19
"Hari ini kita mau ke mana?" tanya Igo sembari mengunyah sarapan yang mereka dapatkan dari hotel. Biarpun ini hotel murah ternyata fasilitasnya cukup lengkap. Ada prasmanan untuk sarapan, wifi, air hangat, tempat ibadah, dan spot untuk duduk dan bersantai. Meski memang kamar tidurnya kecil banget seukuran kuburan.
Wulan memandangi cowok itu sembari mencebik. "Kenapa sih kamu ngikutin aku sampai ke sini? Jujur sama aku apa sebenarnya tujuanmu?" tegas gadis itu.
Igo melengkungkan bibir sampai giginya terlihat. Senyuman khas Igo yang menawan tapi menyebalkan. "Kan aku sudah bilang kemarin, you are my destiny."
"Kamu pikir aku bakal percaya sama gombalanmu itu!" ketus Wulan. "Kamu itu bukan orang mau bergerak kalau nggak ada uang!"
Igo terdiam sejenak. Wajahnya tampak terluka. Dia menunduk dan memegangi dahinya. "Jadi sejelek itu aku di mata kamu."
Wulan tertegun. Dia jadi merasa bersalah karena sudah berkata kasar, tapi tetap saja dia tidak percaya bahwa Igo sukarela mengikutinya tanpa tujuan.
"Apa aku ini nggak bisa dipercaya?" tanya Igo. "Aku hanya khawatir kalau kamu berpergian sendirian."
"Kenapa kamu harus khawatir?" kejar Wulan.
"Sudah jelaskan, karena aku suka sama kamu."
Jantung Wulan seketika berdegub lebih kencang. Igo menatapnya penuh dengan kesungguhan ketika mengucapkan kalimat itu. Wulan menggeleng cepat-cepat. Nggak! Dia nggak boleh kemakan rayuan gombal titisan Casanova ini.
"Kamu ngomong gini ke semua cewek, kan?" tuduh Wulan, berusaha tampil cuek.
"Nggaklah, nggak semua." Igo tertawa. Dia mengambil teh dan meminumnya.
Wulan diam sejenak. Dari semua kata-kata yang diucapkan Igo sepertinya hanya kalimat terakhir saja yang jujur. Hanya satu cewek di dunia ini yang tidak pernah digombali oleh Igo, yaitu Shita.
Igo selalu bersikap manis dan menggoda pada semua cewek, kecuali pada teman masa kecilnya itu. Bagi Wulan itulah yang mencurigakan. Bisa jadi, Shita adalah gadis yang benar-benar disukai Igo. Namun justru karena itu Igo tidak bisa mengungkapkan perasaannya. Karena mereka sudah seperti saudara. Sementara Wulan mungkin sama saja seperti cewek-cewek lainnya yang menjadi target gombalan Igo. Dia tidaklah spesial. Menyadari hal itu dada Wulan jadi terasa nyeri.
"Aku cuman bilang begini sama kamu saja kok," dusta Igo.
"Nggak usah kebanyakan gombal!" ketus Wulan. Gadis itu mencebik. Sepertinya apa pun yang dia lakukan Igo tetap tidak akan membeberkan alasannya. Ya sudahlah, toh keberadaan Igo di sini cukup berguna baginya.
"Hari ini aku mau pergi ke rumah sakit jiwa L," terang Wulan.
Netra Igo membelalak. Dia menatap Wulan dengan penasaran. "Kenapa kamu mau ke sana?"
"Tujuan utamaku ke Kota ini adalah ke sana," jujur Wulan. "Dulu aku, pernah dirawat di sana. Mungkin aku bisa mengorek informasi tentang masa laluku di sana."
Igo menopang dagunya sembari memandangi Wulan yang tampak gamang. "Ada cara yang lebih mudah kalau kamu mau mencari tahu tentang masa lalumu," ucapnya. Pemuda itu mengulurkan tangannya pada Wulan.
Wulan menatap tangan pemuda itu ragu-ragu kemudian menggeleng. "Nggak, aku mau menyelidiki ini pelan-pelan saja," tolaknya.
Igo memandangi tangannya yang sudah terjulur lalu menariknya lagi. Cih! Sial, caranya mendekati Wulan tidak pernah berhasil. Wulan ini memang aneh. Dia sepertinya ingin tahu masa lalunya tapi juga tidak ingin tahu.
Igo terdiam sejenak sembari mengingat sosok Viona Dianita yang ditemuinya beberapa waktu lalu. Orang itulah yang menugaskan pada Igo untuk menjaga dan mengawasi Wulan. Sebenarnya apa hubungan gadis itu dengan Wulan? Mereka juga memiliki kemampuan yang sama yaitu melihat masa depan.
***
Yei! Update!
Guys... Diriku mau menawarkan dagangan yak barang kali kalian tertarik beli.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top