3

"Kalau kamu ingin tahu tentang masa lalumu, mungkin aku bisa bantu."

Igo memandangi Wulan yang hanya terdiam. Tangan gadis itu tampak gemetaran.

"Sepertinya aku belum siap," lirih Wulan.

"Terus kenapa kamu sengaja ke Malang? Bukannya untuk mencari tahu tentang masa lalumu?" tegur Igo.

Bibir Wulan membentuk lengkungan ke atas. "Kok kamu tahu tentang tujuanku? Kamu emang sengaja ke Malang buat ngikutin aku, kan?" tuduhnya.

Igo meringis lalu menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Nggak kok, aku emang kebetulan ada bisnis."

"Aku nggak percaya sama kamu," ucap Wulan sembari memicingkan mata.

Kondektur menginformasikan bahwa kereta yang mereka naiki akan segera sampai di tujuan akhir Stasiun Malang Kota Baru. Igo berdalih berdiri untuk mengambil koper. Wulan jadi kehilangan timing untuk menginterogasi pemuda itu karena mereka harus segera turun dari kereta.

"Bapak itu masih tidur." Wulan menunjuk penumpang yang duduk di depan mereka.

Igo mendekat dan menyentuh pundak bapak itu untuk membangunkannya. Igo terkejut karena tiba-tiba merasakan sengatan listrik voltase kecil. Pemuda itu terdiam sesaat, sementara si bapak terbangun.

"Oh, sudah sampai ya?" kata pria itu sembari menguap lebar.

Wulan memandangi Igo yang masih tertegun sembari memandangi tangannya. "Igo," panggil Wulan.

"Oh, iya," jawab Igo gelagapan.

"Ayo turun," ajak Wulan. Dia mendahului Igo sembari menggeret kopernya. Gadis itu melirik Igo yang menyusulnya di belakang. Pemuda itu masih tampak terbengong-bengong sembari memandangi tangannya.

"Kenapa? Kamu melihat sesuatu?" tebak Wulan. Biasanya Igo akan tampak aneh seperti itu setelah menggunakan kekuatannya.

"Eh, nggak kok," elak Igo sembari tersenyum. "Sini biar aku bawakan." Igo meraih koper Wulan dan mengangkatnua turun dari kereta. Karena Igo sudah berkata seperti itu, Wulan tak bisa bertanya lebih jauh. Mereka tidak tahu bahwa, bapak tadi memandangi mereka dengan tatapan tajam.

"Aku ke WC dulu ya. Kamu tunggu di sini." Igo melepas ranselnya dan meletakkanya di atas koper Wulan. Tanpa mendengar jawaban dari Wulan, pemuda itu langsung berlari pergi. Sepertinya dia kebelet banget. Wulan menunggu Igo sembari duduk salah satu bangku.

Sebenarnya ini kesempatan yang bagus kalau dia mau kabur dari Igo. Namun  Wulan tak bisa mengingkari bahwa keberadaan Igo di sampingnya membuat dia merasa nyaman. Sebenarnya dia merasa senang karena Igo membuntutinya seperti ini.

"Memang enak pergi berdua daripada sendirian," ucap Wulan menyakinkan dirinya sendiri.

Seorang gadis kecik lewat di depan Wulan sembari membawa boneka beruang. Gadis itu tampak celingukan sembari memandangi ke kanan-kiri. Wulan memandangi gadis itu dengan cemas. Apa anak itu tersesat.

"Adik," panggil Wulan.

Anak itu menoleh dan menatap mata Wulan. Wulan tertegun ketika melihat sorot mata gadis itu yang tampak familier. Dia merasakan deja vu. Apa dia pernah bertemu gadis ini sebelumnya.

"Kenapa kamu sendirian?" tegur Wulan.

"Saya terpisah dari ayah dan ibu," kata gadis kecil itu.

"Oh ya, ng, kamu mau Kakak antar ke pusat informasi?" tawar Wulan.

Gadis kecil itu menggeleng. Dia menunjukkan kartu yang menggantung di lehernya. Wulan membaca tulisan yang tertera di sana.

Winda D.
10 tahun.
Griya Indah blok A4 nomor 9.

"Kamu tinggal di sini?" tanya Wulan.

Gadis itu mengangguk sebagai jawaban.

"Tunggu sebentar ya, Kakak sedang menunggu teman Kakak, nanti Kakak antarkan ke rumah kamu."

Gadis itu tersenyum semringah. "Makasih, Kak!" ucapnya riang.

Wulan turut mengembangkan senyumannya.

"Lan, maaf ya lama." Igo tiba-tiba muncul di samping Wulan dan menepuk bahunya.

"Kamu sembelit ya? Lama bener," tuduh Wulan. Cewek itu bangkit hendak memperkenalkan Igo pada gadis kecil tadi, tapi Wulan terkejut karena gadis yang berdiri di depannya tadi tiba-tiba sudah menghilang.

"Ke mana dia?" tanya Wulan kebingungan.

"Dia siapa?" tanya Igo tak mengerti.

"Anak kecil yang berdiri di depanku tadi."

"Nggak ada anak kecil kok dari tadi."

Wulan terdiam mendengar ucapan itu. Mana mungkin, jelas-jelas tadi dia mengobrol dengan anak kecil itu di sini. Baru saja dia menoleh sebentar anak itu sudah tidak ada. Apa mungkin anak itu melihat ayah dan ibunya lalu pergi? Wulan terdiam. Firasatnya tidak enak.

***

Votes dan komen ya guys. Makasih.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top