Chapter 12

Vania menundukkan kepalanya sampai poni menutupi wajahnya, tangan yang meremas selimut dengan erat dan bibir yang berusaha keras untuk menahan suara tangis pilu sang gadis

'Sepertinya, percuma saja aku berharap' batin sang gadis

Iya juga ya? Bisa bisanya dia mengharapkan ayah dan ibunya datang ke rumah sakit untuk menjenguknya

Bukankah mereka sama sekali tidak peduli padanya? Bukankah mereka hanya menyayangi adiknya?

Vania ada, tapi tidak ada yang menganggapnya kalau ia ada dalam keluarga. Ya,, bahkan Vania merasa kalau ia hanyalah debu dalam rumah

Sampai kapan ia berharap untuk memperoleh kasih sayang ayah dan ibunya? Vania selalu berharap kalau sampai sekarang apa yang dialaminya hanya sekedar mimpi buruk. Vania juga berpikir kalau ia pasti akan terbangun dari mimpi buruknya

Namun sayang, semua yang Vania alami bukanlah mimpi buruk, namun takdir yang begitu kejam seakan tak pernah membiarkan gadis itu bahagia walau hanya sebentar

Kenapa.. kenapa dunia begitu kejam pada seorang anak yang masih berusia 13 tahun? Kenapa ia seakan tidak bisa bahagia seperti anak-anak lain?

Ayolah..

Vania hanya ingin merasakan kasih sayang ayah dan ibunya, namun kenapa hal sederhana itu sangat sulit ia dapatkan?

Tok tok tok

Lamunan Vania terbuyar seketika kala mendengar suara ketukan pintu "Ah, masuklah"

Seorang suster masuk ke dalam kamar rawat Vania sambil membawa kursi roda "Nona Vania, bagaimana kalau jalan jalan disekitar taman rumah sakit sebentar"

"Baiklah.." jawab Vania dengan tersenyum

Flashback

"Tidak mau! Nanti siapa akan menjagamu heh?!" protes Kayla

"Tapi nanti kalian bisa ketinggalan pelajaran" - (Vania)

"Pelajaran bisa dikejar Vania" - (Farel)

Vania menghela nafas kasar "Kalau kalian gak mau masuk, aku gak akan mau berbicara lagi pada kalian"

Sontak kedua saudara itu langsung menatap Vania horor

'Pinter banget ngancamnya' batin mereka

"Oke oke, kami bakal berangkat.. tapi jangan ngambek dong" - (Kayla)

Vania tersenyum "Aku bakal marah kalo kalian gak berangkat"

"Hahh~ kalau udah begini, apa boleh buat?" - (Farel)

"Yaudah, kalo gitu kami berangkat dulu ya Vania" - (Kayla)

Vania mengangguk, setelah itu Kayla dan Farel langsung pergi berangkat sekolah dengan terpaksa

Back to normal

◦•●◉✿ - ✿◉●•◦

Kini Vania tengah duduk dikursi roda yang di dorong oleh suster, suster itu membawa Vania ke tengah taman yang dipenuhi oleh tanaman mawar

"Terimakasih, tapi maaf.. bisa tinggalkan aku sendiri?" - (Vania)

Suster mengangguk "Jika butuh bantuan, anda bisa menekan tombol yang berada dipegangan kursi roda Nona"

Vania mengangguk

Setelah suster tersebut meninggalkan Vania, sang gadis kembali larut dalam pikirannya. Dalam hati ia selalu bertanya kesalahan besar apa yang ia lakukan dikehidupan sebelumnya sampai harus menjalani takdir sekejam ini?

Jika bisa, Vania tidak ingin lahir kedunia ini jika orangtuanya saja tidak pernah menganggapnya. Lagipula untuk apa hidup jika kehadiran kita saja tidak diinginkan?

Kadang Vania lelah dengan semua ini, ia lelah selalu dipaksa Devita dan Aditya untuk meperoleh nilai sempurna dan prestasi yang tinggi seakan-akan dirinya hanya sekedar alat untuk membanggakan keluarga

Vania juga merasa iri dengan Velia yang selalu mendapat segudang kasih sayang dari Devita dan Aditya. Namun meski begitu, Vania tetap menyayangi adiknya. Vania hanya berharap agar ia bisa berada diposisi Velia

Setelah kehilangan sang nenek, Vania seakan tidak memiliki tujuan hidup. Yang ada dipikirannya hanya belajar, belajar, dan belajar atas keinginan Devita dan Aditya

Gadis itu benar-benar kehilangan cahayanya (bukan cahaya ilahi🗿), sepertinya kebahagiaan tidak ingin menghampiri sang gadis

"Kakak!"

Tiba-tiba datang seorang anak kecil yang sedikit mengguncang tangan Vania membuatnya kembali sadar. Vania mengalihkan pandangan ke arah anak tersebut

"Kakak kenapa? Kok nangis?" tanya anak itu

Dengan kasar Vania menghapus air matanya dan memasang senyum ceria ke anak itu "Engga kok, kakak cuma kelilipan, oh iya nama kamu siapa?"

"Aku Lilu!" jawab anak tersebut yang ternyata bernama Lilu dengan nada ceria

"Wah, namamu bagus banget Lilu" - (Vania)

"Ehh benarkah? Teman-teman Lilu bilang kalo nama Lilu dan penampilan Lilu jelek" ujar Lilu dengan sendu

Entah kenapa Vania seperti melihat bayangannya dirinya saat masih kecil kala melihat Lilu. Dengan lembut tangannya bergerak menelus rambut Lilu

"Kata siapa? Lilu manis kok menurut kakak.. rambut pendek dan penampilan Lilu malah menambah kesan imut lho" - (Vania)

Wajah Lilu seketika berubah sumringah kala mendengar ucapan Vania "Be-benarkah?!"

Vania mengangguk dengan senyum lembut yang menghiasi wajahnya. Dengan segera Lilu memeluk Vania dan tanpa sadar malah terisak pelan

Vania tentu saja terkejut "L-Lilu kenapa? Kakak salah ngomong ya?"

Lilu menggeleng "K-kakak orang pertama hiks yang bilang hiks kalo Lilu hiks gak jelek hiks"

Vania menepuk pelan punggung Lilu "Kalau gak keberatan, apa Lilu mau cerita sama kakak?"

Lilu mengangguk pelan dan melepaskan pelukannya pada Vania "Selama ini Lilu selalu diejek dan diganggu karna mata Lilu yang sebelah kiri cacat sampai Lilu harus make penutup mata, ayah dan ibu juga selalu bilang kalo Lilu cuma malu-maluin keluarga.. tapi Lilu masih lega karna kakak selalu melindungi dan sayang sama Lilu"

'A-anak ini...' batin Vania

"Lalu, sekarang kakak Lilu dimana?" tanya Vania dengan hati-hati

"Kakak sudah pergi ke atas, dan Lilu lah penyebab kakak pergi.. Lilu selalu disiksa ayah dan ibu karna Lilu lah yang menyebabkan kakak meninggal sampai pada akhirnya ayah dan ibu meninggalkan Lilu dipanti"

Tes

Vania langsung memeluk Lilu setelah mendengar kisahnya, entah kenapa Vania seakan merasa sangat sedih seolah dia bisa merasakan apa yang Lilu rasakan

"L-Lilu yang sabar ya" - (Vania)

Lilu hanya mengangguk dalam pelukan Vania

"Kak, kata dokter hidup Lilu udah gak lama lagi" kata Lilu tiba-tiba

Mendengar itu Vania langsung melepaskan pelukannya dan memegang erat bahu Lilu "Gak! Kakak yakin kalau Lilu bisa sembuh!"

"Tapi saat gak sengaja Lilu denger percakapan dokter sama ibu panti dokternya bilang kalau Lilu menjalani operasi besok, kemungkinan Lilu selamat sangat kecil" - (Lilu)

Vania menggeleng tidak setuju "Lilu, hidup dan mati ada ditangan tuhan.. jadi Lilu harus yakin sama tuhan oke? Nanti kalo Lilu dah sembuh, kakak bakal bawa Lilu ke taman hiburan mau?"

Lilu mengangguk semangat "Iya kak! Lilu mau!"

"Ya makannya Lilu harus semangat buat sembuh! Janji?" Vania menyodorkan jari kelingkingnya

Lilu melingkarkan jari kelingkingnya pada jari kelingking Vania "Janji!"

"LILU!!!" panggil seorang wanita paruh baya yang nampak berlari ke arah Vania dan Lilu

"Ya ampun, kamu keluar kok gak bilang-bilang Lilu, semua nyari kamu" - (???)

"Ma-maaf Bu Sakira, tadi Lilu main sama kakak ini" Lilu menunjuk Vania

Bu Sakira langsung menatap Vania "Ah terimakasih sudah menemani Lilu ya emm" - (Sakira)

"Vania, iya sama-sama bu.. saya juga suka kok sama sifat Lilu yang ceria" ucap Vania seraya tersenyum

"Terimakasih Nak Vania, panggil saja Bu Sakira.. kalau begitu saya bawa Lilu pergi ya, sudah waktunya dia istirahat" - (Sakira)

Vania mengangguk "Kalau ada apa apa sama Lilu bilang sama saya ya bu, kamar saya dinomor 311"

Bu Sakira mengangguk dan menggendong Lilu sambil beranjak pergi meninggalkan Vania

"Kakak! Besok kita main lagi ya!" teriak Lilu

Vania hanya terkekeh mendengar itu, walaupun hanya sebentar tapi Vania sudah menganggap Lilu sebagai adiknya. Apalagi setelah mendengar cerita pilu dari anak itu membuat Vania ingin terus berada untuk menguatkan Lilu

Merasa hari mulai sore, Vania memutuskan untuk kembali ke kamarnya sebelum Kayla dan Farel menjadi panik karna mendapati Vania tidak ada dikamar



TBC

Gomen ne lama gak update-
Kadang susah wand buat cari ide yang selalu ngilang, apalagi buat cerita sad

Oh ya sebelum itu...

THANKS FOR 2,07K READER + 238 VOTE-!!

Hiks- gak nyangka cerita ampur adul ini bakal nyampe segitu, padahal cuma asal asalan nulis lho //nangid terhura

Arigatou gozaimasu reader-! Ini semua berkat kalian❤️❤️

Oh ya, sebentar lagi cerita ini bakal tamat lho~

Jadi persiapkan mental kalian :>

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top