11

Tak terasa bel pulang telah berbunyi. Karena menangis lama mata nisa sudah membengkak sempurna.

"Udah gak usah pikirin kak radit lagi" ucap ica menenangkan sahabatnya.

Mereka pun keluar kelas, tanpa disangka arya sudah menunggu nisa di depan kelas dengan menggunakan helm nya.

"Pulang bareng gue aja, gue tau lo gak bawa motor" ucap arya mengajak nisa. Dengan mata bengkaknya nisa menatap arya.

"Saya gak boleh goncengan sama cowo kak" ucap nisa dengan suara seraknya.

"kaga ada penolakan, gak malu lo naik angkot mata bengkak kek gitu?" Ucap arya kesal.

Ica pun membenarkan dan menyuruh nisa ikut sama arya saja. Nisa pun setuju.

***

Dengan lambat nisa mengikuti langkah panjang arya. Karena kesal arya menarik tangan nisa untuk berjalan cepat dan membawa tas nisa yang cukup berat. Yang ditarik hanya ikut-ikut saja.

"Pake nih" ucap arya menyerahkan helm. Nisa pun memakainya tanpa sepatah kata.

"Naik cepet" suruh arya. Nisa hanya menurut dan duduk menyamping di motor arya.

Perlahan arya melajukan motornya dan meninggalkan lingkungan sekolah.

***

Bukannya membawa nisa pulang, arya justru membawa nisa ke taman yang ada di tengah kota.

"Kok kesini?" Tanya nisa akhirnya.

Mereka pun duduk di bawah pohon jambu di taman.

"Lo nangis kenapa?" Tanya arya.

"Gak apa" ucap nisa singkat.

"Dasar cewe, kalau ditanya jawabnya pasti gak apa" ucap arya.

"Serah saya dong" ucap nisa masih dengan wajah datarnya.

"Lo kenapa sih?" Tanya arya menaikan nada bicaranya.

"Kak radit" ucap nisa lalu menangis lagi. Arya pun bingung harus bagaimana. perlahan dia menepuk bahu nisa.

"Dia selingkuhin saya kak" ucap nisa.

"Salah saya emang gak pernah mau diajak jalan sama dia, mungkin dia bosan sama saya, saya kan ngebosenin" ucap nisa masih terisak.

"Yaelah lo, cowo masih banyak, gak usah nangis cuma gara-gara dia" ucap arya mencoba menenangkan nisa.

"Satu lagi, lo itu kaga ngebosenin, kalau kaga ada lo, justru ada yang kurang" ucap arya lagi sambil tersenyum hangat.

Nisa pun melap air matanya lalu menatap arya.

"Kok gitu?" Tanya nisa.

"Soalnya lo cerewet, kalau lo kaga ada, kaga ada yag cerewet lagi ntar" ucap arya. mendengar hal itu nisa malu.

"Udah kaga usah nangis, udah jelek, tambah jelek lo nangis" ucap arya.

"Gak nangis lagi nih" ucap nisa memperlihatkan senyum manisnya dengan gigi yang tersusun rapi.

***

Berbeda dari sebelumnya. Kelas X IPA 3 yang biasa terlihat santai tanpa ada kegiatan di pagi hari, kini justru sibuk dengan buku mereka.

"Habis ica selesai, gue pokoknya yang pinjem bukunya" ucap rayhan memboking buku tugas matematika milik ica.

"Gak bisa gitu dong, gue yang datang duluan" protes aldo.

Pertengkaran kecil antara aldo dan rayhan pun tak ter elakan.

"Pagiii teman-teman tersayang gue" teriak nisa di depan pintu.

Seperti biasa dia terlihat santai ke sekolah.

"Kaga usah sayang sayang, udah kerjain pr matematika belum lo?" Tanya rayhan.

"Ada pr?!" Tanya nisa kaget.

"Kebiasaan lo, pr kaga pernah dikerjain, udah sini kerjain" ucap ica menarik tangan nisa untuk duduk. Nisa pun mengeluarkan buku tulis matematikanya. Dengan kecepatan kilat nisa menyalin tugas dari buku ica. Sementara aldo dan rayhan menatap nisa tak percaya, padahal baru saja aldo dan rayhan berkelahi memperebutkan buku ica, yang dapat malah nisa yang baru datang.

***

Ditengah lapangan kini terlihat aldo, nisa dan rayhan sedang menghormat ke arah tiang bendera. Keringat tanpa henti bercucuran di wajah mereka. Sesekali nisa mengibaskan jilbabnya untuk menciptakan angin sendiri.

"Gara-gara lo nih nis" ucap aldo menyalahkan.

"Kok gue lagi?" Tanya nisa tidak terima.

"Lo sih gak mau bagi buku ica, dihukum kan gue sama rayhan" ucap aldo sambil melap keringatnya.

"Emang lo aja yang dihukum, gue juga kali" ucap nisa.

"Kaga guna lo berdua berantem, kita tetap kena hukum" omel rayhan yang mulai tadi menghormat ke bendera.

Dengan wajah cemberut nisa kembali menjalani hukumannya.

***

"Teett..teettt...teetttt" bel yang paling ditunggu para siswa pun berbunyi. Yaitu bel istirahat.

Bagai semut yang keluar dari sarangnya, siswa SMA Melati bergerombol keluar dari kelasnya menuju ke kantin.

Terlihat arya dan aldi sedang mengobrol menyusuri koridor menuju kantin.

"Nisa bukan tuh?" Tunjuk aldi ke arah cewe yang berjilbab di tengah lapangan.

"Hooh, gue samperin dulu ye" ucap arya meninggalkan aldi sendiri.

"Yaelah ditinggal lagi gue sendiri" ucap aldi.

Dengan kesendiriannya, aldi menuju ke kantin.

***

Arya mendekati nisa dari arah depan. Karena menunduk mengindari tatapan ke arah sinar matahari cewe mungil itu tidak lihat kalau arya mendekatinya. Perlahan arya menempatkan badan tingginya tepat di depan nisa. Matahari yang tadi menyinari nisa kini sudah tidak terasa lagi karena terhalang oleh tubuh arya.

Merasa tubuhnya terlindungi, nisa pun mengadahkan kepalanya ke atas.

"Loh kak arya? Ngapain disini? Kakak kangen saya yaaa?? Bilang aja gak usah malu-malu" ucap nisa heboh seperti biasa saat arya ada didekatnya.

"Kebetulan lewat aja, jadi gue samperin" ucap arya seperti biasa, dengan gaya dinginnya namun tetap ramah.

"Terus ngapain di depan saya? Cieee yang ngelindungin saya dari panas" ucap nisa seperti biasa dengan pedenya.

"Iya, gua kaga mau liat lo kepanasan" ucap arya dengan singkat namun bisa membuat jantung cewe di depannya mau loncat.

"Kakak ini bercanda mulu kerjaannya" ucap nisa lalu tertawa garing. Arya hanya menatapnya bingung.

"Gue serius, kaga usah ketawa" ucap arya, seketika nisa terdiam lalu mengarahkan pandangannya ke arah lain karena malu.

"Do, gue juga mau di lindungin gitu, biar kaga panas" ucap rayhan.

"Iya nih han, panas banget, kalau ada yang lindungin pan enak, kaga kepanasan" ucap aldo sengaja mengarah ke arah nisa.

Sambil menghormat nisa menendang kaki aldo dan rayhan bergantian dan berhasil membuat mereka kesakitan.

"Berisik tau gak lo berdua" kesal nisa.

Dengan masih posisi yang sama, arya memperhatikan ketiga ade kelas yang dulu adalah anggota di gugusnya.

Tiba-tiba datang pak ardi. Guru matematika ter killer di sekolah. Dengan penggaris panjangnya pak ardi mendekati mereka. Sontak arya menjauh dari nisa dan mendekati pak ardi lalu mencium tangan gurunya itu.

Dengan ramah pak ardi menyambut salah satu murid kesayangannya dulu saat di kelas X.

"Makin tinggi aja ya kamu" ucap pak ardi menepuk bahu arya. Yang dipuji hanya bisa tersenyum sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.

"Dasar pak kumis, giliran sama saya aja galak" gumam nisa melihat pak ardi tersenyum ramah ke arah arya. Senyum yang bibir atasnya tertutup oleh kimis tebalnya.

"Kalian bertiga boleh istirahat, kalau sampai kalian tidak mengerjakan pr lagi, lihat saja, saya kasih hukuman yang lebih berat" ancam pak ardi kepada rayhan, nisa dan aldo.

"Iya pak" ketiganya serentak menjawab.

"Kalian semua boleh pergi" ucap pak ardi. Semuanya pun bersalaman ke pak ardi untuk pamit. Rayhan dan aldo langsung ke kelas untuk mendinginkan badan.

"ikut gue" ucap arya lalu pergi mendahului nisa.

"Okeh" jawab nisa dengan ceria. Dengan berlari kecil dia mengejar arya.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top