C - 05
TAK,,, TAK,,, TAK,,
.
Ini sudah malam, tetapi suara ketukan jari telunjuk Mew terus saja berbunyi, menyebar ke seluruh area gubuk reyot itu.
Terlihat beberapa kali Mew memejamkan mata cantiknya sambil terus menggelengkan kepala dan menautkan alis. *Bodoh! Kenapa aku baru sadar* Mengusap wajah dengan kasar.
*Bukannya besok malam Kerajaan Trai mengadakan pesta untuk mencari calon Ratu?! Dan kenapa orang aneh itu menyuruhku untuk datang ke sana? Dia memang sengaja agar aku tidak datang? Tapi itu tidak mungkin karena aku sudah menerima tantangannya! Siaall,, siall,, sial,,,! Kacau! Bagaimana ini?* Tidak sadar menggigit bawah bibirnya.
Mew tidak ingin datang ke tempat itu, namun, dirinya telah menerima tantangan orang aneh di pasar tadi pagi, membuatnya mau tidak mau harus datang, mengingat harga dirinya yang tinggi.
Mew tiba-tiba terdiam dan mengeluarkan ekspresi bingungnya. *Tunggu dulu! Memangnya orang itu siapa dengan beraninya menyuruhku untuk datang ke kerajaan itu? Apa dia termasuk anggota kerajaan? Kesatria atau hanya pengawal kerajaan?* Mengusap dagu.
*Dilihat dari baju yang dia pakai tadi pagi, sepertinya dia cuma pengawal kerajaan. Karena kalau anggota Raja, mana ada yang mau datang ke tempat kotor seperti pasar itu?* Mengangguk, membenarkan pikirannya.
"Baru pengawal kerajaan saja sombong sekali" Gumamnya lalu reflek memukul meja.
.
BRAKK
.
Lin terkejut mendengar suara meja dipukul, langsung bangkit dan duduk diatas ranjang. "Ada apa, nak?"
Terkejut. "Ahh,, maaf, Nek. Mew tidak sengaja pukul meja. Tadi a-ada nyamuk,, hehehe" Bohongnya sambil menggaruk belakang kepala yang tidak gatal.
"Ohh" Lin mengusap dadanya.
"Ini sudah malam. Ayo tidur, nak" Menepuk tempat kosong disebelah, tepat diatas ranjang usangnya.
"Khab" Tersenyum dan bangkit dari kursi, berjalan ke ranjang Lin dan tidur beberapa saat kemudian.
¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶
Seorang pria berusia 34 tahun dengan hidung mancung, wajah tampan, kulit putih pucat, tak lupa dengan baju kebesarannya sebagai seorang Raja, masuk ke kamar anak semata wayangnya yang sudah terbaring rapi diatas ranjang, "Sayang"
Melirik ke arah Ayahnya sambil tersenyum. "Khab, Dad?" Bangkit berdiri di sisi ranjang.
"Daddy mau bicara sebentar" Mendudukkan dirinya di sisi ranjang kemudian mengusap rambut anaknya dengan lembut sambil tersenyum.
"Apa kamu baik-baik saja dengan Mama baru? Kamu tidak masalah kalau Daddy menikah dengan wanita lain?" Tanya pria itu langsung ke point utama.
Anak itu hanya diam sambil memiringkan kepala, tampak bingung dengan pertanyaan yang dilontarkan Ayahnya.
"Senang kalau Daddy menikah?" Tanya pria itu, menyederhanakan pertanyaannya agar sang anak mengerti.
Mengeluarkan gummy smilenya. "Chala cenang, kalau Daddy juga cenang"
Mencubit kedua pipi bulat anaknya. "Dengan siapapun nanti Daddy menikah, kamu akan setuju?"
"Jangan cama yang galak" Cemberut.
"Hahahahaha!! Memangnya kenapa, hm?"
Mempoutkan bibir. "Celam" Mengeluarkan ekspresi takut yang terlihat gemas dimata Ayahnya.
Memeluk erat-erat sambil mengusap punggung anaknya. "Sebenarnya, Daddy ingin hidup berdua saja seperti ini denganmu, sayang. Tapi, Nenekmu terlalu cerewet dan suka mengatur-atur kita" Mempoutkan bibir.
"Tapi kalau kamu tidak masalah dengan Ibu baru, Daddy jadi sedikit tenang dan pasti mencarikanmu sosok Ibu yang baik dan tidak akan menyakiti kamu. Itu janji Daddy"
CUP
Mengecup pucuk kepala anaknya.
Chara mengangguk di pelukan Ayahnya hingga ketiduran.
Melihat tak ada pergerakan dari Chara, sang Ayah kembali menidurkannya diatas ranjang. Membenarkan selimut lalu menatap wajah anak semata wayangnya itu cukup lama lalu mengusap pipi tembemnya.
"Kamu persis seperti Mamamu. Cantik dan pengertian" Wajahnya berubah menjadi sedih, mengingat Istri tercinta telah tiada dan segera kembali ke kamar pribadi, dimana semua kenangan bersama mendiang sang Istri masih tersimpan rapi disana.
Meraih salah satu lukisan kecil lalu memeluknya erat-erat.
Tangisan mulai terdengar, mengingat kembali dimana sang Istri dibunuh, tepat didepan matanya sendiri.
Kenangan buruk itu tidak bisa ia lupakan begitu saja dan sampai saat ini, Ia terus mencari pelaku yang sudah membunuh Istrinya itu hampir ke penjuru negri. Namun, hasilnya nihil.
Sejak berhasil membunuh Istrinya, pelaku itu langsung melarikan diri entah kemana seperti ditelan bumi.
"Hikssssss,,, hikssssss,,,, Mira,,,,, hikksss,,,,bagaimana kabarmu? Apa kamu bahagia disana? Aku,,, hikksss,, aku disini merindukanmu. Hiksss,, hikksss,,," Meringkukkan badannya di sudut sambil menangis tersedu-sedu di dalam gelapnya kamar.
Di ruangan yang berbeda,,,
Seseorang tengah tersenyum diatas ranjang sambil memandangi langit gelap dari balkon kamarnya. "Aku tidak sabar bertemu dengannya besok. Semoga saja dia datang" Mengingat betapa manis wajah pria tersebut.
¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶
Keesokkan Harinya,,,
Saat ini hari telah menjelang sore.
Dari pagi, Mew terus berada di gubuk sambil merutuki kebodohannya karena sudah menerima tantangan pria tidak jelas itu kemaren pagi. "Aku tidak mau pergi! Tapi aku harus bagaimana?? Kalau besok-besok aku bertemu pria itu lagi, dia pasti akan mengejekku seorang pengecut karena tidak datang ke istana itu!" Berdecak kesal lalu melirik ke arah langit yang mulai gelap.
"Sial! Sudah mau malam aja. Kalau aku tidak segera pergi, nanti aku kesasar di hutan" Dengan langkah berat, meraih jubah cokelat pemberian Lin dan memakainya.
Setelah dirasa siap, Mew menghampiri Lin yang sedang duduk santai di atas ranjang. "Nenek!! Mew pergi dulu. Nenek tidak perlu menunggu karena sepertinya Mew tidak pulang malam ini" Menggenggam tangan keriput Lin.
"Baiklah. Hati-hati dijalan, Nak" Mengusap tangan mulus Mew.
"Pasti, Nek. Dadah" Melambaikan tangan dan berlalu.
Mendongakkan wajah, mengagumi istana tinggi nan megah didepannya. "Wow!! Ini tempatnya? Besar sekali" Meneguk ludah kasar.
"Kenapa aku tidak datang ke dunia aneh ini sebagai Raja saja, ya?" Langsung menggeleng lalu memukul kepalanya.
"Bodoh!! Apa yang kau pikirkan?! Lebih baik berpikir bagaimana kau bisa keluar dari sini, sialan!" Mengumpat dirinya sendiri.
"Hahahahaha,,, benarkah? Kupikir aku sangat cocok berdiri di sisi Raja Kanawut"
"Kupikir itu benar. Apalagi kau juga dari keluarga kerajaan, pasti kau akan terpilih"
Mendengar suara seseorang, Mew langsung bersembunyi di balik semak-semak yang lumayan lebat didekatnya.
Mew terus menatap gadis-gadis yang terus memuji diri sendiri sambil berjalan masuk ke Hall istana yang terbuka lebar dengan cahaya lampu yang menyorot sangat terang ke area dalam Hall tersebut.
Namun, bukan gadis-gadis itu yang menjadi sorot utama Mew.
"Oihh,, ternyata lampu sudah ditemukan disini. Anggota kerajaan memang luar biasa" Kagum. Sebelum masuk, Mew meyakinkan dirinya sekali lagi.
"Temui pria brengsek itu dan segera pergi dari tempat ini secepatnya"
Mew mulai berjalan mencari pintu lain. Yang pasti, ia tidak masuk melalui pintu utama dengan penampilan seperti itu. Yang ada malah mengundang curiga pengawal lain sebelum berhasil bertemu dengan pria brengsek itu.
Di saat yang sama,,,
Sang Raja berjalan masuk dengan angkuh ke area Hall, membuat semua tamu yang tadinya sedang bercanda gurau langsung diam.
Memakai setelan hitam berpadu dengan hiasan emas dan perak terlihat sangat pas ditubuh kekarnya, topeng emas yang menutupi mata tajamnya, mahkota kebanggaan dan rambut dengan style hair coma.
Dibelakang terdapat Adik kandungnya yang memakai pakaian senada dengan sang Kakak, membuat semua tamu yang hadir tidak berkedip sedikitpun.
Sungguh pemandangan indah dan sempurna karena dapat memandangi 2 pria tampan nan tersohor dalam satu frame.
---
"Ohh,, Tuhan. Apakah mereka malaikat dari tempat-Mu?"
"Sungguh indah ciptaan Tuhan ini"
"Mereka manusia, kan? Tapi ketampanan mereka sangat tidak manusiawi"
"Kalau aku gagal mendapatkan Kakaknya, Adiknya pun boleh"
---
Sang Kakak duduk di singgasana dengan sang Adik yang berdiri di sisi kiri. "Mulai acaranya" Kemudian menopang dagu dengan tangan kanan sambil menatap lurus ke arah tamu yang hadir.
To Be Continue,,,
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top