15
"Waktu itu umurku dua belas tahun, saat aku pertama kali melihat Winda muncul dari pagar rumah sebelah," kata David.
Sorot mata pemuda itu tampak menerawang. Mungkin sedang mencoba menggali ingatan masa lalunya. Wulan, dan Igo duduk melingkari di dalam ruang tengah dengan diterangi cahaya senter dari hape yang redup. Mereka memperhatikan dengan saksama setiap kata yang meluncur dari bibir pemuda itu.
"Dia gadis yang cantik, manis dan ceria. Dia juga sangat cerdas. Aku pernah kesulitan mengerjakan PR-ku dan malah dia yang bisa. Padahal aku kelas enam sedang dia masih kelas empat. Tidak banyak anak di perumahan ini, sehingga kami sering bersama di taman dan cukup akrab. Winda bilang dia diadopsi oleh keluarga Pak Alan. Saat aku menanyakan ke mana keluarga kandungnya. Dia hanya menunduk dan tidak mau menjawab. Entah ada apa. Mungkin dia hanya tidak mau mengingat kenangan buruk. Jadi aku tidak bertanya lagi."
David diam sejenak sebelum melanjutkan kalimatnya. Tampaknya dia bergidik. "Awalnya Winda tampak bahagia bersama Keluarga Alan, tapi itu tidak berlangsung selamanya. Aku sering melihat lebam di balik bajunya. Mungkin dia sering dipukuli."
Wulan menghela napas. Informasi ini sama dengan yang dilihat oleh Igo tadi.
"Kok bisa kamu melihat luka dibalik bajunya? Kamu ngitipin pas dia ganti baju? Kecil-kecil sudah mesum kamu!" tuduh Igo.
"Nggaklah! Kadang-kadang kalau main di taman roknya dia ketiup angin begitulah," elak David dengan keras, tapi tak urung pipinya merona juga.
Wajah Wulan datar seketika. Apa sih Igo ini tahu-tahu out of topic aja. David juga kok malah ke bawa suasana.
"Kami dengar dari Pak Bimo, justru sebaliknya. Winda suka melakukan hal-hal aneh. Dia bahkan mau melarutkan klorin dalam kopi yang diminum oleh Nyonya Alan," sanggah Wulan, mengembalikan mereka pada benang merah topik semula.
"Jelas itu hanya karangannya saja!" decak David. "Justru dialah yang menyakiti Winda! Dia hanya memutar balikkan fakta!"
"Tentang kasus kematian keluarga Alan itu? Bagaimana kronologinya?"
"Kejadiannya malam hari, sekitar Magrib. Aku baru saja pulang dari les. Di depan rumah aku lihat Pak Joni yang berdiri di depan rumah Keluarga Alan yang gelap gulita. Dia tampak mengetuk-getuk pagar rumah itu. Ayahku yang mengantarkanku mengobrol sebentar dengannya dan bertanya ada apa. Pak Joni bilang dia mendengar suara teriakan dari dalam rumah Keluarga Alan lalu lampu menjadi gelap. Dia khawatir apakah terjadi sesuatu di sana. Ayahku lantas menyuruhku masuk ke rumah. Sementara beliau menemani Dokter Joni masuk ke dalam rumah ini yang ternyata pagarnya tidak dikunci. Aku tidak pergi karena aku juga cemas dengan keadaan Winda. Kutunggu saja di depan pagar untuk memastikan gadis itu baik-baik saja. Lalu kudengar teriakan Winda. Aku bergegas masuk ke dalam rumah dan melihat...."
David tidak meneruskan kalimatnya. Dia menutup mulutnya seolah menahan mual.
"Bagaimana kondisi Winda saat itu?" tanya Wulan.
"Dia tampak syok dan menangis. Aku berusaha menghiburnya tapi tidak banyak membantu. Lalu dia malah pingsan. Dokter Joni bilang kondisi mental Winda tidak stabil sehingga dia membawa Winda ke rumah sakit. Esoknya aku datang ke rumah sakit itu untuk menjenguknya, tapi dia menghilang. Sekarang aku tidak tahu dia ada di mana, tapi aku harap dia baik-baik saja."
Wulan dan Igo saling bertatapan sejenak. Kemungkinannya tidak seperti itu. Bisa saja Winda sudah meninggal.
"Apa sama sekali tidak ada info ke mana perginya Winda?"
"Tidak ada," geleng David. "Ayahku bilang, uang asuransi Keluarga Alan sudah dicairkan beberapa bulan setelah itu. Kuharap Winda bisa hidup nyaman dengan uang itu. Tapi kalian bilang bahwa kalian bertemu hantunya? Berarti Winda sudah..."
Wulan membeliak mendengar ucapan terakhir yang diucapkan oleh David. Uang asuransi? Dia menoleh pada Igo. Sepertinya pemuda itu tahu apa yang dipikirkan Wulan.
"Uang asuransi itu jatuh ke tangan Winda?" tanya Igo.
David menatap Igo sembari memiringkan kepalanya. "Siapa lagi? Keluarga Alan tidak punya anak selain dia."
***
Hari ini terakhir kesempatan untuk klaim voucher baca wish series ya. Yakin nih nggak mau diklaim vouchernya? Kalian bisa baca wish dari buku 1-7 gratis loh!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top