17. Misi

Keira gak mau dinikahin. Oke sip!
Seenggaknya gue tau sekarang gue punya tujuan. Tau harus ngelakuin apa.

Di rumah, pikiran gue berkelana, apa cara terbaik yang harus gue lakuin, toh gue bisa langsung ngilangin Digta sekarang juga, jadi Keira gak bisa nikah sama dia.

Atau apa? Bikin anceman ke Digta biar dia gak mau tanggung jawab. Ahhh, tapi gue gak bisa percaya sama omongan kunyuk modelan gitu.

Mengambil kunci mobil, gue keluar, menuju kostan lama. Mending gue temuin dulu dah si Bangsat itu, biar bisa mikir jernih dia enaknya diapain.

Sekian puluh menit di jalan, gue sampai. Saat membuka pintu kamar, gue syok. Kamar gue kosong, si monyet gak ada.

Kerjaan Putra ni pasti.

Mengambil ponsel dari saku celana, gue langsung membuat panggilan.

"Di mana lo??!" Seru gue kesal.

"Kenapa sih Vin?"

"Lo bawa ke mana Digta, nyet??!"

"Udah ah, dia gak bakal ganggu lo sama Kei lagi. Dia gak bakal laporin lo yang nyekap dia. Tenang aja ya,"

"Tenang apaan??!"

"Gue gak mau Vin lo nyiksa orang, udah ahh! Mending lo sekarang fokus ngerayu Kalya biar lo yang nikah sama Keira gara-gara Digta gak ada."

"Serius lo?"

"Serius nyet, udah ah bawel lo!"

"Makasi, Shadu!"

"Jijik gue lo panggil Shadu!"

"Yaudah, makasi Iput!" Eh telefon dimatiin sama si kunyuk. Seneng deh gue. Temen gue itu, meski keliatan melempem tapi ternyata oke juga.

Kembali ke mobil, kali ini gue mengarahkan ke rumah mertuanya Kalya, gue tau tu bocah masih ada di sana, semoga deh Aiden lagi gak ada, biar kalau Kalya betingkah bisa gue bejek-bejek tanpa ada gangguan dari penjaganya itu.

Mobil si Aiden terparkir di depan rumah, sial!

Gue salam, dan langsung masuk tanpa sautan apapun. Di dalam rumah, gue bisa liat ada Aiden, adiknya, Ibunya dan tentu saja Kalya.

"Sini lo!" Seru Kalya saat melihat gue masuk.

"Sabar Kak, sabar!" Ibunya Aiden mengelus lengan Kalya.

"Apaan dah? Gue datang dengan damai tau!" Sahut gue sambil duduk.

"Mana si Digta?"

"Demi Allah, gak tau!"

"Kata Aiden lo mau nganter dia ke sini, utuh?"

"Ya kalo orangnya ada, kalo gak ada? Apa yang mau dianter?"

"Lo bener-bener yaa!" Seru Kalya marah, tapi ditahan sama Adik dan Ibunya Aiden.

"Seriusan Neng Kalya, gak tau gue."

"Gak usah sok imut lo!"

"Gak sok juga emang udah imut gue mah yeee!"

"Jijik guee!" Dua orang tuh ngatain jijik ke gue. Sang couple gagal!

"Keira gak mau Kal nikah sama si Digta, maunya sama gue."

"Kata siapa lo?"

"Budeg ya lo? Kan barusan gue yang ngomong."

"Vin lo ngomongnya juga santai dong!" Tegur Aiden.

"Iya Bang iya, maap dah!"

"Kei belum ada omongan apa-apa, Vin."

"Tapi dia mau sama gue, pasti!"

"PD banget sih lo?"

"Ya harus doong?!"

"Setelah gue pikir-pikir sih Vin, lo emang bener. Gue bakalan jadi Kakak terburuk yang pernah ada kalau gue malah nikahin Keira sama Digta. Tapi kan..."

"Apa?"

"Ya itu kan bukan anak lo!"

"Cuma kita yang tau, Kal. Gue mah gak apa-apa orang diluaran mikir gue yang hamilin Keira, yang penting nama Digta gak usah kesebut. Selesai, Kal."

"Lo bener?"

"Ya bener lah, Kalya."

"Terus lo bakal ngomong apa ke orang tua lo?" Tanya Kalya.

Gue diem. Iya juga yak, gue bakal ngomong apaan sama keluarga? Masa iya keluarga sendiri gue bohongin? Tapi kalo jujur... nanti Mama gak restuin lagi.

Walah.

****

"Hamil?"

"Iya, Pa!"

"Ya Allah, A. Mamah kan becanda waktu bilang Aa hamilin anak orang. Parah ih kamu mah!" Seru Mama.

"Engga, Mah."

"Terus kumaha ini teh?" Mama membetulkan posisi duduknya, memeluk bantal.

Gue, Mama sama Papa lagi rapat tertutup nih, di kamar mereka, biar eksklusif.

"Dia emang pacarnya Aa, Mah. Tapi teh ada kecelakaan. Dia diperkosa sama orang, dari pada dinikahin sama orang lain, mending sama Aa aja gitu Mah."

"Jadi dia dihamilin sama yang merkosanya?" Tanya Papa.

"Iya, Pah."

"Ya Allah, kasian amat."

"Makanya, Mah, Pah, mending sama Aa aja kan ya?"

"Kamu mau A?" Tanya Mama.

"Mau Mah, gak masalah Aa mah."

"Terus kita ngomong ke keluarganya gimana?"

"Udah, itu urusan Papah, nanti Papah yang bilang ke Umi sama Enin."

"Boleh kan Pah?" Tanya gue.

"Kamunya mau? Beneran? Gak bakal nyesel nikah sama Dia nantinya? Komitmen loh ini, A! Kalo bisa kan sekali seumur hidup."

"Insha Allah yakin Pah." Yak, gue yakin banget sama Keira. Soal masalah-masalah yang akan dihadapi nanti, gue percaya semua akan ada jalan keluarnya kalo kita usaha.

"Yaudah kalo begitu. Kapan kita sekeluarga ke rumah ceweknya?"

"Namanya Keira, Mah, Pah. Dia masih di rumah sakit, lagi dirawat."

"Lha? Ini teh kejadian baru, A?"

"Iya Mah, hamilnya ge baru seminggu mereun."

"Yaudah atuh buru-buru nikah weh, biar gak keburu gede, jadi orang luar ge nanti ngiranya itu anak kamu."

"Iya Mah, siap! Nanti Aa ke keluarganya Keira dulu, kalo udah fix baru deh kita sekeluarga yang ke sana, oke?"

"Sip atuh lah, mau nikah di mana? Mamah kudu nyari gedung kitu-kitu gak? Apa itu urusan besan nanti?"

"Gak paham kaya gituan Aa, Mah. Nanti ditanya dulu weh ya?"

"Yaudah atuh, kamu sing sabar ya!"

"Sabar kenapa?"

"Iya, calon istrinya begitu."

"Ih jangan gitu Mah! Aa gak apa-apa aselina, yang penting Mamah sama Papah restuin, gak julid sama Keira, Aa udah seneng. Da ini ge bukan maunya dia kan."

"Iya sih bener, yaudah atuh okelahh, kalo kamu ge begitu, mamah ikhlassss!"

"Alhamdulillah!"

"Papah nunggu kabar dari kamu berarti ya A? Kalo udah ada info kapan kita ke rumah Keira, baru Papah laporan ke keluarga."

"Iya siap Pah, makasi yaaa pada udah mau ngerti, dan gak egois mikirin kebahagiaan sendiri."

"Iya, yang penting kamunya bahagia, A!"

Gue mengangguk. Bersyukur punya keluarga yang pengertian begini. Alhamdulillah Mamah bukan tipe orangtua hedon yang begimana-gimana, Papa pun begitu.

Lancar lah ini mah yaa.

*****

TBC

Thanks for reading, dont forget to leave a comment and vote this chapter xoxoxo

Ps: 5 Juni 2019
Selamat hari raya Idul Fitri 1440H sayang-sayang online-ku.
Mohon maaf lahir dan batin yaaaa, maaf aku banyak salah dan bikin kalian berdosa grgr baca cerita 18++ 🤣

Semoga kebahagiaan berkumpul dengan keluarga terbayar lunas yaak.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top