20


Daisy menatap tajam wajah tampan yang tengah berdiri mengenakan kembali celananya, dalam selimut ia terus mengumpat Andrew dengan bahasa pedas meskipun pria itu tak menanggapinya.

Wajah Andrew terlihat memelas, merasa bersalah ketik iblis menguasai dirinya dan menyakiti hati wanita itu.

"Keluar!" Bibir itu berkata dengan perasaan getir, bergetar jika Andrew melihatnya lebih teliti lagi. Ketika pria itu hendak mendekatinya Daisy hanya membuang muka.

"I'm sorry Miss..." kata pria itu dengan nada lemah.

"Keluar aku bilang Andrew!" Desis Daisy, jemarinya menggenggam selimut dengan kuat.

"Aku terbawa suasana-"

"Kau mengambil keuntungan dariku Andrew. How could you do that to me!!!" Jerit Daisy, menatap nanar kedua mata Andrew seolah berkata betapa sakitnya dirinya.

Maskaranya luntur karena tangis dan makin memperburuk keadaannya, belum lagi rambut pirang bergelombang yang biasanya terurai indah kini kusut masai. Daisy bagai ratu yang kehilangan kehormatannya malam ini, tak pernah ia merasa sakit hati hingga mengeluarkan air mata seperti ini.

Tak pernah hingga bocah ingusan seperti Andrew dapat melakukannya, dan ia merutuki kebodohannya sendiri karena telah mengencani pria yang gairahnya tidak terkontrol seperti itu.

"Maafkan aku...."

"Kau tidak boleh melakukan itu padaku Andrew!!! Tidak boleh!!!" Daisy berteriak kencang, memukul Andrew yang berusaha mendekatinya. Pesona dan wibawanya hilang begitu saja malam ini.

Tidak ada yang boleh mendominasi dirinya diatas ranjang, tidak ada. Sampai Andrew membuatnya benar-benar tak berdaya dengan paksaan dan Daisy begitu membenci cara itu.

Jika pria lain yang berbuat seperti itu mungkin dengan mudah Daisy akan menampar dan meninggalkannya, tapi ini adalah Andrew.

Ketika secara bertahap ia mulai menyukai pria itu, berharap pria muda itu dapat menjadi partner seksnya diatas ranjang.

Tapi ketika menyadari bahwa pria itu hanya mengambil keuntungan dari Daisy, ia tidak akan berpikir dua kali. Meskipun hati kecilnya tidak rela jika melepaskan Andrew begitu saja setelah melakukan berbagai pendekatan, entah mengapa dari hatinya berkata demikian.

Padahal Daisy hanya menginginkan partner seks...

"It's over Andrew, get out from my room! Anggap saja semua ini tidak pernah terjadi!" Cecar Daisy, nafasnya tersengal karena tangis. Andrew menatap wajah cantik itu begitu terpukul, meminta maafpun sudah tak guna. Ia telah menghianati kepercayaan wanita yang sangat sulit didapatkan itu.

Bukan karena Daisy adalah wanita cantik dengan segala kekayaan dan kepopulerannya, tapi karena wanita itu terlalu unik dan berharga untuk didapatkan. Dan bodohnya Andrew telah gagal menangkap seekor burung emas ketika ia telah memasuki kandang.

Andrew tertunduk lesu, lututnya melemas dan pada akhirnya ia berlutut dibawah lantai menghadap wanita itu.

Air mata Daisy kian mengalir, terenyuh melihat pria itu. Namun ia bukan wanita bodoh seperti wanita lain, ia harus memiliki pendirian tetap dan tidak terlihat bodoh dimata pria. Meskipun ia tidak tega melihat Andrew seperti orang yang tengah putus asa seperti itu.

"Kumohon pergilah Andrew! Jangan seperti anak kecil, aku tidak suka itu." Daisy berkata pelan, seolah lelah menghadapi pria yang diam-diam telah mencuri perhatiannya itu semenjak beberapa tahun terakhir.

Andrew menyandarkan dahinya dipinggiran ranjang, menghembuskan nafas kasar. Ingin sekali ia memeluk Daisy guna menenangkan wanita itu atau sekedar meminta maaf, namun menyentuhnya sedikit saja akan makin membuat wanita itu mengamuk.

Mungkin dalam hati Andrew hanya dapat berkata meski wanita itu tidak akan mengerti penyesalannya...

"I'm sorry boss..."

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top