17

Capsule hotel adalah tujuan menginap Igo dan Wulan karena biayanya yang sangat murah. Hanya tujuh puluh rupiah semalam saja. Wulan terkejut ketika Igo mengeluarkan KTP ketika ditagih oleh sang resepsionis yang awalnya tampak curiga pada mereka. Berkat KTP itulah mereka berhasil memesan kamar.

"Kok bisa kamu punya KTP? Umurmu kan belum tujuh belas, itu KTP palsu ya!" tuduh Wulan.

"Nggaklah, ini asli. Hanya umurku yang palsu. Aku tuakan setahun. Karena aku sering dimintai KTP seperti ini makanya aku urus saja sekalian," kekeh Igo.

Wulan memandangi Igo dengan takjub. "Bagaimana caranya umur dituakan? Di akta kelahiran kan kelihatan jelas tanggal lahirmu?"

"Yah, itu hanya diperlukan sedikit trik. Tentunya pakai orang dalam di Dinas Kependudukan," terang Igo.

Wulan menatap Igo dengan penuh perhatian. Dari dulu dia selalu penasaran dengan cara hidup Igo. Sepertinya dia punya banyak koneksi di mana-mana. Padahal umurnya saja belum genap tujuh belas tahun dan dia hidup sendirian. Ibunya sudah meninggal dan ayahnya entah ada di mana. Bagaimana sebenarnya cowok itu bisa bertahan selama ini? Seandainya Wulan tidak mendapatkan tunjangan dari Tantenya yang ada diluar negeri, pasti sulit memenuhi biaya hidup sehari-hari untuk anak di bawah umur seperti dirinya.

"Bagaimana kamu bisa punya koneksi seperti itu dengan orang dalam?" tegur Wulan.

"Itu gampang. Tinggal nongkrong saja di kantin Dinas Kependudukan. Pura-pura tidak sengaja senggol pegawai yang ada di sana. Setiap orang pasti punya satu-dua rahasia. Itu bisa di manfaatkan," cengir Igo.

Wulan berdecak-decak mendengar penjelasan dari teman sekelasnya itu. Sungguh hidup Igo itu penuh dengan tipu daya. "Kamu licik!" oloknya.

Igo malah tergelak. "Bersyukurlah, kalau aku nggak punya KTP, kita pasti sudah diusir sama resepsionis tadi."

Igo dan Wulan masuk ke dalam ruangan kamar. Ada banyak ruang-ruang kecil berukuran dua kali dua meter yang hanya berisikan kasur dan selimut. Ruangan itu disekat dengan triplek tipis saja. Setiap ruang kecil itu dihuni oleh seorang tamu.

Kapsul hotel adalah bentuk hotel yang diadaptasi dari negeri Jepang. Kini hotel-hotel seperti ini banyak bertebaran di Indonesia. Cocok untuk travelers dengan budget yang minim. Wulan tercengang sembari mengamati sekitar. Ternyata seperti ini yang disebut kapsul hotel. Pantas saja biaya sewanya murah.

"Cek sempit sekali kayak kuburan. Kakiku bisa diselonjorkan nggak ya?" keluh Igo begitu melihat ukuran kamarnya.

Wulan hanya membatin saja. Igo aja yang terlalu tinggi. Saat seperti ini Wulan bersyukur karena dirinya pendek.

"Berapa lama kita mau menginap di sini?" tanya Igo.

"Sampai aku menemukan misteri dibalik kematian orang tua Winda dan juga apa yang sebenarnya terjadi pada gadis itu," tegas Wulan.

Igo memandangi Wulan yang tampaknya penuh dengan tekad. "Kamu nggak lupa dengan tujuanmu datang ke kota ini kan, Wulan?"

Wulan tertegun mendengarkan teguran Igo itu. Benar juga. Hampir saja dia melupakan tujuan aslinya. Wulan merogoh sakunya dan menemukan kertas di dalam kantung bajunya. Benar, harusnya dia pergi ke sana besok.

Wulan menoleh pada Igo yang memandanginya dengan penasaran. "Kamu sendiri gimana?" Gadis itu balik bertanya. "Kamu nggak lupa sama tujuanmu ke sini? Kenapa kamu malah mengikuti aku ke mana-mana!" serangnya.

Igo malah tersenyum dengan manis sekali. "You are my destiny. Nggak bagus kan membiarkan seorang cewek berkeliaran sendirian di kota yang asing."

Wulan terkesiap. Jantungnya seketika berdebar lebih cepat. Kok bisa sih Igo ngomong kata-kata seperti itu dengan santai. Dasar playboy! Tidak! Tidak! Wulan tidak boleh terpikat. Buru-buru Wulan membuang muka untuk menyembunyikan rona di wajahnya. Dia lalu kabur ke dalam kapsulnya.

***

You are my destiny... Manis nggak sih. 🤭🤭🤭🤭

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top