Stay Away!

Hello hello guys!!! Peronika kembali lgi di hari jum'at. Seperti biasa, setiap sesudah 2 chapter tanpa judul aku memulai part baru dengan judul. This is what I called "A Special Chapter".

Chapter ini kudedikasikan untuk Shireishou yey! Big thanks untuk senpie yang sudah setia membimbing! So, this is the story!!

.

.

"I-LOVE-YOU." Ucapnya dengan lantang. Ia sengaja memisahkan masing-masing kata agar terdengar lebih jelas.

"Terima kasih, Judas. Aku juga," ujar Abby sambil tersenyum manis, "mencintaimu." Senyumnya semakin tercetak di wajahnya. Ia melepaskan pelukannya dari dari Judas.

"Masih ingin bersenang-senang?" Tanya Judas dengan suara setengah berbisik.

"Ini sudah malam! Aku tidak ingin kena masalah lagi seperti tadi! Lagipula, jaket ini tidak bisa melindungiku dari angin malam! Kau ingin aku jatuh sakit, hah?!" Ucap Abby sambil memanyunkan bibirnya.

.

.

.

"HEI, SIAPA DISANA??!!"

"Gawat, Judas! Kita akan ketahuan!" Ujar Abby panik.

Sekarang, ia berada di balik semak-semak tempat ia membunuh gadis brunette tadi. Bau darah tentu masih menguar kemana-mana. Ia tidak yakin kalau orang yang sedang menuju ke arahnya tidak akan menyadari hal itu.

"Bau apa ini?" Ujar seorang pria berbaju hitam dari atas sampai bawah. Tangannya memegang senter. Ia mengarahkan cahayanya ke segala penjuru, mencari keberadaan seseorang di sana.

"Kau tetap di sini, Abby. Aku akan pergi membawa mayat ini." Ujar Judas setengah berbisik.

"Apa? Kau ingin meninggalkanku sendirian?"

"Hey, kau punya pistol! Kau bisa menembaknya jika kau mau!" Ujar Judas sambil menyeret mayat gadis brunette di dekatnya. Ia menyeret mayat tersebut masuk lebih dalam ke semak-semak, dan menyembunyikannya di balik pepohonan.

"Judas, cepatlah!" Pinta Abby. Tiba-tiba saja ia melihat sinar senter mengarah ke arahnya. Saat itu juga ia menyadari kalau bahaya semakin dekat. "Judas!"

"Sebentar lagi, honey." Judas membuka jaketnya, kemudian diikuti dengan T-shirt hitamnya, lalu menutupi mayat gadis itu dengan T-shirt hitamnya. Saat ia berdiri, sinar senter sedang menuju ke arahnya. Dengan gerakan cepat, ia menunduk dan berhasil menghindari sinar. "Hampir saja."

"Judas! Sebentar lagi dia sampai di sini!!" Ujar Abby setengah berteriak.

"Jangan berisik! Cepat pakai jaket ini!" Ujar Judas sambil melempar jaketnya ke arah Abby, lalu ia menarik Abby hingga terjatuh ke tanah.

"Ada apa?"

"Kau bodoh. Hampir saja cahaya sialan itu menyinari rambutmu." Ujar Judas ketus. "Cepat pakai jaketnya, lepas bajumu."

"A-apa? Untuk apa?"

"Kau mau pulang dengan bau darah kemana-mana? Kau akan menarik perhatian anjing-anjing di rumah orang!"

"Tapi apa hubungannya aku dengan anjing-anjing itu?" Tanya Abby setengah berteriak. Dalam hatinya, ia merasa lebih baik tertangkap daripada harus melepas bajunya di hadapan Judas.

"Cepat! Tinggalkan bajumu disini, kita pergi. Hanya bajumu, bajumu!" Ujar Judas sambil menarik baju Abby. Dengan cepat, Abby langsung menepis tangan Judas dari bajunya.

"Jangan berani menyentuhku! Kutembak kau!"

"Cepat sebelum aku yang akan membunuhmu, Abby! Kau membuang waktu!" Judas menatap Abby kesal. Ia bingung, kenapa sikap Abby menjadi mengesalkan saat sedang terjepit masalah.

"Tidak mau! Lebih baik kita langsung pergi, Judas!" Abby bangkit dengan cepat tanpa mempedulikan lagi ada orang yang sedang berusaha mencari keberadaannya. Ia berlari masuk ke dalam hutan di belakang taman, hutan yang gelap dan aman dari polisi, satpam, dan apapun itu baginya.

Judas dengan tanggap langsung mengejar Abby. Ia mengejarnya dengan cepat hingga ia tidak menyadari kalau sekarang emosi yang mengambil alih pikirannya. "ABBY!!!!" Teriaknya nyaring.

Abby menengok ke belakang, melihat mata amarah Judas dari kejauhan. Ia hendak berlari lagi, namun ia merasakan Judas mendorongnya dengan sekuat tenaga.

Abby ambruk di tanah begitu saja. Punggungnya menghantam tanah dengan kencang.

"Judas! Apa yang kau lakukan??!!"

Judas menghampiri Abby yang terbaring di tanah dan menahan tangannya. Untuk beberapa saat, Abby terkunci dan tidak bisa bergerak. Judas dengan cepat mengambil pisaunya, dan mengarahkannya ke kerah baju Abby.

"Jika kau tidak ingin melakukannya, maka aku yang akan melakukannya!"

Judas mengarahkan pisaunya ke baju Abby dan mulai merobek bajunya mulai dari kerah sampai ke atas dadanya. Abby terus meronta, berusaha menghindari pisau Judas.

"Ergh! Lepaskan aku, Judas!"

"Diamlah dan semua akan selesai dengan cepat!"

Abby menatap geram pemuda di hadapannya. Dengan sekali gerakan, ia menendang perut Judas dengan lututnya.

Judas mengerang kesakitan. Dan saat itu dipakai oleh Abby untuk bangkit dan kabur dari Judas, masuk semakin dalam ke hutan yang gelap.

.

.

Abby terus berlari dan berlari. Penglihatannya yang tajam ia gunakan untuk menuntunnya di kegelapan malam. Napasnya terengah-engah, larinya mulai melambat. Sesekali ia menengok ke belakang. Tidak ada siapa-siapa di sana.

'Mungkin saja Judas masih jauh.' Batinnya.

Ia bergerak semakin cepat. Wajahnya berseri-seri saat ia melihat jalan raya di hadapannya. Ia akan segera keluar dari hutan.

BRUUK!

"ARGHH!"

Ia merasakan seseorang mendorongnya kasar dari arah kiri. Bahunya terasa nyeri. Ia berusaha bangkit, namun orang yang menyerangnya tadi mendorongnya kembali dan menindihnya.

Abby tertahan sebentar, namun ia berusaha melawan. Ia mendorong tubuh pemuda di atasnya, dan menggulingkannya ke bawah. Namun tenaganya masih kalah jauh. Tubuh ringkihnya kembali berada di bawah tubuh pemuda yang lebih kuat daripadanya.

Kegiatan guling-gulingan dan saling dorong terus berlanjut. Mereka tidak sadar kalau di sebelahnya adalah jurang.

Abby yang menyadari terlebih dahulu, berusaha bangkit dan kabur. Namun, tubuhnya ditangkap dan didorong paksa. Abby terjatuh dan terguling di tanah. Sialnya tanah di sebelahnya adalah jurang, dan ia jatuh terguling bersama seseorang yang tidak lain adalah Judas.

Punggungnya membentur tanah dengan keras. Ia yakin kalau tulang punggungnya bisa patah jika seperti itu terus.

Mereka berdua sampai di tanah yang datar dengan posisi saling berpelukan. Mereka terlihat terengah-engah. Napas mereka memburu, dan seluruh tubuh mereka kotor karena tanah.

"Hhh-hhh-hh, A-abby-hhh," ujar Judas terengah-engah, "k-kau-hh tidak apa-apa-hhh?"

"Agh-hh, ya-hh." Jawab Abby tidak kalah lelahnya.

Judas bangkit dari posisinya, dan membantu Abby duduk. Ia mengambil sapu tangan dari saku celananya, dan membersihkan wajah kotor Abby pelan-pelan.

Mata Abby membelalak melihat perubahan drastis Judas. Baru saja Judas menjadi anjing liar, namun dalam sekejap ia berubah menjadi seorang kekasih yang sayang padanya.

"Ada apa? Kenapa kau melotot seperti itu, Abby?"

"U-uh, t-tidak apa-apa." Jawab Abby terbata-bata. Bibirnya mengulum senyum manis, namun hampir tidak terlihat.

"Oh ya," Judas melepas jaketnya yang entah kapan sudah terpasang kembali ditubuhnya. Ia mengenakannya pada Abby. "Pakai jaket ini, nanti kau kedinginan."

Mata Abby bersinar saat melihat kelakuan baik Judas. Judas menatapnya lembut, bibirnya menciptakan senyum kecil yang menenangkan.

Dengan cepat, Abby menarik tubuh Judas dalam rengkuhannya. Ia memeluk Judas erat, dan menitihkan air mata tanpa sepengetahuan Judas. "Terima kasih, Judas."

"A-abby...."

.

.

-DEMENTED-

.

.

Sinar matahari pagi menyinari segala sudut kota. Burung-burung berkicau riang, dan orang-orang mulai menjalankan aktivitasnya.

Abby berjalan pelan di gang rumahnya, menggunakan baju putih dengan celana training berwarna biru dengan garis hitam vertikal di bagian kirinya.

Matanya memandang ke seluruh direksi, menatap orang yang berjalan terburu-buru menuju tempat kerjanya. Ada juga anak-anak yang berlarian memakai seragam sekolah. Abby mengernyitkan dahinya, kemudian melirik arloji putih di tangan kirinya. Ia terkekeh setelah mengetahui jam berapa sekarang. Yap, pukul 7 tepat.

'Pasti mereka telat!'

Abby menggelengkan kepalanya sambil tersenyum. Ia mengingat masa-masa saat ia masih sekolah dulu. Terlambat merupakan hal yang sudah biasa baginya.

Berbeda dengannya, Judas masih bisa bersekolah tanpa ada yang tahu identitas aslinya. Ia tidak ingat bagaimana awal pertemuannya dengan pemuda yang satu ini, semuanya terjadi begitu saja.

"I'm thinking 'bout how people fall in love in a mysterious way~," dahinya mengernyit saat mendengar suara orang menyanyi di sebelahnya. Setelah mengetahui siapa sosok di sebelahnya, ia memutar bola matanya malas.

"Kau lagi, kau lagi. Aku bosan bertemu denganmu setiap hari."

"Oh my, oh my. Jangan bosan kalau begitu. Aku datang membawa jadwalmu, sayang." Ucap Dokter Megan sambil melirik Abby lewat ekor matanya. "Sedang berjalan-jalan atau berolahraga atau sudah lelah berolahraga?"

"Sedang berolahraga namun tiba-tiba aku menjadi malas saat melihatmu." Ucap Abby ketus.

"Heh? Jangan begitu, Abby. Kau akan menyesal jika merasa bosan terhadapku." Ujar Dokter Megan sambil tersenyum sinis. "Ini jadwalmu."

Abby mengambil kertas dari tangan Dokter itu. Ia melihat jadwal itu dengan baik, kemudian memasukkannya ke dalam saku celananya.

"Hei hei hei! Keluarkan kertasnya! Aku yang memegang jadwalmu, bukan kau! Sini, kembalikan!"

Abby mendengus kesal. Ia merogoh sakunya kasar dan menyerahkan kertasnya pada Dokter Megan.

Dokter Megan melayangkan ciumannya di udara sambil mengedipkan sebelah matanya. "Terima kasih, pretty girl."

Abby lagi-lagi hanya mendengus kesal. "Ya, ya, ya."

Tiba-tiba saja, kerumunan orang terlihat mengelilingi sebuah papan pengumuman di dekat mereka. Abby dan Dokter Megan saling bertatapan, kemudian Dokter Megan membawa Abby menjauh.

"Abby, tetaplah disini. Jangan menunjukan wajahmu pada orang lain. Duduk disini, tunggu aku kembali. Tundukkan wajahmu."

Abby mengangguk tanda setuju.

Sementara itu, Dokter Megan berlari dengan cepat menuju kerumunan. Ia menembus kerumunan orang tersebut untuk melihat pengumuman yang tertempel. Matanya membelalak seketika, dan mulutnya menganga.

Ia dengan cepat keluar dari kerumunan dan berlari ke arah Abby berada. Dengan cepat ia menarik Abby berdiri, dan membawanya pergi secepat mungkin.

Abby yang kaget dengan sikap Dokter Megan, tidak ragu-ragu menyembunyikan raut wajah bingungnya. Ia berlari dengan kebingungan.

"Dokter Megan, apa yang terjadi?!"

"Tidak ada penjelasan sekarang! Kita harus cepat pergi!"

.

.

To be continue...

.

.

Yey!!! Kali ini ceritaku 1500 words pas! #gapenting. Bagaimana bagaimana? Apakah part ini bagus atau tidak?? Semua kritik dan comment kalian bisa ditulis dalam kotak comment yo! VOTE JUGA EAK KALO BAGUSSSS.

Huahuahuahua!!! Happy 2k+ readers!!! Sebenarnya aku berniat ganti cover, tapi karena kulihat ternyata lebih bagus yang ini, jadi enggak jadi deh!! #tabok. Menurut temanku juga lebih bagus yang ini sih.

Tapi jujur, gadis di coverku lebih terlihat seperti gadis 17 tahun ke atas, padahal sebenarnya Abby itu baru 16 tahun /?

Sudah cukup cuap cuap basinya! Kini saatnya RECCOMENDATION :
1. First Love Flavor : Meeting Again by lucas_carlisle (ROMANCE)
2. Inside by danchandr (MYSTERY/THRILLER)
3. Perfect Partner by ciepulala (ROMANCE)
4. Bunda by iiaditia (CHICKLIT)
5. One Step - Sejejak Langkah by Shireishou (TEEN FICTION)
6. Kekal by izaneko (FANTASY)
7. The Rune by Dimmas315 (FANTASY)

Dan semua cerita diatas adalah cerita yang kusuka! Aku mempromosikan untuk kalian supaya dibaca yosh! RECCOMENDATION, CYIN.

Baiklah akhir kata, sampai jumpa minggu depan!

Veronica.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top