8
Halo guys!!! Yaampun, pero minta maaf yang sebesar-besarnya karena tiga minggu ga update! Okelah, ini kelanjutannya!
.
.
.
"Welcome to our new home, Sweetie!" sorak Dokter Megan dengan gembira. Abby yang mengikuti di belakangnya hanya bisa terdiam sambil melirik-lirik rumah barunya.
"Kau yakin kalau kita akan tinggal di sini? Rumah ini sempit sekali, Megan!"
"Hei hei hei, masih bersyukur kau dapat rumah di sini! Sangat sulit mendapat rumah di Grimville, tahu!" kata Dokter Megan.
Mata Abby menjelajah ke seluruh penjuru ruangan. Rumah kecil dengan gaya yang elegant dengan diberi sentuhan arsitektur ala Timur Tengah dibagian dindingnya, bukan pemandangan yang buruk bagi Abby. Abby mengangguk-angguk sekilas sambil terus mengitari rumah.
Sampai di dapur, Abby menyipitkan matanya. 'Tidak ada apapun?! Apa-apaan ini?! '
"MEGAN! KEMARI SEBENTAR!" teriak Abby nyaring.
"Ada apa? Jangan teriak-teriak seperti itu, kau membuatku kaget!" ujar Dokter Megan terengah, seperti habis berlari.
"Kau tidak membeli apa-apa?! Dapurnya kosong! Cuma ada sebuah kompor di sini!" maki Abby.
"Oh, dapurnya ya. Aku berencana membelinya nanti, setelah kita bekerja dan mengumpulkan uang," ujar Dokter Megan sambil berjalan menjauh.
Abby yang baru tersadar dengan perkataan Dokter muda itu, langsung membalikkan badannya menghadap punggung Dokter Megan yang menjauh.
"Hei! Apa-apaan kau? Kita? Bekerja?"
"Yap," ujar Dokter itu, "dan aku tidak menerima protes. Setidaknya kita perlu uang bukan? Aku juga sedang cuti dari pekerjaanku, jadi apa salahnya kalau kita bekerja sebentar sampai kita kembali?"
"Kau gila!" Abby menhentak-hentakkan kakinya kesal. 'Kenapa harus aku yang bekerja?! Dia sendiri kan sudah cukup!'
"Oh ya, Abby. Kita harus mengubah identitas kita juga. Mengganti nama dan merubah penampilan kita," ujar Dokter Abby sambil berjalan menjauh, "bersiaplah Abby, nanti sore kita pergi ke salon."
Abby lagi-lagi hanya mematung mendengar ucapan Dokter itu. Abby mengerucutkan bibirnya kesal, kemudian berjalan keluar dari dapur mengikuti Dokter itu.
.
.
.
"Yaampun! Mereka benar-benar tidak berhenti mengejarku!" protes Judas sambil melihat jam tangan yang dipakainya.
Ini sudah 3 jam sejak orang-orang tadi mengejar Judas. Mereka sebenarnya hanya warga biasa yang meronda di malam hari, namun melihat Judas dan tergiur akan hadiah yang ditawarkan oleh polisi, mereka menjadi seperti predator yang haus akan mangsa.
Jika siapapun dari kalian bisa menangkap tiga orang ini : Abbiela Sadie, Judas Aphopis, Gordon Vlad; kalian akan mendapatkan sebuah piagam kehormatan dari Pemerintah dan 50 keping koin dari emas.
Siapa yang tidak tergiur dengan 50 koin emas, hah?
Judas menyandarkan punggungnya ke dinding di balik sebuah jalan kecil. Saking kecilnya jalan itu, Judas bahkan tidak dapat menggerakkan tubuhnya dengan leluasa. Ia berdiri dengan tidak nyaman di tempat yang gelap itu, berharap warga-warga itu tidak menyadarinya di sana.
"Hei kalian lihat orang itu?"
"Tidak! Dia di mana ya? Kok tidak terlihat, sih?"
"Jangan-jangan dia lolos! Sial!"
Judas menghembuskan napas perlahan-lahan, seakan-akan hembusan napasnya dapat membuat kerumunan itu menyadarinya.
"Sudahlah, biarkan saja! Mungkin besok kita akan melihatnya lagi!"
"Tapi... kita belum menemukannya! Besok dia pasti sudah kabur!"
"Mana mungkin orang itu lari dengan cepat!"
"Sudahlah, ayo pulang! 3 jam mengejarnya membuat kaki dan badanku pegal semua, tahu."
Begitulah celetukkan warga yang tadi mengejarnya. Entah siapa yang berbicara, Judas tidak tahu.
Setelah dirasa suasana mulai sepi, Judas mulai menggerak-gerakkan tubuhnya perlahan, dan keluar dari tempat sempit itu.
"Melelahkan, merepotkan!" protes Judas sambil menyeka keringatnya. Ia kemudian mengambil handphone-nya, dan mengetikkan sesuatu di sana.
Gara-gara kau, aku dikejar-kejar oleh warga! Gordon, kau dimana bodoh?! Cepat jawab!
TIN TIN!
"OY, AKU DISINI!"
Mendengar suara seseorang berteriak, Judas sontak menengok ke arah tersebut. Judas terlonjak ketika melihat sesuatu di hadapannya.
"Gordon! Kau gila? Kau membawa mobil? Kita bisa ditangkap polisi!" jerit Judas frustasi.
"Ehehe, tenanglah. Aku punya SIM, kok. Nih," ucap Gordon tenang, sambil menunjukan SIM-nya, yang pastinya palsu.
"Kau mau mencari ribut dengan polisi, hah? Aku yakin kalau itu SIM palsu! Kalau ketahuan bagaimana?!"
"Judas temanku," kata Gordon, "kau tidak perlu khawatir! Lagipula, sejak kapan kau berubah menjadi sangat khawatir seperti ini, hah? Sebelumnya kau itu orang yang cuek, keren, masa bodoh dengan sekitarmu, selalu merasa paling hebat, dan selalu perca--"
"Hentikan! Kau tidak tahu, ya? Tadi aku hampir saja dibunuh oleh orang-orang serakah yang haus jabatan dan harta! Bayangkan tentang 50 koin emas Gordon, bayangkan!" ujar Judas dengan nada sedikit meninggi.
"Itu sangat banyak, kan?"
"Bodoh! Anak SD juga tahu itu! Maksudku itu 50 koin emas tadi merupakan imbalan bagi orang yang berhasil menangkap kita bertiga hidup-hidup! Hi-dup-hi-dup!" ujar Judas dengan nada yang semakin meninggi.
"Kalau begitu Judas," kata Gordon sambil mengambil tali dari tempat duduk di sebelahnya yang entah kapan berada disana, "kau kutangkap sekarang! Jadi aku bisa mendapat setidaknya 16 koin emas! Lumayan untuk kupakai selama berbulan-bulan!" lanjutnya sambil melempar tali itu pada Judas, dan kemudian disambut dengan wajah kesal Judas.
"Ini bukan waktunya bercanda, Gordon!" ujar Judas dengan nada sedikit memelas. Kemudian tanpa seizin Gordon, Judas berjalan ke sisi mobil yang lain, membuka pintu dan duduk di sebelah Gordon. "Ayo, kita pergi!"
Gordon hanya bisa terkekeh dan mengiyakan perkataan temannya.
.
.
-DEMENTED-
.
.
"Megan, kita mau ke mana sekarang?"
"Ke Salon, honey. Saatnya mengubah penampilan kita!" sorak Dokter Megan senang.
Abby hanya bisa bengong melihat tingkah aneh Dokter dihadapannya.
'Mungkin dia butuh seorang ahli jiwa. Orang ini aneh.'
KLIK!
Terdengar musik di mobil yang tidak terlalu besar itu. Abby menatap kesal Dokter Megan yang sedang bernyanyi dengan suara yang menurutnya sumbang, dan yang bisa dilakukannya hanya menutup telinga dam bersandar di kaca mobil.
Tidak berapa lama, mobil yang dikendarai oleh Dokter itu berhenti di depan sebuah salon yang lumayan besar. Melalui tampilan luar gedung itu saja, Abby bisa memperkirakan seberapa mahal salon di hadapannya.
Abby dan Dokter Megan turun dari mobil, dan langsung disambut baik oleh pegawai salon di sana.
Dokter Megan mengeluarkan sebuah kartu dari dalam tasnya, dan menyerahkannya pada salah satu pegawai itu. Seorang pegawai langsung masuk ke dalam, sementara sisanya langsung bersiap di posisinya masing-masing.
TAP TAP TAP
"Selamat datang di salon kami, Dokter Megan," ucap seorang wanita berambut pirang yang diikat ponytail. Wanita itu berparas cantik dengan dress putih selutut yang elegan. Kakinya dibalut dengan high heels yang senada dengan bajunya.
"Oh, halo Zia. Lama tidak berjumpa denganmu," ujar Dokter Megan sambil menghampiri wanita itu, kemudian melakukan tradisi cipika cipiki seperti wanita-wanita pada umumnya.
"Kudengar kau mengalami sedikit masalah, ya? Ceritakan padaku, Megan. Aku bersedia membantumu," ujar wanita bernama Zia itu sambil mengelus pundak temannya.
"Sebenarnya bukan aku, Zia," kata Dokter Megan, kemudian ia menunjuk Abby yang sedang sibuk memperhatikan salon itu, "tapi gadis itu. Dia punya banyak sekali masalah."
"Hm, begitu ya. Tapi kulihat, dia tidak mempunyai masalah pada wajahnya kok, wajahnya bersih dan mulus. Rambutnya juga terlihat halus dan rapi."
"Bukan begitu," kata Dokter Megan, "dia ingin mengubah penampilannya," lanjut Dokter Megan setengah berbisik.
Zia terlonjak ketika mendengar perkataan temannya, kemudian ia mengernyitkan alisnya.
"Loh? Untuk apa? Dia sudah terlihat cantik kok seperti itu," kata Zia.
"Terima kasih Zia," ujar Abby tiba-tiba. Namun, matanya tetap melihat-lihat sekeliling salon. Sesekali, ia berdiam di depan cermin untuk melihat penampilannya.
"Dia punya pendengaran yang tajam, Zia. Biarkan saja ahaha," ujar Dokter Megan kaku.
"Baik, baik. Itu bukan masalah besar. Sekarang, kau ingin dia seperti apa? Atau haruskah aku bertanya padanya?" tanya Zia.
Dokter Megan menengok ke arah Abby, dan kebetulan Abby juga sedang melihat ke arahnya. Mereka saling bertatapan selama beberapa detik.
"Zia," ujar Dokter itu sambil memegang pundak temannya, "tolong ubah dia menjadi orang yang sangat sangat berbeda."
.
.
.
"Hoooaaammmmm. Hei Judas! Gantian! Aku ingin tidur!"
"Kau saja, Gordon. Aku tidak bisa menyetir mobil," ujar Judas santai sambil menjentikkan jarinya di kaca mobil.
"Hih, percuma kau jadi laki-laki kalau tidak bisa menyetir mobil!" protes Gordon.
"Apa? Aku hanya belum belajar saja! Lihat kalau aku sudah lihai nanti!" ujar Judas tidak mau kalah.
"HAHAHAHA! Kau ini mudah sekali termakan omonganku, ya! Bercanda denganmu menyenangkan sekali! Ahahaha!"
"Tidak lucu, bodoh!" bentak Judas sambil meninju bahu Gordon.
Tiba-tiba saja, muncul sebuah mobil merah dari arah kiri. Judas langsung menengok ke arah itu, dan menoel pundak Gordon agar ia juga melihatnya.
"Kenapa Judas? Kau ingin punya mobil seperti itu?" tanya Gordon.
"Uhm, tidak. Hanya saja aku seperti mengenali mobil ini. Rasanya aku pernah melihatnya entah di mana," jelas Judas.
Mobil itu kemudian melaju lebih cepat dari mobil milik Gordon, membuat mobil itu jauh di depan mereka.
"Hoi! Mobil itu kan mobil Dokter Megan, masa kau tidak tahu? Payah kau, Judas!" ujar Gordon tiba-tiba.
Judas mengangguk sekilas. Setelah ia mengamati mobil itu lagi, ia hampir loncat dari tempat duduknya. Kepalanya terbentur bagian atas mobil cukup keras.
"Hei hei hei, kenapa Judas?! Jangan loncat dari mobil!"
"Kejar, Gordon! Kejar mobil itu! Itu pasti Abby!" pinta Judas sambil menunjuk-nunjuk mobil merah di depannya.
"Hah?"
"Kejar bodoh! Di depan kita itu Abby!"
.
.
TO BE CONTINUE...
.
.
Yo guys!!! Pie kabare?? Owe hao hao aja lo! /plak. Setelah terbebas dari UKK yang menyedihkan, dan melewati beberapa hari liburan, akhirnya aku mengumpulkan tenaga untuk mengetik ini. Sebenarnya ini sudah diketik dari minggu-minggu lalu, tapi aku sengaja lama-lamain deng biar kalian penasaran. Tapi lebih sedih lagi kalau kalian udah lupa sama ceritaku /nangis di bawah pohon. /oke gajelas.
Btw, kalian penasaram ga sama penampilan baru Abby? Kalo engga sih gapapa :v Toh mulmednya gaakan kupasang juga. Biar kalian penasaran HUAHAHAHA!!
Taraaa seperti biasa, aku mau rekomendasikan 5 cerita untuk kalian nih.
1. Inside by danchandr ( MYSTERY )
2. Bunda by iiaditia ( CHICKLIT )
3. First Love Flavor : Meeting Again by lucas_carlisle ( ROMANCE )
4. One Step - Sejejak Langkah by Shireishou ( TEEN FICTION )
5. The Last Game by sbatthallah ( ADVENTURE )
Yosh! Sekian minna! Sampai jumpa mingu depan! Dadaaaahhhhh~~
Regards,
Veronica.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top