16

"Aku tahu kenapa Winda dicurigai," tutur Igo ketika dalam perjalanan menuju hotel tempat mereka menginap.

"Uang asuransi itu kemungkinan adalah motif kenapa Keluarga Alan dibunuh, dan semuanya jatuh pada Winda. Ditambah gadis itu menghilang sehari setelah kematian orang tua angkatnya. Ini seperti sudah direncanakan."

Wulan meremas tangannya. Dia mengingat kembali sosok Winda yang menyapanya di stasiun. Anak itu terlihat lugu seperti anak kecil pada umumnya. Sama sekali tidak terlihat seperti sosok yang jahat. Dia sama sekali tidak bisa mempercayai hal itu.

"Apakah kamu pernah nonton film The Orphan?" tanya Igo.

Netra Wulan membelalak mendengar ocehan Igo itu. "Apa?" ulangnya.

"The Orphan, itu film lawas rilis tahun 2009. Aku dipaksa Shita menemani dia nonton film itu waktu kami masih SD. Aku masih ingat alurnya karena plot twist endinya yang sungguh tidak terduga. Aku kira ceritanya mungkin mirip dengan Omen, ternyata tidak. Ceritanya hampir mirip dengan kisah Winda ini."

Wulan mengerutkan keningnya. "Mirip bagaimana?"

"Seorang wanita mengalami depresi setelah mengalami keguguran. Dokter menyarankan untuk mengadopsi anak. Maka dia dan suaminya pun pergi ke panti asuhan dan mengadopsi seorang anak. Anak itu awalnya terlihat manis, tapi ternyata dia punya rahasia. Ternyata dia punya niat jahat. Si ibu angkat yang menyadari hal itu berusaha memberitahu orang lain. Akan tetapi karena kondisi kejiwaannya tidak ada yang percaya padanya. Teror demi teror dilakukan anak itu. Hingga akhirnya sang suami terbunuh. Di akhir cerira dikisahkan bahwa anak itu ternyata adalah seorang wanita berusia tiga puluh tiga tahun yang mengalami gangguan pertumbuhan sehingga terlihat seperti anak-anak. Maka pantaslah jika anak kecil itu memiliki pikiran selayaknya orang dewasa."

Wulan terpegun dan menghentikan langkah. Igo pun jadi turut berhenti dan menoleh pada Wulan yang berdiri di belakangnya. Baru pertama kali itu Igo melihat ekspresi Wulan yang seperti itu. Biasanya Wulan bukanlah orang yang menunjukkan emosinya seperti itu. Namun kali ini gadis itu terlihat benar-benar geram.

"Apa maksudmu! Kamu mau bilang Winda itu seperti anak itu? Dia menipu Keluarga Angkatnya dan berpura-pura menjadi anak kecil! Bukannya kamu lihat sendiri melalui visimu kalau anak itu dianiaya ibu angkatnya! Bisa-bisa kamu menuduh dia yang tidak-tidak!"

Igo terkesiap melihat amarah di wajah Wulan itu. "Aku tidak bilang begitu, aku hanya bilang kalau kondisi di film itu mirip dengan kasus kita sekarang. Mirip itu tidak berarti sama. Makanya aku rasa orang-orang bisa jadi berpikir aneh-aneh tentang Winda karena film ini. Seperti info dari David tadi, kan? Winda itu sangat cerdas."

"Secerdas-cerdasnya anak kecil apa menurutmu dia bisa merencanakan pembunuhan dan klaim asuransi!" sentak Wulan.

Igo tercengung melihat amarah Wulan. "Kamu kenapa jadi emosi gitu? Aku kan hanya mengutarakan asumsi saja."

Wulan terdiam. Dia sendiri tidak tahu kenapa dia semarah ini. Mungkinkah karena dia merasakan bawah nasibnya dan Winda sama? Sama-sama disakiti oleh orang tua angkat mereka yang sangat dipercayainya?

"Maafkan aku," desah Wulan. Dia berjalan mendahului Igo. "Aku rasa apa yang kamu paparkan tadi hanya ada di film. Hal seperti itu, tidak mungkin ada di dunia nyata."

Igo memandangi punggung Wulan dari belakang. Anak angkat. Wulan juga pernah menjadi anak angkat. Igo mengingat kembali pertemuan terakhir Wulan dengan orang tua angkatnya beberapa bulan lalu. Saat itu ibu angkatnya menampar Wulan dengan keras dan mengusirnya.

***

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top