canggung setelah hari dimana Minho mendorongnya jatuh.
"Bagaimana kabar mu?"
Bingung tapi tetap di respon. "B-Baik. Kau sendiri?"
Tersenyum. "Aku baik juga"
"Mew, aku mau minta maaf tentang kejadian kemarin" Menundukkan kepala.
"Aku tersulut emosi dan tidak sadar sudah mendorongmu sampai sejahat itu. Maafkan aku"
"Eh--iya,, tenang saja, hal itu sudah ku maafkan. Aku tahu kalau kamu tidak melakukan nya dengan sengaja"
"Terima kasih" Melirik kanan dan kiri.
"Mew, ada yang ingin ku bicarakan denganmu"
"Apa itu?"
"B-Boleh kah kamu jujur padaku?"
"Tentang?"
"Itu-----"
"----tentang alasan kamu mendekati Kakak ku dan lain nya"
Mew melihat Minho yang tampak menyedihkan sebagai seorang yang tidak tahu apa-apa padahal ia lah yang paling dekat selama ini dengan nya.
Mew menjadi iba lalu mengiyakan.
"Ayo, akan ku ceritakan padamu semuanya sambil jalan"
"Hm" Minho mengangguk setuju.
Mereka pun berjalan, tanpa arah & tujuan, sampai tidak terasa mengelilingi taman Kerajaan yang luas nya mencapai 7 hektar tersebut.
"Jadi, itu alasan mu yang sebenarnya?"
"Benar"
"Aku tahu ceritaku memang terdengar tidak masuk akal, tapi, itu lah kenyataan nya"
Minho mencerna semua penjelasan Mew dari awal sampai akhir.
"Siapa saja yang sudah tahu tentang ini selain Kakak ku?"
"Tidak ada. Hanya Kakak mu dan kau"
"Berarti, Cinde juga tidak tahu?"
Hening
"Mew?"
"Kau tidak memberi tahu Cinde tentang hal penting ini?"
"Aku belum sempat bertemu dengan nya"
"Dan kupikir, tidak akan sempat" Murung.
"Hei, jangan putus asa. Kau bisa pergi hari ini untuk bertemu dengan nya"
"Bukankah Kakak ku libur hari ini? Kau bisa mengajak nya untuk menemanimu"
Mew mengangguk semangat atas usul Minho.
"Kau ada benar nya juga!" Mengusap rambut Minho tanpa sadar.
"Tumben otak mu lancar"
Minho menikmati elusan tangan Mew yang hanya sesaat seperti gerakan lambat.
*Mew, jika kamu memperlakukan ku seperti ini, bagaimana aku bisa cepat melupakan mu?* Menunduk kan kepala.
"Ngomong-ngomong, kenapa sistem mu tidak memberi syarat padaku saja? Kenapa harus Kakak ku? Padahal aku masih perja---" Berhenti lalu melirik ke arah Mew yang tengah berkedip padanya.
"Apa?"
"---tidak ada"
"Ada lagi yang kau sembunyikan dariku?"
"Ini adalah hari terakhir ku di sini sebelum aku kembali ke dunia asli ku yang sebenarnya"
Minho shock dan panik.
"Secepat itu?" Murung.
"Padahal aku belum mengajakmu merasakan petualangan apapun di sini. Kenapa harus pergi begitu cepat? Tidak bisa tambah waktu? 7 hari lagi misalnya?"
"Kalau bisa juga sudah ku lakukan, Minho"
Minho menghela nafas berat.
"Maaf. Di detik-detik kepergian ini, aku masih sempat-sempatnya berselisih denganmu"
"Jangan pikirkan hal itu, Mew. Yang penting, aku sudah tahu semua nya sebelum kamu pergi. Dengan begitu, tidak ada penyesalan bagiku nanti nya" Tersenyum.
Mew ikut tersenyum. "Terima kasih"
"Kamu memang teman ku yang paling pengertian"
"Aku tidak akan pernah melupakanmu, bahkan setelah aku kembali ke dunia ku"
"Sebelumnya, aku mau minta maaf karena aku tidak bisa membalas cintamu"
"Aku sungguh-sungguh minta maaf" Membungkuk berkali-kali.
Minho hanya tersenyum. Padahal, jauh di lubuk hati nya, banyak emosi yang ia tekan dalam-dalam.
Mengusap rambut Mew. "Yang penting kamu bahagia di samping Kakak ku, aku sudah merasa cukup"
Mew mengulas senyum manis. "Terima kasih" Melihat ke arah langit.
"Ayo kembali ke dalam. Matahari sudah mulai panas. Nanti kulit ku hitam"
Minho terkekeh, "kamu duluan saja. Aku masih ada urusan setelah ini"
"Baiklah. Aku masuk ke dalam dulu" Melambaikan tangan sambil melangkah jauh dari Minho.
"Ya" Membalas lambaian tangan Mew yang perlahan menghilang dari pandangan mata nya.
Ketika Mew sudah pergi, Minho menangis. Tangisan yang mula nya sekedar isak kan kecil, mulai terdengar histeris.
"HIKSS,,, HIKSSS,,, KENAPA--HIKSS,, HIKK HIKSSSSSS,,,"
"AWALNYA AKU MENGIRA MELEPASKAN DIA PADA KAKAK KU, ITU SUDAH YANG PALING BURUK. TAPI TERNYATA, ADA YANG LEBIH BURUK LAGI"
"KENYATAAN BAHWA AKU SUDAH TIDAK DAPAT MELIHATNYA SETELAH MALAM INI"
"AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!!!!!!!!!!!!!!!"
To Be Continue,,,
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top