Chapter 11

Vania pov

Gelap..

Dimana aku?

Badanku terasa sakit dan susah digerakkan..

Tidak mungkin aku kalau aku sudah menyusul nenek kan?

Siapa?

Rasanya tangan ku seperti digenggam..

Hangat..

End Vania pov

.

.

Merasakan pergerakan kecil ditangan Vania yang tengah digenggamnya, Kayla langsung menolehkan kepalanya ke gadis itu

Perlahan-lahan kelopak matanya terbuka, memperlihatkan mata yang indah namun redup dan kosong

Kayla segera berlari keluar memanggil dokter "Dokter! Dokter!"

TAP

TAP

TAP

Terlihat seorang dokter dengan perawat yang berada disampingnya berjalan memasuki kamar rawat Vania

Dokter tersebut memeriksa keadaan Vania. Sementara diluar Kayla dan Farel tengah menunggu pemeriksaan Vania dengan cemas dan khawatir

Ceklek

Begitu keluar, Kayla dan Farel menghampiri dokter dan menanyakan keadaan sahabatnya

"Jangan khawatir, teman kalian hanya kelelahan dan stress karna banyak pikiran" kata dokter

"Lalu, apa Vania boleh langsung pulang dok?" tanya Farel

"Sebaiknya pasien Vania menjalani rawat inap dulu sampai keadaan tubuhnya benar-benar membaik" tutur dokter memberi saran

"Ah kalau gitu makasih dok" jawab keduanya

Dokter hanya tersenyum dan mengangguk dan pergi beranjak meninggalkan Kayla dan Farel

Ceklek

Pintu dibuka memperlihatkan seorang gadis yang tengah terbaring lemas diranjang sembari melihat keluar kaca jendela

Kayla dan Farel berjalan pelan ke ranjang Vania seakan tidak ingin menganggu gadis yang tampak menikmati pemandangan dari kaca

Namun mereka salah..

Sang gadis hanya menatap kosong dan sendu tanpa minat, entah hal apa yang ia lamunkan sampai tidak menyadari ada 2 orang yang tengah memandangnya khawatir

"Vania?" panggil Kayla

Vania beralih menatap Kayla dan Farel dengan senyuman. Terlihat sekali kalau gadis itu sedang berusaha menyembunyikan kesedihannya

"Kata dokter kamu harus menginap sampai keadaanmu membaik" ujar Farel

"Gitu ya, apa orang tuaku tahu kalau aku di rumah sakit?" tanya Vania dengan suara pelan

'Dasar bodoh!'

Untuk apa dia bertanya hal yang ia sendiri sudah tahu jawabannya

Vania tahu pasti mama dan papanya tidak akan peduli..

Tapi

Salahkah jika ia masih mengharapkan secuil kasih sayang dari mereka?

.

.

Kayla tampak berfikir sebelum menjawab pertanyaan Vania "Tadi aku udah telfon, tapi orang tua mu bilang mereka sibuk jadi gak bisa jenguk kamu"

"Akhirnya mereka cuma ngirim Pak Zein buat kasih kartu ATM" tambah Farel

Vania tersenyum miris mendengar perkataan Kayla dan Farel

'ATM? Cih, aku sama sekali tidak butuh itu! Mama papa.. sebenci itukah kalian sampai tidak ada waktu untuk melihat keadaanku?' batin Vania

Ah..

Sepertinya Vania tidak perlu lagi berharap agar mendapat kasih sayang dari orangtuanya..

Sampai kapan pun Devita dan Aditya hanya menyayangi Velia yang tidak lain adalah adik kandung Vania..

Bagaimana dengan Vania?

Tentu saja mereka tidak menganggap Vania, mencampakkan sang gadis begitu saja sampai tanpa sadar mereka membuat luka yang begitu dalam dihati Vania

Membuat Vania depresi berat sampai memiliki pikiran untuk mengakhiri hidupnya

Tapi nyatanya Vania masih bertahan dalam waktu yang sangat lama..

Vania sendiri juga tidak tahu, apa yang membuatnya bertahan dari kehidupan dan rumah yang selalu menyiksa dirinya

.

.

Normal pov

Farel dan Kayla yang melihat Vania mendunduk hingga poni menutupi setengah wajah gadis itu pun membuat mereka khawatir

Puk

Vania sedikit tersentak ketika merasakan sentuhan kecil pada bahunya

"Cukup van, aku tahu sebenernya kamu mendem sesuatu" ujar Kayla

"Dan kamu harus menceritakannya sama kami sekarang, aku gak terima penolakan" tegas Farel

Kayla mengangguk "Gimanapun juga kita ini sahabat kamu, dan sahabat itu selalu bersama dalam suka dan duka"

Perkataan Kayla dan Farel yang terdengar seperti perintah membuat Vania mau tak mau harus menceritakan tentang apa yang ia pendam selama ini

Skip time

Setelah mendengar cerita Vania, Farel dan Kayla tampak terkejut, marah, sekaligus sedih dengan keadaan Vania

"Bagaimana bisa mereka perlakukan kamu kayak gitu?!" kesal Kayla

"Cih.. orang kayak mereka sama sekali gak pantes jadi orang tua" geram Farel

Vania? Seperti biasa, gadis itu hanya menunjukkan fake smile yang sudah melekat pada dirinya

Grep

Kayla memeluk Vania dengan erat, menyalurkan rasa hangat dan kekuatan pada si gadis

"Kamu yang sabar ya van, keep strong! Aku yakin bisa kamu ngadepin semua ini. Vania itu perempuan kuat, aku kagum sama kamu van" kata Kayla

"Aku setuju sama Kayla, siapapun yang ada diposisi kamu pasti udah memutuskan buat bunuh diri tapi kamu malah memilih bertahan.. kesabaran kamu yang begitu besar pasti akan segera diberi hadiah sama tuhan" jelas Farel bijak

"Makasih karna kalian selalu ada buat aku" ucapnya berusaha menahan tangis

"Itulah sahabat!" jawab Kayla dan Farel kompak

Vania terkekeh "Oh iya, aku jadi ga bawa ganti karna tiba-tiba disuruh nginap"

"Iya juga, oh nanti aku biar telfon Pak Zein buat bawain kamu baju ganti" ujar Farel

"Terus kalian gimana?" tanya Vania sembari menatap keduanya

"Tenang aja, kita bakal minta bibi buat bawain baju ganti juga hehe" jawab Kayla nyengir

Seakan tahu apa yang dipikirkan Vania, Farel berkata "Kalau soal sekolah ga usah khawatir, biar aku minta ijin"

"Nah bener, kami juga ijin buat nemenin kamu" lanjut Kayla

Vania terkejut mendengar itu "Loh.. kalian ga sekolah? Nanti kalau ketinggalan pelajaran gimana? Dan aku juga bisa sendiri kok, gapapa"

Farel dan Kayla sama-sama menggelengkan kepalanya membuat Vania hanya bisa pasrah

'Aku lupa kalau mereka berdua sama-sama keras kepala'

.

.

.

.

TBC

Ehe, gomen lama ga apdet

Buat yang lagi PAS GANBATTE-!!

Katsu selesai besok alias hari terakhir hwhw

Ma- moga kalian suka

Jaa-

Salam kematian

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top