12

Nuraga memandangi Dela yang berdiri di hadapannya. Gadis itu tampak cemas. Nuraga mengabaikan gadis itu sejenak. Dia menghisap rokok kemudian mengembuskannya perlahan.

"Jadi orang itu mencariku lagi?" tegurnya.

Dela mengangguk sebagai jawaban.

"Orang itu memang hebat. Seberapa jauh aku berlari, hidungnya selalu bisa mengendusku," keluh Nuraga.

"Sebaiknya kita bunuh saja dia," kata Dela.

Nuraga tertawa kecil. "Kamu pikir sudah berapa kali aku coba membunuh dia? Orang itu benar-benar menyusahkan. Dia seperti kecoak yang bahkan bisa hidup tanpa kepala."

Nuraga menjentikkan abu rokoknya kemudian menghampiri ranjang. Dia melihat seorang wanita dengan rambut cepak seperti laki-laki terbaring di sana dengan mata tertutup. Kaki dan tangan wanita itu terborgol. Nuraga membelai wajah gadis itu perlahan dengan penuh kasih.

"Akhir-akhir ini Daisy tidak bisa dikendalikan lagi. Kamu tahu, kan? Kemarin dia bahkan menemui bocah rambut merah itu lagi. Setelah dia memberikan hampir sepuluh persen dari omset kita pada bocah itu."

"Daisy memang bodoh!" geram Dela. "Dari seluruh orang di dunia. Dia adalah orang yang paling ingin kumusnahkan dari dulu."

"Jangan terlalu mudah emosi seperti itu, Dela. Kita masih membutuhkan Daisy. Setidaknya kita masih membutuhkan adiknya."

"Apa yang bisa dilakukan bocah itu, dia bahkan tidak bisa melindungi dirinya sendiri? Sekarang dia malah bergabung dengan geng detektif aneh!" protes Dela.

Nuraga mengembangkan senyumannya. "Aku bisa melihatnya, Dela. Anak itu mungkin belum berguna bagi kita sekarang, tapi kamu lihat saja nanti."

"Ngomong-ngomong bagaimana dengan Mike? Dia melakukan pekerjaannya dengan benar?"

Seringaian Nuraga bertambah lebar. "Mike selalu menuruti ayahnya."

***

Bel tanda pelajaran usah berbunyi. Mike membereskan buku-buku yang dia bawa. "Pelajaran hari ini sampai di sini," ucapnya.

Mata pria itu tertuju pada bangku paling pojok di kelas. Bangku itu kosong begitu juga dengan bangku di depannya. Mike mengigit bibirnya. Sementara di sebelahnya ada seorang anak lelaki yang menelungkupkan kepalanya ke meja dan menyumpal telinganya dengan headset. Mike menghela napas dia tidak boleh membangunkan singa itu. Pandangan Mike teralih pada cewek manis dengan rambut dikuncir kuda yang duduk di depan pemuda tadi.

"Shita," panggilnya. "Kenapa hari ini Wulan tidak masuk? Dia sakit?"

Cewek itu tampak kebingungan. "Ah, iya, Pak," jawabnya ragu-ragu.

"Ada surat?"

"Tidak, Pak."

Mike mengangguk kemudian melangkah pergi. Dia mempercepat langkahnya menuju ruang guru. Dalam perjalanan ada pesan yang masuk ke dalam saku celananya.

Bagaimana kabar anak itu?

Mike mengigit bibirnya lagi. Anak itu menghilang tanpa sepengetahuannya. Apa yang harus dilakukan sekarang untuk mencarinya?

***

Wulan dan Igo kembali ke rumah kosong itu malam itu. Mereka mencari waktu yang tepat di kali Pak Satpam komplek tidur sehingga mereka bisa masuk dengan mudah.

"Rasanya kita bakal diceramahi lagi kalau Bapak satpam yang kemarin itu datang," kata Igo. Pastinya mereka tidak akan diijinkan masuk rumah hantu itu.

Igo memandangi sekitar melihat rumah besar dengan halaman luas yang kini tampak tidak terurus itu. Pemilik rumah ini dulunya pasti orang yang sangat kaya. Sayang sekali sekarang tempat itu berubah seperti rumah hantu.

"Apa ada yang bisa dijadikan petunjuk?" kata Wulan.

"Aku akan berusaha," kata Igo. Ayo kita coba masuk ke dalam.

Igo mengeluarkan kawat dari dalam saku bajunya. Bocah itu memasukkan benda tersebut ke dalam lubang kunci kemudian memutarnya dengan penuh penghayatan. Setelah terdengar bunyi, "Klik." Pintu pun terbuka.

"Kamu luar biasa, sudah sering maling ya?" puji Wulan.

"Iya dong! Mencuri hatimu," gombal Igo.

"Tidak semudah itu mencuri hatiku, Ferguso," elak Wulan.

Wulan dan Igo memandangi pintu rumah yang terbuka. Bagian dalam rumah yang tampak gelap begitu horor. Hawa dari tempat itu tidak menyenangkan dan membuat bulu kuduk meremang. Firasat Wulan tidak begitu baik.

"Pegang tanganku kalau kamu takut," tawar Igo sembari mengulurkan tangannya.

Wulan menggeleng. Dia masuk ke dalam rumah lebih dulu. Igo memandangi tangannya yang menganggur dengan kesal.

***

Ada Haru tuh, siapa yang kangen Haru?





Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top