C - 28
TAK
.
Mew menaruh nampan berisi secangkir teh dengan kasar di atas meja kerja Gulf.
"Silahkan di nikmati teh nya, YANG MULIA" Sarkas Mew sambil sesekali mengusap pinggang, bokong, dan betis yang kram setelah di gempur oleh Gulf selama 3 jam.
Jika di dengar lebih jelas, Mew terus merintih kecil dan bahkan bisa dikatakan hampir nangis. Bagaimana tidak? Mereka bercinta terlalu lama dalam posisi berdiri karena Gulf menyukai nya, membuat penis Gulf yang panjang nya mencapai 38 CM masuk secara leluasa ke dalam anus Mew yang sempit. Mew sampai berpikir bahwa ia akan mati karena itu.
Gulf melirik teh itu dan Mew sambil mengulas senyum kecil.
"Duduk" Perintah Gulf sambil menepuk paha nya.
*Apa lagi sekarang?*
"Tidak bisa! Pantatku masih sakit karena ulah mu" Ujar Mew sambil memberikan tatapan mematikan kepada Gulf.
Gulf berdeham singkat lalu menarik tangan Mew yang ada di dekat nya dengan lembut kemudian menempatkan Mew duduk di paha.
"Maaf" Satu tangan menyisipkan helai rambut Mew ke belakang telinga dan satu tangan nya lagi memeluk pinggang ramping Mew.
"Apakah sangat sakit?"
"Kau masih bertanya? Mau mencoba nya sendiri? Aku bisa membantu mu"
Gulf segera menggeleng ribut sambil cengengesan.
"Tidak. Terima kasih" Memeluk Mew erat-erat.
"Awal nya, aku tidak mau melakukan itu dengan kasar. Salah kan dirimu sendiri yang begitu sexy & menggoda. Aku jadi tidak bisa menahan nya"
Mew kesal sekaligus merinding oleh ucapan Gulf.
"Lepas. Sejak kapan kau suka memelukku seperti ini, Yang Mulia yang terhormat?" Sarkas Mew kembali sambil berusaha melepaskan pelukan Gulf darinya. Kedua mata cantik Mew tidak sengaja melihat tumpukkan kertas di atas meja Gulf.
"Bukan kah kau masih banyak kerjaan yang harus di selesaikan?"
Gulf ikut melirik tumpukkan kertas itu kemudian menggerutu. "Bisakah kamu tetap di sini untuk sementara waktu?" Memelas.
Mew melirik wajah Gulf yang seperti anak anjing itu kemudian menghela nafas berat. "Terserah kau saja"
Gulf mengukir senyum di balik leher Mew kemudian mulai pelan-pelan melanjutkan tugas nya dengan Mew menemani di pangkuan.
Mew yang tidak tahu harus melakukan apa, menatap wajah Gulf dari samping dengan penuh takjub.
Mew membayangkan bagaimana jika Gulf hidup di dunia asli nya, pasti Gulf akan jadi primadona di kampus dan semua wanita pasti akan tergila-gila padanya.
Mew cukup berterima kasih karena itu tidak terjadi dan ia lah yang jadi primadona walau, tempramen dan sifat nya tidak begitu baik.
Tanpa sadar, Mew senyum-senyum sendiri, membuat Gulf menjadi tidak fokus lalu melirik ke arah nya.
"Apa yang kamu pikirkan?"
Deg
Mew terkejut sampai tidak tahu harus cari alasan apa.
"Jika itu tentang orang lain, lupakan saja" Kembali fokus pada kertas yang ia pegang.
*Hah? Apa maksud si tengik ini?* Mengerutkan alis sambil menggaruk kepala.
"Oh" Tiba-tiba Gulf teringat sesuatu dan kembali melirik Mew dengan jarak wajah yang sangat dekat.
"Sudah berapa Poin yang kamu dapat karena kegiatan sex's tadi?"
Wajah serta telinga Mew segera memerah dalam hitungan kurang dari 1 detik.
"K--Kauu!!" Menutup wajah memakai kedua telapak tangan.
"Kenapa kau bisa mengatakan nya dengan begitu mudah? Aku malu"
Gulf tidak bisa menahan tawa nya lagi kali ini karena kegemasan Mew.
"Jadi, berapa Poin yang kamu dapatkan? Hm?"
Wajah tampan Gulf yang begitu tidak nyata sekali lagi membuat Mew terpesona.
Mew selalu meyakinkan diri setiap saat bahwa ia bukan seorang Gay. Tapi, ketika Mew melihat Gulf tersenyum dan memperlakukan nya dengan baik, bagaimana ia bisa untuk tidak berbelok?
Saat ini, Mew jadi ragu apakah dirinya masih menyukai wanita?
Karena beberapa hari belakangan ini, jantung Mew akan selalu berdebar jika berhadapan dengan sisi Gulf yang lembut dan tampan.
Sungguh, Mew tidak mengerti sampai Gulf menepuk-nepuk kedua pipi bulat Mew untuk menyadarkan nya.
"Mew?"
"A---Ah--- 200 Poin"
"Cuma 200 Poin? Bukan kah aku sudah beberapa kali memeluk dan mencium mu? Kenapa cuma dapat 200 Poin?"
"A-Apa maksudmu? Dalam sex's, pelukan dan c-ciuman itu sudah satu paket. Seberapa banyak kau melakukan kedua kegiatan itu, tidak akan berpengaruh apa-apa"
"Tch" Tiba-tiba Gulf memancarkan raut kekesalan pada wajah nya, membuat Mew berpikir yang tidak-tidak.
"A---Apa kau menyesal sekarang?"
Gulf terkejut dengan pertanyaan Mew.
"Tidak!! Kapan aku bilang menyesal?"
Mew melirik arah lain dalam keraguan. "T-Tapi wajah mu tadi menunjukkan bahwa kau sedang kesal. Apa aku salah dalam melihat?"
Gulf menangkap kesalahpahaman dari kucing manis nya tersebut.
"Mew~~" Panggil Gulf dengan nada lembut yang tidak pernah Mew dengar sebelumnya, membuat jantung Mew bergetar.
"Ku pikir, kamu telah salah paham"
"?"
"Aku tidak menyesali apapun. Pelukan, ciuman, dan sex's saat bersama denganmu--" Menghela nafas lemah.
"Yang ku kesal kan adalah sistem Poin mu. Ku pikir jika aku melakukan banyak kegiatan dalam satu waktu, Poin mu akan semakin bertambah banyak dan kamu bisa menyelesaikan kekurangan Poin yang 400 sekian itu dan tetap hidup. Tapi ternyata tidak. Kamu, mengerti maksudku, kan?" Melirik Mew yang hanya menatap nya dengan ekspresi tak terbaca.
"Sungguh, aku tidak ingin kamu mati di sini. Aku ingin kamu---" Terdiam.
*Sebenarnya aku tidak mau kamu kembali ke dunia asli atau mati di dunia ini. Aku mau kamu terus bersama dengan ku selama nya di sini. Kenapa harus seperti ini ketika aku bisa membuka hati ku kembali? Dimana salah ku? Apa yang sudah ku lakukan di masa lalu hingga mendapat karma seperti ini? Aku sudah kehilangan Istriku dan sekarang, aku tidak mau kehilangan Mew. Aku ingin egois sekali ini saja* Tanpa sadar kedua tangan Gulf mengepal erat sambil meneteskan air mata.
Mew tidak mengerti kenapa Gulf tiba-tiba nangis. Tampaknya Gulf tengah merasakan tekanan oleh sesuatu yang sangat besar di pikiran nya.
"G-Gulf"
Gulf kembali sadar lalu mengusap air mata nya dengan kasar.
Entah dorongan dari mana, Mew menarik Gulf ke dalam pelukan nya.
"Tidak apa. Kalau mau nangis, nangis saja. Seorang pria juga butuh nangis untuk meluapkan emosinya. Tidak apa, Gulf. Aku disini. Menangis lah sepuasmu" Menepuk punggung, memberikan ketenangan pada Gulf yang kini menangis histeris di bahu nya.
"HIKS--HIKSSS,,, HIK,, HIKSS,,, HISK,, HIKSSS!" Gulf membalas pelukan Mew dengan sangat erat, seolah Mew akan menghilang sebentar lagi dari hadapan nya.
30 menit berlalu, Gulf tertidur karena kelelahan dan ngantuk setelah menangis di paha Mew.
Mew menatap wajah Gulf yang terlelap dan sekali lagi memuji wajah nya yang begitu tampan dan sempurna.
Setiap Mew mengusap rambut Gulf, jantung nya akan berdebar dengan cepat.
Mew rasa bahwa ia telah jatuh cinta dengan nya.
"Apa alasan mu sebenar nya untuk membantuku?" Menyisipkan helai rambut Gulf ke samping.
"Apakah karena kau jatuh hati padaku?" Mew mengukir senyum kecil di wajah dan senyum itu hilang di detik berikut nya.
"Atau kasihan karena aku akan mati sebentar lagi?"
"Atau membantuku sebagai bentuk balas budi karena kau sudah berbuat jahat padaku sebelum nya?"
"Mana yang benar, aku tidak tahu kalau kamu tidak mengatakan nya secara langsung padaku" Ibu jari Mew memijit kening Gulf dengan lembut dan tiba-tiba saja, Gulf meracau sambil memegang tangan nya.
"Jangan pergi!!"
"Tunggu!! Kumohon, jangan tinggalkan aku"
"Gulf"
"Jangan tinggalin aku" Menggenggam tangan Mew dengan sangat erat.
Mew menatap genggaman Gulf pada tangan nya lalu membalas genggaman tersebut.
"Aku disini. Aku tidak akan meninggalkanmu. Aku akan selalu ada di sisimu, sampai 'waktu' menjemputku" Mengusap kening Gulf.
"Jangan khawatir"
Kata-kata lembut dari Mew, membuat Gulf kembali tenang dan tidur lelap.
*Apa yang baru saja ku katakan? Jangan khawatir? Tch! Bagaimana aku tidak khawatir ketika kematian sudah di depan mataku?* Menunduk lesu.
*2 hari keparat*
¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶
PESISIR PANTAI, WILAYAH UTARA
"Aku juga tidak setuju dengan apa yang Raja sialan itu lakukan! Lihat saja, bagaimana dia bisa se--enak nya mengambil alih laut ku untuk kebutuhan wilayah nya dan hanya menggantiku dengan 1 peti emas?"
"Hei--itu tidak setara sama sekali"
"Bukan nya jika kau berlayar dalam sehari sudah mendapatkan lebih dari itu?"
"Makanya!! Aku sudah susah payah membuat masyarakat disini menolak keras tapi bajingan itu menjanjikan sesuatu yang bagus pada mereka sehingga mereka berbalik padanya lagi. Cuih! Aku tidak sudi dan tidak ikhlas memberikan hasil laut ku pada Raja seperti nya. Mementingkan diri sendiri!! Bagaimana dia bisa jadi Raja dengan sikap seperti itu? Memuakkan"
"Jika saja Ratu Cinde tidak mengizinkan, mungkin Raja tengik itu juga tidak akan bertindak jauh"
"Benar! Ratu Cinde juga sama saja"
"Lalu, apa yang harus kita lakukan? Ikan di laut terus berkurang karena masyarakat wilayah dia terus mengambil hak milik kita"
"Hah" Memijit kening.
"Kupikir setelah dapat membunuh Istrinya, dia akan depresi dan mati perlahan. Tapi ternyata tidak. Keparattt!!"
.
TAP TAP TAP
.
"Kupikir, kita harus bekerja sama"
Semua pembelot Gulf langsung melirik ke arah suara.
"P--Pangeran Drake??! P-Pangeran Kao?!" Drake dan Kao hanya mengeluarkan senyum tipis melihat para pembelot Kerajaan Gulf langsung berlutut di hadapan nya.
"A-Apa yang membuat Pangeran Drake dan Pangeran Kao datang ke tempat kumuh ini?" Mereka bingung ketika putra mahkota Kerajaan yang di kenal sangat dekat dengan Kerajaan Gulf, datang ke hadapan nya tanpa pengawalan ketat.
"Kudengar kalian tidak setuju dengan sistem yang di ajukan oleh Kerajaan Gulf. Apa itu benar?"
Mereka semua tampak ketakutan dan kembali bersujud.
"A-Ampun, Pangeran. Kami tidak----"
"Aku akan bantu kalian"
DEG
Semua pembelot shock.
"Hah?"
"A-Apa yang Pangeran katakan?"
"Tidak perlu ku jelas kan tapi inti nya, aku juga punya dendam pada Kerajaan itu. Jadi, ayo kita kerja sama. Kita jatuhkan Kerajaan itu! Kalian bisa bunuh Gulf seperti yang kalian inginkan dan kami akan mengambil sesuatu yang seharus nya menjadi milik kami" Ujar Kao.
Mereka saling melirik satu sama lain.
"Bagaimana? Mau bekerja sama atau tidak?" Tanya Drake.
"I-Ini serius, Pangeran Kao? Pangeran Drake?"
"A-Anda tidak akan mengkhianati kami, kan?" Ujar yang lain.
"Tidak akan. Percaya lah. Kami adalah seorang Pangeran yang memegang teguh pada kesetiaan. Kata Mengkhianati, tidak ada di kamus kami"
Mereka kembali melirik satu sama lain lalu saling menganggukkan kepala.
"Baiklah. Kami percaya pada Pangeran Drake dan Pangeran Kao. Mari bekerja sama"
Kao menyeringai. "Pilihan yang tepat"
"Kapan kita akan menyerang nya, Pangeran Kao?" Tanya salah satu dari mereka dengan semangat.
Melipat kedua tangan di depan dada dengan angkuh. "Secepatnya. Kumpulkan semua anggota kalian dan kita bertemu lagi besok"
"Baik, Pangeran"
*Miunie, tunggu aku*
"HAHAHA----HAHAHAHAHHAHAHAHAHHAHAAHHAHAHAHAHAHAAHAHHAAHHAAHHAA!!!!!!"
To Be Continue,,,
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top