Prolog: Kedamaian yang Terusik
Narrator.
"Cerita ini dimulai pada dekade 2010an, di mana kaum "Islam politik" dimotori partai PKS yang berafiliasi dengan organisasi internasional Muslim Brotherhood atau sering disebut Ikhwanul al-Muslimin dan partai-partai oposisi aktif mengganggu jalannya pembangunan ditambah keberadaan kelompok pergerakan dan ormas radikal seperti Front Pembela Islam dan Alumni 212 dengan salah satu keberhasilan mereka adalah memenjarakan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, gubernur dari kaum minoritas yang sangat "dipuja" pendukungnya karena keberhasilannya mendisiplinkan ibukota."
"Pada tahun 2019, Joko Widodo terpilih kembali dengan wakil presidennya Ma'aruf Amin."
"Dikarenakan lawannya sangat lihai, Jokowi menjalankan manuver kompleks dengan mendekatkan diri kepada ulama nasionalis serta aparat untuk membentuk sebuah faksi nasionalis yang dikontraskan dengan faksi "oportunis" yang menggandeng kaum radikal untuk mencapai tujuannya."
"Taktik pendekatan Jokowi kemudian diteruskan oleh penerusnya yang terpilih pada tahun 2024. Di luar dugaan, penerus itu adalah BTP, menjadi pendeta setelah dibebaskan, dengan wakil presidennya Nurdin Abdullah, mantan bupati Bantaeng dan Gubernur Sulawesi Selatan. mengalahkan satu-satunya penantangnya, Anies Baswedan."
"Pemerintahan baru Indonesia dihadapkan pada situasi global yang jauh lebih kacau dibandingkan era Jokowi, di mana peningkatan frekuensi serangan terorisme di Eropa dan kebijakan Uni Eropa yang dianggap terlalu lunak dengan imigran ilegal, membuat partai-partai nasionalis dan populis, sering dicap oleh media sebagai "kanan jauh/far-right" seperti AfD di Jerman, diterjemahkan sebagai Alternatif untuk Jerman, Partai Kemerdekaan Kerajaan Bersatu (United Kingdom Independence Party/UKIP) di Inggris, Front National di Perancis, dan Lega di Italia dan kerap disamakan dengan ormas radikal Indonesia seperti FPI, memenangkan pemilu dan meluncurkan kebijakan deportasi massal terhadap imigran ilegal berkedok pengungsi di benua tersebut. Uni Eropa praktis tidak berfungsi setelah partai-partai tersebut meningkatkan sentimen nasionalis yang berujung kepada keluarnya Prancis, Italia, dan Jerman dari UE, mengikuti jejak Inggris serta negara-negara Eropa Timur seperti Polandia, Hungaria, Ceko, dan Slowakia yang keluar dari EU pada awal 2022."
"Puncak dari semua kekacauan di Eropa adalah serangan di gedung parlemen Jerman pada 5 Januari 2028. Sisa kelompok ISIS, berkedok pengungsi, merebut Bundestag dan mengibarkan bendera hitam ISIS serta menyandera semua orang di dalamnya termasuk Kanselir. Pemerintah Jerman berhasil membebaskan semua sandera tanpa korban jiwa terkecuali para pelaku. Muak dengan perilaku imigran muslim yang tidak mau berasimilasi dengan cara hidup di Barat dan menyebarkan radikalisme, negara Eropa dan Amerika Utara memberlakukan larangan total dan deportasi massal terhadap para "imigran" tersebut dengan prioritas adalah pendatang dari wilayah Timur Tengah, Pakistan, Iran, Afghanistan, beberapa negara Afrika seperti Nigeria dan Somalia, Turki, yang mana pada tahun 2027 telah dikeluarkan dari keanggotaan NATO akibat dukungannya pada kelompok radikal; Rusia bagian selatan, Asia Tengah, dan etnis Uygur dari China."
"Sedangkan negara lain seperti Indonesia, Malaysia, Filipina, Brunei, Bangladesh, para pendatangnya di Eropa dan Amerika Utara serta Korea dan Jepang diintai lebih intensif oleh aparat serta menjalani pemeriksaan keamanan di tempat umum seperti bandara secara lebih ketat"
"Meskipun di tengah kekacauan di Eropa, bangsa Indonesia menikmati kemajuan yang lebih cepat di tangan Presiden Basuki, di mana setelah hampir 60 tahun, pasal penistaan agama dihapuskan dan beberapa kepercayaan minoritas juga diakui negara seperti Judaisme, Ahmadiyah, dan Syiah."
"Kebebasan beragama yang dilindungi dengan ketegasan aparat yang seringkali dikritik sebagai otoriter dan fasis dalam menekan radikalisme dan korupsi termasuk penggunaan hukuman mati yang ditingkatkan frekuensinya menjadi insentif bagi diaspora Indonesia di luar negeri untuk pulang dan berpartisipasi dalam pembangunan di dalam negeri, menggerakkan perekonomian dan level penguasaan teknologi Indonesia ke tingkat yang lebih tinggi dari era sebelumnya. Namun harga yang harus dibayar tinggi; 45.000 PNS dan aparat keamanan selama lima tahun pertama pemerintahan Basuki menjadi sasaran pembersihan, seperdelapan dieksekusi bersama terpidana mati narkoba dan pembunuhan karena korupsi atau dukungan terhadap 'radikalisme agama'. Di tubuh akademisi, selain dari PNS, 35 guru, dosen, dekan, rektor, dan pekerja pendidikan swasta lainnya juga turut dibersihkan."
"Di tengah kemajuan tersebut bangsa Indonesia semakin terpolarisasi dengan bangkitnya kaum kiri radikal sebagai respons terhadap radikalisme agama yang sering memicu konflik dan kekerasan berbau politik antara kaum kiri baru mengusung platform "anti-fasisme" dengan kelompok nasionalis pro-pemerintah dan radikal agama. Sebagai respons maraknya kekerasan politis tersebut dikeluarkan Dekrit Presiden yang memperbolehkan kembali dan meregulasi kepemilikan senjata api sipil dan memasukkannya ke dalam UUD pada Amandemen Kelima layaknya Second Amendment di Konstitusi Amerika Serikat. Bagai gayung bersambut, masyarakat Indonesia, dengan daya beli tertinggi sepanjang sejarah berdirinya NKRI, mempersenjatai diri dengan jumlah pemilik total senjata api sipil legal mencapai 50 juta jiwa pada tahun 2028!"
"Tahun berganti dan kekacauan di Eropa bermutasi sebagai Perang Saudara Eropa atau Reconquista di kalangan patriot Eropa. Perang saudara ini dipicu oleh percobaan kudeta serentak oleh militan Islamis dengan nama Negara Islam Eropa atau Islamic State of Europe dalam bahasa Inggris, pada awal tahun 2029 di hampir seluruh negara Eropa dan berhasil merebut kekuasaan di Belanda, Denmark, Swedia, Islandia, Irlandia, Bosnia, Kosovo, Albania, dan sebagian lainnya berhasil menguasai beberapa wilayah Jerman, Prancis, Spanyol bagian selatan. Di sisi lain, militan ISE berhasil selama beberapa jam menguasai pemerintahan Italia namun pemerintahan sah berhasil meluncurkan kudeta balik dengan dukungan militer."
"Kudeta tersebut memicu krisis ekonomi, ditambah dengan gempa berskala magnitudo 8,9 yang mengguncang Tokyo, Jepang."
"Di sisi lain, perkembangan teknologi otomotif dengan matangnya teknologi mobil hybrid dan listrik mengurangi permintaan dunia akan minyak bumi ditambah dengan surplus stok (oil glut) menyebabkan negara-negara pengekspor minyak Timur Tengah mengalami kesulitan ekonomi dan mengintensifkan perang dingin antara Saudi Arabia dan Iran yang akhirnya berubah menjadi perang terbuka antara Saudi Arabia dan negara anggota Gulf Cooperation Council melawan Iran yang didukung kelompok militan Lebanon Hezbollah, juga pada 2029."
"Kembali ke tanah air. Mundur sejenak ke pertengahan 2010an, seorang bekas jenderal, meninggal tahun 2027, pernah mengeluarkan pernyataan bahwa NKRI akan bubar tahun 2030. Masuk dekade 2030an, beberapa orang beranggapan bahwa pernyataan beliau hanyalah omong kosong di tengah kemajuan yang dialami NKRI."
"Namun pada Desember 2033, Indonesia terguncang. Presiden Basuki mengalami percobaan pembunuhan ketika menjalankan kunjungan ke Lebanon dengan bom mobil dan terluka parah. Demi alasan keamanan, Presiden menjalani perawatan intensif di Inggris, relatif aman dari perang saudara Eropa."
"Bom mobil tersebut adalah tanda kebangkitan kembali kelompok Negara Islam Indonesia (NII) dengan sayap militer yang menghidupkan kembali nama TII (Tentara Islam Indonesia), didukung oleh militan lokal di Lebanon, menjadi sinyal untuk kelompok tersebut melancarkan aksi serangan dan pendudukan beberapa kota di Jawa, Sumatera, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan dan Tengah, bahkan Maluku Utara. Masih adanya pengkhianat di tubuh aparat keamanan dan pemerintahan sipil memuluskan jalan para teroris, dengan pusat gerakan tersebut tidak lain adalah wilayah Aceh."
"Pendudukan kota-kota tersebut juga disertai dua serangan di Jakarta, pengeboman di Kota Tua dan penyanderaan turis di Monas yang berakhir dengan eksekusi para pelaku oleh anggota Kopassus yang diterjunkan ke Monas di depan kamera. Sehari setelah serangan Jakarta pada 10 Desember 2033, kelompok bawah tanah sayap kiri menusuk dari belakang dengan mengumumkan "perang rakyat" terhadap pemerintah RI dan militan TII (Tentara Islam Indonesia) dengan organisasi bernama Front Demokrasi Nasional Indonesia atau FDNI dengan ideologi Maoisme, terinspirasi oleh pemberontak komunis Filipina, Tentara Rakyat Baru dengan sayap politiknya, Front Demokrasi Nasional Filipina atau NDFP dalam bahasa Inggris."
"Masyarakat bersenjata atau sering disebut milisi menjadi salah satu elemen penting dalam perlawanan loyalis NKRI terhadap para pemberontak. Batalyon-batalyon mobile sukarelawan, serta kesatuan gerilya dan pertahanan wilayah yang dinamai "Pertahanan Rakyat" atau HANRA dibentuk untuk mendukung tugas TNI, Polri, dan Bakamla dalam mengatasi para teroris. Baik pasukan reguler maupun relawan dan milisi mendapatkan dukungan finansial dan persenjataan internasional yang sangat besar baik dari negara NATO dan sekutu seperti Amerika Serikat, Polandia, Ceko, Jepang, Korea, Australia, dan New Zealand maupun non-NATO terutama Rusia, China, Israel, dan India. Selain itu, pemerintah RI juga memperbolehkan warga negara asing menjadi pasukan sukarelawan."
"Perang saudara juga berarti penundaan Pemilu sampai batas waktu yang tidak ditentukan. Kabinet Darurat dengan kewenangan ekstensif pada eksekutif, dalam hal ini Wapres Nurdin, dibentuk sehari setelah bom mobil Lebanon, di ibukota pemerintahan yang baru, Palangkaraya Baru, dibangun khusus untuk pusat pemerintahan pada tahun 2023."
"Pasukan sukarelawan internasional yang dibentuk TNI diberi nama Korps Pembebasan Rakyat atau KPR atau PLC dalam bahasa Inggris. Seperti pasukan TNI reguler, unit ini harus non-sektarian sebagai simbol persatuan Indonesia."
"Perjuangan saya sebagai bagian dari pasukan relawan ini pun dimulai.."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top