BAB III
6 Juni 2034, Jalan Nasional Rute 11,
Kopral Dua Miyazono Kenichi, Regu ketiga, Peleton 1, Kompi Senapan A, Yonif Relawan 214 Pelangi Nusantara
Posisi pertahanan reguku, di sebuah pusat pelatihan pertanian di dekat perbatasan Rangkasbitung telah terorganisir dan nyaris seketika, teriakan pekik pertempuran khas "jihad" memecah keheningan yang mencekam, jariku sudah di pelatuk dan siap menembak.
Ini adalah pertempuran pertamaku di tanah asing.
Aku bertempur tanpa memikirkan kerugian. Nothing to lose. Aku kesulitan menemukan pekerjaan layak di Jepang. Selain itu aku punya keluarga dari pihak ibuku yang tinggal permanen di Indonesia sejak tahun 2011 dan sudah tanggung jawabku untuk melindungi mereka. Karirku sebelumnya, sebagai seorang prajurit bintara lintas udara di Angkatan Darat Bela Diri Jepang (JGSDF - Rikujou Jietai) berlangsung baik, namun keluargaku sendiri bisa dibilang berantakan sejak istriku meninggal dalam kecelakaan pesawat dua tahun lalu di Bandara Narita, yang memaksaku pensiun dini. Ditambah lagi putra sulungku, sekarang berumur 22 tahun, mengalami kecanduan narkoba dan sedang menjalani rehabilitasi, dan sekarang tinggal bersama paman mereka yang seorang anggota parlemen bersama dua adiknya yang syukurnya, berperilaku baik.
Selain keluarga, motivasiku untuk berani menjadi tentara relawan untuk negara ini sangat pragmatis: sebagai bapak aku harus bertanggungjawab untuk menafkahi keluarga. Untungnya pemerintah Jepang diam-diam mendukung usaha saya dan beberapa rakyat Jepang yang lain untuk membantu usaha pemerintah Indonesia mengatasi dua kelompok pemberontak yang telah mengendalikan beberapa wilayah negeri ini, salah satu rekan dagang terpenting bagi Jepang.
Kepentingan mereka adalah kepentingan kami juga.
Dengan bahasa Indonesia yang fasih aku bertanya kepada rekan seregu. "Ada yang merekam?"
"Saya, Kopral" jawab seorang perempuan di regu tersebut, Janice, ponsel di tangan kiri dan CZ805 di tangan kanan.
"Kalau saya selamat dari misi ini video ini akan aku upload ke Youtube" Pianis tersebut berkata lagi.
"Jangan lupa masukin Funker530" balasku sembari memegang senapanku, HK416A6 buatan Jerman. Aku merujuk ke sebuah web video yang juga memiliki channel Youtube bernama sama, yang khusus menyediakan rekaman pertempuran dan konflik bersenjata tanpa sedikit pun usaha penyensoran dengan kontributor-kontributor umumnya adalah veteran perang Amerika.
Peta taktis di tablet IFS-ku mendeteksi kontak tak teridentifikasi dengan kemungkinan besar adalah musuh.
"Pengintai musuh, tembak mereka!"
12 pemberontak terlihat pada bidikan/pisir senjata kami dan seketika mereka membuka tembakan dari arah jalan, dan dengan posisi merunduk di dalam lubang pertahanan, kami membalas tembakan. Aku ingat ketika satu tembakanku melubangi dua kepala pejuang musuh dalam selang waktu dua mikrodetik saja.
"Arah jam 10, pick up (technical) musuh!"
Kendaraan musuh pertama segera dilumpuhkan dengan tembakan SMB (Senapan mesin berat). Kemudian sebuah tank Harimau Hitam menghancurkan pick up kedua dimana ledakannya juga mengenai satu pickup lain di belakangnya. Tak ada yang selamat dari ledakan dan api.
"Banzai!" kataku dengan penuh semangat.
"Fokus!!" Komandan reguku mengingatkan kami semua untuk fokus dalam menghadapi serangan berikutnya, di mana pengintai dan drone melihat iring-iringan pickup dan mobil minibus mengarah ke garis pertahanan kami.
"Bom mobil! Jalan utama!"
Tamtama pembawa SLT (senjata lawan tank) di setiap regu pun bersiap, Salah satunya di regu kami, Pratu Mulyadi dan di regu keenam, Prada Soovrayot Mungkhol alias Nok, seorang relawan dari Thailand, yang menembakkan dua roket ke arah formasi musuh yang menghasilkan ledakan besar mengenai banyak pejuang musuh yang bergerak bersama mobil-mobil tersebut sambil menembaki posisi kami.
"Yee-haaw!" Aku bersorak sekali lagi.
"Rest in pieces!" Seorang prajurit Brigif 103 menyumpahi para pemberontak dalam bahasa Inggris.
Tembakan-tembakan kami juga memicu ledakan bom yang dipasang di tubuh beberapa pejuang NII yang menyebarkan pecahan dan paku ke kawan mereka sendiri. Lengkap sudah penderitaan mereka. Mortir-mortir kami, dari kaliber 60mm di tingkat regu, 81mm di tingkat batalyon hingga 120mm di tingkat brigade yang dipasang di ranpur Anoa, menembaki formasi musuh yang terus menyerbu tanpa kenal takut.
Baku tembak terus berlanjut, Janice-san, Widya-san, Ramlan-san, dan banyak lagi terus menjatuhkan para teroris.
"Kena kau" Tengku Wisnu, penembak jitu kami, dengan tembakan SS3nya berhasil mengenai seorang yang kemungkinan komandan mereka.
Namun "Ada drone asing mendekat, kemungkinan membawa granat atau bom!"
Kami semua merunduk; beberapa mengarahkan senapannya ke langit dan menembaki drone tersebut dibantu dengan alat jammer dari prajurit Arhanud di lokasi.
"Drone-drone tersebut banyak menimbulkan korban ketika para teroris merebut fasilitas-fasilitas milik polisi dan militer di beberapa daerah yang mereka duduki!" kata Sersan Gunawan.
Dan posisi kami diguncang ledakan dari drone tersebut.
"Allahu akbar!!" beberapa prajurit terkaget-kaget.
Pratu William, Regu kedua, Peleton 1, Kompi Senapan A, Yonif Relawan 214 Pelangi Nusantara
"Technical, bom mobil, arah jam 12!"
Abe meluncurkan satu roket. "Target hancur". Sasarannya hancur berkeping-keping dengan ledakan besar, mengindikasikan target tersebut adalah bom mobil.
"Merunduk" Sersan Stephen memerintahkan kami semua untuk merunduk, di tengah tembakan senapan mesin yang menggila.
"Kita menghadapi orang gila" Irene tiba-tiba berkata.
"Baru tahu kau bisa berkata seperti itu, Irene" Aku membalasnya.
"Perang itu Neraka, William"
Di sisi lain aku dapat melihat Putu mengikat tembakan musuh dengan senapan penembak jitunya, mendukung tugas tamtama SMR, Handy.
"Kepada semua unit, panser musuh terdeteksi arah utara"
"Panser" yang dimaksud markas dalam hal ini, pada umumnya adalah improvised armored vehicle atau diindonesiakan sebagai kendaraan lapis baja rakitan atau panser rakitan.
Kemudian kami juga mendengar suara seperti roda rantai.
"Sial, mereka bawa bom bulldozer" Seorang kopral dari Brigif 103 mengumpat. Kopral tersebut merujuk kepada Heavy VBIED, bulldozer (dan kendaraan berat lain seperti ekskavator) yang diisi bahan peledak dengan prinsip penggunaan yang sama dengan bom mobil.
"Pasang Pagar" Kopral tersebut memerintahkan tiga prajuritnya untuk menyiapkan senjata yang dipercayakan kepada mereka; rudal anti-tank buatan PT Pindad bernama "Pagar", dibuat dengan basis rudal Ukraina bernama Baryer. Di sisi lain Stephen memerintahkan Abe untuk mengisi roketnya.
"Target di jarak tembak. Clear backblast!" Abe berteriak, kemudian meluncurkan RPG-nya ke arah bulldozer tersebut. Kali ini tembakannya meleset dan mengenai sebuah truk yang mengangkut anggota NII yang masih menyerbu garis pertahanan kami. Truk tersebut hancur lebur dengan ledakan yang juga menghancurkan sebuah pick-up milik pemberontak, bersama personel yang masih di lokasi.
"Bangsat!"
Namun bulldozer tersebut tidak bertahan lama, sebuah ATGM mengenai kendaraan tersebut dan meledakkan seluruh isinya dengan ledakan yang lebih keras dari sebelumnya. Kami juga bisa melihat sisa-sisa jihadis di area operasi mengundurkan diri di tengah tembakan senjata ringan, meriam otomatis dari IFV, hingga meriam kaliber besar dari tank, yang sangat membantu menghancurkan sisa-sisa pickup bersenjata milik TII.
Namun pertempuran belum selesai.
Danton kami menghubungi kami semua. "Pandangan lurus ke depan dan tetap di posisi, mereka mungkin akan menyergap kita jika kita maju sekarang." Sebagai sarana berjaga-jaga, Brigif 103 mengirimkan kendaraan darat tak berawak, drone darat, untuk memeriksa jalan di depan kami dari kemungkinan musuh telah memasang bom, ranjau, serta pasukan untuk menyergap formasi kami. Dan benar saja, kami melihat beberapa ledakan dari ranjau dan bom yang diledakkan di lokasi, serta umpatan dari musuh yang bersembunyi di perkebunan kelapa sawit di depan kami.
Tiba-tiba. "Letnan, sepertinya receiver GPS kita bermasalah, ada jamming." Aku melapor.
"Iya, perlengkapan saya juga demikian. Mereka punya jammer di sini." Letnan Soebiyakto membenarkan, kemudian memerintahkan. "Irene, hubungi markas untuk meminta dukungan udara. Semua prajurit Peleton 1, cek radio kalian dan pastikan frequency-hopping dan enkripsinya aktif. Mereka pasti mau mengacaukan komunikasi radio kita."
Tak sampai 10 menit, kami mendengar deru mesin jet; dua pesawat serang darat jenis Sukhoi Su-34 Fullback, juga disebut "Platipus" karena bentuk hidungnya, sudah berada di posisi kami.
"Arus 2-1 ke Alpha Victor lead, kami mendeteksi sinyal kuat dari sebuah mobil box dengan jala kamuflase..laser designator aktif, bom dijatuhkan."
Dua bom berpandu laser jenis KAB-500 menghancurkan truk tersebut bersama prajurit TII di sekitar lokasi jammer tersebut.
"Jammer dihancurkan, kembali ke markas".
Aku bisa melihat bahwa posisi kami sudah dapat dilacak kembali dan komunikasi radio sudah berlangsung lebih jelas.
5 menit kemudian.
"UAV mendeteksi musuh bergerak dari arah utara, bergerak ke posisi Alpha Victor."
"Pasukan, ganti magasin"
Laporan UAV tersebut dikonfirmasi oleh milisi HANRA yang bertugas sebagai pengintai tambahan di darat.
"Pak, kami melaporkan di dekat perkebunan ada kelompok musuh, tapi bukan TII. Mereka pakai kain merah di lengan, dan topi bergambar bintang merah." seorang milisi melapor.
"Komunis" Stephen mengenali identitas pasukan musuh tersebut.
"Orang-orang itu mungkin mau menyapu sisa-sisa TII di sektor sana, dan mengambil senjata-senjata TII untuk mereka, tapi ingat, mereka tak jauh beda dengan TII kalau sudah bicara teror. Komunis FDNI itu sama fanatiknya dengan NII. Ingat "Insiden Medan". Kita tidak melupakan dan tidak memaafkan."
Insiden yang dibicarakan sersan adalah penyanderaan di sebuah restoran Tionghoa di Medan, ketika kami masih dalam pendidikan. Gerilyawan FDNI, dalam prosesnya memperkosa 10 sandera wanita dan penyanderaan tersebut diselesaikan dengan kekerasan pula oleh polisi; semua pelaku penyanderaan kecuali dua orang tewas, ditambah dengan sembilan sandera, empat di antaranya anak-anak. Sehari setelah penyanderaan, polisi dari Polrestro Medan dan Polda Sumut, didukung TNI dan Bakamla, meng-karantina seluruh kota termasuk akses keluar-masuk ke kota. Tiga sel FDNI terbongkar dan seluruh anggotanya divonis kerja berat di kamp pekerja di Doloksanggul, dengan perkecualian tiga kader FDNI yang menjadi informan polisi.
Selain itu, operasi pembersihan juga menemukan tiga sel NII.
"Bagaimana jika kita panggil serangan udara?" saranku.
"Boleh." sersan Stephen menyetujui ideku.
"Serangan udara terotorisasi dan Apache, sandi Trenggiling 3, tersedia di sektor kalian. Gunakan dengan seperlunya!" Markas melaporkan.
"Trenggiling 3 ke Alpha Victor, kami di lokasi, kirimkan target" Dua helikopter AH-64E Apache terlihat di horizon, mengitari posisi kami.
"Alpha Victor 2-3 ke Trenggiling 3-1, kami menemukan satu peleton musuh, Merah (kode untuk Komunis), mengarah ke posisi kami. Koordinat dikirimkan..." Irene melaporkan posisi musuh kepada helikopter bantuan.
"Koordinat posisi Komunis sudah kami terima, roket dan meriam aktif, laksanakan penembakan..."
Roket berpemandu LOGIR dari Apache yang melintas di dekat formasi kami segera memuntahkan amunisinya dan menghancurkan formasi gerilyawan komunis tanpa ampun.
"Serangan efektif, Trenggiling, Laksanakan serangan lanjutan"
Dua AH-64E tersebut berputar dan kembali ke posisi target untuk melanjutkan tembakan menggunakan meriam otomatis M230 di hidung helikopter.
"Serangan efektif, semua Merah hancur. Merdeka!" Trenggiling 3-1 melaporkan sebelum kembali ke pangkalan..
Setelah serangan udara jumlah pemberontak di area berangsur berkurang. Namun karena medan masih memungkinkan sisa-sisa musuh untuk sembunyi, terbukti dengan tembakan sporadis dari area tersebut yang masih berlanjut, dan Minimi saya memberi pesan bahwa kami ada, ditambah elemen dari Brigif 103 dan detasemen Brimob yang memperkuat posisi kami. Selanjutnya Kapten Wuwur menghubungi kompi kami dan memerintahkan kami untuk menyiapkan bivak untuk istirahat. Sementara mengantisipasi operasi malam, kami mengerti mengapa kami diperintahkan untuk tidak maju, Kota Rangkasbitung dibatasi oleh kompleks perkebunan kelapa sawit dan karet yang dimiliki oleh BUMN Perkebunan Nusantara III dan pasukan dari Brigif 15 juga belum memasuki kota. Pertempuran kota sangat beresiko meskipun dengan teknologi canggih yang kami miliki.
Sisa waktu dihabiskan untuk membersihkan jalan dan kompleks perkebunan sekitarnya dari kemungkinan adanya bom rakitan bersama pasukan zeni serta mengangkut mayat para militan dan menyita peralatan mereka di tengah tembakan sporadis yang masih terus diarahkan pada kami untuk mengganggu. Dari kejauhan kami melihat Kota Rangkasbitung, secara periodik dihujani artileri dan serangan udara untuk "melunakkan mereka".
Pada pukul 5, Kolonel Ibrahim mengeluarkan perintah "Hentikan tembakan. Aturan baru untuk saat ini; hanya menembak kalau diserang".
Kemudian seluruh satuan tugas menyiapkan bivak mereka sendiri untuk berteduh sementara kendaraan kembali ke pangkalan aju di Jasinga. Setelah itu dalam evaluasi pasca-misi, seluruh batalyon kami diberitahu bahwa kami semua diberikan medali penghargaan pertama untuk operasi tempur aktif, Satyalencana Pertempuran (2) sementara Pratu Indra yang terluka dalam pertempuran dan dua anggota regu kelima yang gugur, Pratu Gibran Martowardojo dan Prada Diana Effendi, juga memperoleh Satyalencana Bhakti (3). Pada pukul 7 Mayor Wambe secara pribadi memanggil kami beserta para perwira untuk menyematkan medali tersebut, dengan upacara sederhana. Meski hanya permulaan, kami merasa dihargai oleh negara kami untuk layanan kami. Kemudian, semua kompi mengadakan sesi evaluasi dan briefing dengan masing-masing komandan kompi.
"Dukungan ARMED untuk brigade ke-103 telah datang, juga batalyon ketiga mereka, Yonif 1, Menif (Resimen Infanteri) 170, dengan Kobra bersama dengan kendaraan zeni untuk membantu membersihkan kota. Juga, jika kalian mendengar suara mesin pesawat malam ini, KOSTRAD menerjunkan satu batalyon tim tempur dari Brigif 18 Trisula di sekitar jalan Serang-Pandeglang untuk merebut kembali sebuah desa bernama Catang dan stasiun kereta api lokal, bendungan Pamarayan Baru, dan memotong bala bantuan musuh dari Rangkas ke Serang, dan sebaliknya bersama dengan pasukan gerilya lokal yang sudah di lokasi. Pasukan relawan akan tetap di bawah komando mereka sebagai augmentasi hingga pemberitahuan lebih lanjut" kata Kapten Wuwur.
"Kami juga mendengar laporan bahwa pasukan di Kantong Perlawanan Cilegon-Merak yang telah mendapat bala bantuan dari Sumatra, Kalimantan, dan Jakarta telah maju ke Serang dan 15% dari kota sudah direbut kembali dibantu pasukan gerilya yang bersembunyi di kota. yang telah didukung oleh serangan rudal dari AL dan AU. Intel juga mengindikasikan musuh di sana menunjukkan tanda kelelahan setelah menekan Kulon Commune sehingga beberapa kesatuan TII dari Rangkas telah diarahkan untuk mendukung pasukan di Serang, yang berarti kemampuan pertahanan mereka di Rangkas akan dikurangi, ini akan menjadi kesempatan yang baik untuk menyelesaikan para pemberontak di provinsi ini sekali dan untuk selamanya. Meski demikian, mereka akan melawan dengan sengit, karena ini adalah wilayah mereka yang terakhir mereka di Banten. Peleton 1, tugas anda adalah menyerbu Kantor Pemkab Banten dan menangkap / membunuh komandan mereka, kedua dan ketiga, bersihkan jalan-jalan kota dan rebut kembali Rangkasbitung."
"Ingat, prajurit yang mencoba desersi akan langsung ditembak. Brigif Mekanis 15 di Maja, telah melapor bahwa empat anggota mereka telah ditembak karena usaha desersi. Setiap selebaran propaganda musuh yang ditemukan harus segera diberikan kepada atasan Anda. Dan seperti saya berbicara, perlengkapan IFS sedang di-charge dan diupgrade oleh teknisi dari Yonpal (Batalyon Peralatan) terutama software untuk GLONASS (4) sebagai backup GPS, karena NII memiliki kemampuan jamming GPS, karena NII punya jammer GPS dan masih ada sekitar dua jammer lagi di daerah itu yang belum dihancurkan. Kalian sudah dilatih menggunakan sistem Rusia ini selama pendidikan bersama dengan GPS Amerika jadi semua aman. "Selalu punya rencana B", adalah kata-kata yang relevan di sini."
Prajurit giliran tugas jaga, ke posisi kalian, sementara yang lain istirahat. Bubar, jalan!"
Prajurit Dua Handy Jayakusuma, Regu kedua, Peleton 1, Kompi Senapan A, Yonif Relawan 214 "Pelangi Nusantara". TNI AD
Setelah briefing, saya mendapat giliran untuk tugas penjaga malam ini, dimulai pada setengah sepuluh malam, tanpa perlengkapan IFS tetapi masih dengan rompi tempur dan senapan mesin yang menjadi "waifu" saya, Pindad SM-3 (Minimi) yang saya beri nama Theresa, yang juga nama pacar saya di Bekasi, bersama Pratu William, duduk di sisi kanan saya memegang SS-2 miliknya. Syukurlah selama momen tenang dalam misi, saya berhasil, dengan beberapa rekan saya menangkap beberapa ronde untuk tidur 10-20 menit di lubang perlindungan. Dan jangan salah; pola ini disetujui (bahkan didukung) oleh komando tertinggi karena berdasarkan riset. Tentara juga manusia dan istirahat yang baik, meski singkat, dapat menghasilkan kinerja yang lebih baik dan mengurangi kemungkinan melakukan termasuk "pelanggaran hak asasi manusia".
Pekerjaan kami dibantu dengan drone darat dan anjing penjaga yang berpatroli di sekitar bivak dan berfungsi sebagai peringatan dini jika ada infiltrasi musuh. Pada suatu saat. William bertanya dengan suara berbisik,
"Lu tahu ndak kira-kira penyebab semua jadi kacau selain perang saudara di Eropa dan TImteng?
"Faktor ekonomi, seperti kata pakar-pakar di koran dan TV itu?"
Negara kita sudah mendekati kemajuan Korea, Taiwan, atau Singapura terutama ekonomi dalam empat tahun terakhir sehingga orang-orang itu salah besar.
"Ketidaksetaraan ekonomi? Ayolah, gue tahu kita ini punya apa yang sering disebut "privilese kelas menengah" tapi dengan tanpa mengurangi rasa hormat dan empati dengan orang-orang yang miskin bukan karena salah mereka, manusia tidak bisa semuanya sama, ini serius. Bicara kesetaraan atas hukum, ya, tapi dalam beberapa hal lain, tidak ada program sosial apapun yang bisa mengubahnya. "
"Korupsi? Ya, ini masih jadi masalah, tapi sekarang semuanya sudah lebih baik. meski caranya agak ekstrim kalau menurut orang-orang yang mengaku pembela hak asasi manusia di Komnas HAM, Komnas Perempuan, Kontras atau ICJR, misalnya."
"Transparansi dengan senjata dan cambuk, kata mereka."
Jawabku.
" Ini mungkin bisa bikin marah saudara yang Muslim tetapi kebenaran harus diceritakan. Gua pikir ini memang sudah dari ajarannya, mohon maaf, tendensi kekerasan sudah ada dalam teladan mereka, terutama terhadap minoritas, dan mungkin memang sudah tidak dapat diperbaiki. Meski harus diakui sebagian besar Muslim Indonesia menganggap ayat-ayat tersebut sebagai bagian sejarah dan tidak berlaku di masa kini, contohnya orang Kristen kayak lu, Abe, Rudi, atau si Agnes, membaca ayat-ayat kekerasan di kitab suci kalian (Perjanjian Lama); menjadi loyalis dan mengangkat senjata melawan para pemberontak. "
"Para reformis mereka sebagian besar dipaksa untuk hidup di pengasingan atau dibunuh di beberapa negara, meski jujur, saya juga tidak menyukai beberapa posisi mereka dengan para kritikus dibungkam sebagai penghina agama. Dan jangan lupa, mereka yang melakukan kerusuhan 1998 berafiliasi dengan politik Islam yang kembali pada awal hingga pertengahan 1990-an Eyang Harto memakai mereka untuk tetap berkuasa ketika hubungannya dengan militer merenggang."
"Mereka mungkin oportunis tapi bukan berarti tidak boleh memeriksa keyakinan mereka, bukan? Ini negara bebas."
"Info dari "sumber alternatif", Sersan Bragg, salah satu bintara pelatih kita di pendidikan, dan dari Sersan Stephen, orang-orang Eropa tidak lagi percaya yang namanya multikultural, karena dalam konteks mereka golongan pendatang lebih banyak merusak tradisi mereka mengatasnamakan syariat. Imigran muslim, terutama yang ilegal diusir semuanya dan dibiarkan begitu saja. Pemukiman pesisir di Afrika Utara dan Somalia juga secara berkala diserang dan dibombardir oleh kapal-kapal NATO sebagai balasan atas penculikan dan pembajakan kapal-kapal Eropa (dan bangsa-bangsa lain), termasuk kita. Kejam, tapi diam dan kelesuan berarti lebih banyak kematian. "
Kemudian, pada 2300, "Hijau!" kata seorang prajurit di cakrawala. Kami menjawab "Api" . Sinyalnya berarti satu unit atau prajurit kawan ingin masuk ke kamp kami terutama untuk menyampaikan intelijen penting ke unit militer terdekat. William menekan tombol di radionya untuk memanggil komandan. Empat pejuang HANRA, membawa senapan serbu CZ-805 kemudian memasuki perkemahan kami dan disambut oleh Mayor Wambe.
Kami tidak dapat mendengar dengan jelas pembicaraan mereka, karena mereka bertemu dengan Mayor di belakang panser untuk perlindungan terhadap penembak jitu. Tapi itu pasti informasi penting yang berkaitan dengan situasi musuh. Kami diperintahkan untuk tetap berada di pos kami setelah mengizinkan para gerilyawan memasuki kamp. Kami juga mendengar laporan bahwa patroli gabungan tentara, polisi, gerilyawan, dan warga desa setempat berhasil menangkap tiga orang yang diduga mata-mata / penyusup NII. Untungnya sisa tugas jaga kami berlangsung tanpa kejadian penting, diselingi dengan tidur sebentar-sebentar, dan matahari akhirnya terbit. Pasukan kami sudah siap tempur di Rangkasbitung.
Notes:
(1) LOGIR = Low Cost Guided Imaging Rocket; roket berpemandu inframerah buatan Lockheed Martin Amerika dan Korea Aerospace Industries di Korea
(2) Satyalencana Pertempuran = medali yang menunjukkan partisipasi seorang serdadu dalam tugas pertempuran (fiksi).
(3) Satyalencana Bhakti = diberikan pada prajurit yang terluka atau terbunuh dalam tugas pertempuran.
Sumber: http://www.setneg.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=5297
(4) GLONASS = Global Navigation Satelite System - Globalnaya navigatsionnaya sputnikovaya sistema. Sistem navigasi satelit buatan Rusia
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top