Chapter 4
Beberapa hari setelah kejadian itu, Vania mulai merasakan bahwa keadaan berubah
Devita yang sudah memberikan kasih sayang layaknya seorang ibu
Walaupun Aditya masih tidak memperdulikannya, Vania tetap berharap agar suatu saat nanti ia bisa merasakan kembali kasih sayang ayahnya itu
Kini sudah 3 hari Vania tidak masuk sekolah karna dilarang mamanya dengan alasan khawatir
Sungguh Vania sama sekali belum percaya bahwa kini ia bisa merasakan kasih sayang seorang ibu lagi
Tapi tidak akan ada yang tahu kan kalau bisa saja itu hanya sementara waktu?
Kini Vania tengah berbaring dikasur king sizenya sembari menatap ke arah jendela
Burung-burung berikicauan semakin menambah ketenangan dihati Vania
Sampai tiba-tiba ia mendengar suara pintu
Kriett
Vania langsung menoleh kearah pintu dan mendapati mamanya yang berada diambang pintu tengah membawa sarapan
Devita langsung masuk dan duduk dipinggir kasur seraya mengelus kepala Vania dengan lembut
"Vania sayang, sarapan dulu ya" ujar Devita lembut
Vania hanya mengangguk dan bangkit dari tidurnya dengan tumpuan bantal
Devita mulai menyuapi Vania dengan telaten sampai habis
"Em, adek udah makan belum ma?" tanya Vania
"Udah kok, sekarang lagi ditemenin sama beberapa maid" jawab Devita
"Mah, besok Vania pengen sekolah.. bosen dirumah terus" pinta Vania
Devita yang mendengar itu langsung menatap Vania "Yakin hm? Masih pusing gak?"
"Yakin kok ma! Vania juga udah sembuh, cuma mungkin agak lemes" bujuk Vania
"Yaudah kalo gitu, tapi mama yang nganter ya"
DEG
Vania terkejut begitu mendengar Devita ingin mengantarnya
Apa ini mimpi? Jika iya tolong jangan bangunkan dia sekarang
"Ma-mama yang anter? Beneran?" tanya Vania mencoba memastikan
Devita hanya mengangguk
Sontak Vania langsung tersenyum lebar dan memeluk mamanya dengan erat
"Iya ma, Vania mau banget!"
Skip, keesokan paginya
Vania membuka matanya perlahan dan melihat kearah jam yang berada di meja samping tempat tidur
05.00 WIB
Vania bangun dari tidurnya dan langsung melangkah ke kamar mandi
10 menit kemudian
Vania keluar dari kamar mandi dan mengambil hairdryer untuk mengeringkan rambutnya
Setelah memastikan sudah benar-benar rapi, Vania langsung keluar kamar
Tapi sebelum itu, ia membuka gorden dan jendela memperlihatkan sang mentari yang sudah bersinar
Saat sampai dimeja makan ia begitu terkejut karna melihat Devita tengah memasak tanpa dibantu para maid
Sungguh pemandangan yang langka baginya, Vania yang sebelum ini selalu sarapan sendiri kini malah mendapati Devita tengah memasak sarapan
Vania langsung menghampiri Devita untuk membantu
"Vania bantu ya ma"
Devita menoleh ke arah Vania sekilas "Gak usah sayang, ini juga hampir selesai kok"
"Tapi Vania pengen bantuin mama buat nyiapin sarapan"
"Em gini aja deh, Vania siapin piring aja ya dimeja"
Vania hanya mengangguk dan mengambil beberapa piring yang kemudian ditata dimeja
Vania juga menuangkan susu untuk adiknya yang kini tengah menonton TV
(Disini, Velia umurnya udah 3 tahun yak)
Vania berjalan menghampiri Velia dengan segelas susu yang tentu saja langsung dihabiskan dengan cepat
Vania yang melihat itu langsung mencium kedua pipi Velia dengan gemas
Terlihat Velia yang tertawa senang karna perlakuan kakaknya
Saat Vania ingin kembali ke dapur, tangannya ditahan oleh Velia seakan mengisyaratkan kalau Velia tidak ingin ditinggal
Akhirnya Vania terpaksa menggendong Velia ke dapur bersamanya
Vania mendudukkan diri dikursi dengan memangku sang adik
"Sini Velia biar sama mama, ,Vania sarapan aja daripada terlambat"
Vania menyerahkan Velia ke mamanya, tapi agak sulit karna Velia tidak ingin lepas dari Vania
Vania mulai memakan sarapannya dan sesekali melihat ke arah Velia yang tengah cemberut
Vania hanya terkekeh melihat itu, dia bersyukur karna dapat melakukan interaksi dengan Velia
Selama ini, Vania sengaja dijauhkan dari Velia oleh Devita dan Aditya
Entah apa alasan mereka menjauhkan Vania dari sang adik
Vania terus memikirkan hal itu sampai tidak menyadari bahwa ia sudah menghabiskan sarapannya
"Udah selesai kan? Ayo berangkat sekarang" ujar Devita yang sudah beranjak dari dapur
"Ah iya" Vania langsung berjalan menyusul Devita yang tengah menggendong Velia
Saat masuk mobil Devita agak heran kenapa Vania memilih duduk dibelakang
"Gak mau duduk di depan sayang?" tanya Devita
"Gak mah, Vania belakang aja" tolak Vania
"Udah dipake sabuk pengamannya?" Devita menoleh kebelakang
"Udah kok mah"
Setelah memastikan Vania dan Velia sudah memakai sabuk pengaman, Devita langsung menjalankan mobilnya
Seperti biasa, sepanjang perjalanan Vania hanya melihat kearah jendela mobil
Entah kenapa tiba-tiba dia rindu dengan neneknya, nenek yang dari dulu selalu menyayangi dirinya
Selama ini Vania hanya terbuka pada sang nenek, selain itu ia begitu tertutup
Vania juga rindu dengan kakeknya yang mungkin sudah tenang disana
Ia rindu saat saat digendong oleh sang kakek, ia juga rindu dengan sang kakek yang selalu membuatnya tertawa dikala sedih
Tapi tanpa disadari, ternyata kakeknya menyembunyikan penyakit jantung yang sudah parah dari Vania
Sejak kematian sang kakek, Vania benar-benar sangat terpuruk karna sudah kehilangan orang yang sangat dia sayangi
Ditambah perlakuan Devita dan Aditya yang membuat Vania semakin depresi
Tanpa disadari, mungkin ada sebuah batu besar diujung sana yang bisa kapan saja menghantamnya kan?
Vania langsung keluar dari mobil begitu sampai disekolah
"Belajar yang rajin ya sayang"
Vania memasang pose hormat sebagai jawaban
Ia langsung memasuki gerbang setelah mobil Devita semakin jauh dari pandangan
Namun tiba-tiba...
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
TBC
Ini yang terjadi kalo maksain buat nulis padahal ide cuma sekutil :'D
Oke see you in next chapter!
Don't forget to voment minna ttebara
Salam kematian
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top