16
Malam cukup larut, namun beberapa orang masih memenuhi aula gedung tersebut dan masih bersenda gurau. Tak terkecuali Daisy dan Greg, keduanya terlihat berbincang dengan beberapa rekan kerja.
Drrttt... drtttt...
Benda kecil yang ada didalam tas kecil Daisy bergetar, ia mengambil smartphone miliknya dan mengusap layar.
Andrew...
Daisy mengernyitkan kening, menjauh dari kumpulan orang-orang itu seraya menjawab panggilan sekertarisnya.
"Ada apa?" Tanya Daisy yang kini telah berada diluar bangunan dan bersandar disebuah pilar.
"Kau ingat janjimu?" Suara Andrew dibalik panggilan telepon.
"Hm, iya. Sebentar lagi aku akan pulang..." ujar Daisy.
"Baiklah, aku menunggu.. ngomong-ngomong malam ini kau terlihat sangat cantik dengan dress berwarna merah itu..."
Tut... tut...
Daisy menyatukan kedua alisnya bingung, mengedarkan pandangannya disekeliling luar bangunan.
Apa pria itu berada disini? Batin Daisy, tapi untuk apa dia kemari.
Daisy memasuki aula kembali, sebelum pergi ia sempat berpamitan kepada beberapa jajaran direksi.
Greg merangkul pinggul Daisy, "mengapa cepat sekali?" Tanyanya.
"Aku ada kencan, kau ingat?" Ujar Daisy, Greg hanya terkekeh.
"Kuantar?"
"Tidak usah, aku bisa pulang menggunakan taksi" Daisy menggeleng lemah seraya mengangkat sedikit dressnya.
"Kau terlihat gugup, ada apa?" Tanya Greg ketika mereka berdua kini berada diparkiran menunggu taksi.
"Apa karena perkataanku tadi?" Daisy menggeleng, Greg dapat melihat keraguan dimata sahabatnya itu. Ia menyentuh dagu wanita itu, mengangkatnya sedikit lalu mengacak rambutnya.
"Tidak usah diambil hati, aku hanya bercanda. Kau berhak atas itu"
"Bagaimana jika ia benar-benar akan pergi setelah mengetahuinya?" Tanya Daisy khawatir, dan Greg akhirnya benar wanita itu tengah gelisah, dan tidak seperti biasanya Daisy seperti ini.
"What make him so special, Daisy? You need to relax, everything's gonna be fine" kata Greg memberi semangat, Daisy juga menyadari mengapa ia merasa takut jika Andrew pergi? Karena ia terlalu muda untuknya atau karena Andrew masih terlalu lugu untuk hal ini.
"Lakukan kencan seperti biasa, kau tahu?" Greg memegang bahu Daisy, kembali memberi semangat kepada wanita itu yang akhirnya dapat membuatnya tersenyum.
"That's my girl..." mereka berdua berpelukan cukup lama, kehangatan persahabatan yang tak pernah luntur meski beberapa tahun lamanya.
"Baiklah, aku harus pergi... berikan salamku kepada Anthonio jika kau bertemu dengannya" ujar Greg.
"Baiklah." Daisy mengangguk, pria itu kemudian berpamitan kepada Daisy untuk kembali keacara tersebut.
Daisy melihat punggung tegap yang terbalut dengan jas mahal itu mulai menjauh, jika ada Anthonio disini maka lengkaplah mereka bertiga, seperti tiga serangkai yang memiliki kesamaan fantasi liar.
"Menunggu taksi?"
Daisy cukup terkejut, dari balik kegelapan seseorang muncul. Wajahnya mulai terlihat saat ia melangkah menuju cahaya,
"Andrew?" Daisy kembali terheran, sudah ia duga pria itu berada disini.
"Apa yang kau lakukan disini?" Tanya Daisy.
"Sekedar berkunjung..." jawabnya.
Tak lama taksi muncul, berhenti tepat didepan Andrew dan pria itu membukakan pintu belakang untuk Daisy.
Kebetulan sekali...
Batin Daisy, ia lalu menduduki jok belakang disusul Andrew disebelahnya.
Pria itu duduk dengan tenang, sementara Daisy melihat kearah luar jendela menikmati indahnya pemandangan malam kota New York.
"Mau menginap dirumahku?" Ujar Daisy memecah keheningan.
"Lagipula, aku berhutang sesuatu padamu..." tambah Daisy,
Andrew mengangguk, sebentar lagi rasa penasarannya kepada wanita itu akan terjawab. Berawal dari adegan ciuman yang dibuat oleh Daisy menjadikan dirinya dapat merasakan kehangatan bosnya sendiri.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top