1

Wulan memandang kertas di tangannya. Benda itu berisi alamat seseorang di Malang. Gadis berambut bob itu melipat kertas itu menjadi lipatan kecil lalu memasukkannya ke dalam kantung kemejanya. Dia melangkah menaiki tangga dari peron ke dalam kereta.

Wulan memandangi nomor bangku yang tertera pada tiketnya, nomor 9A. Dekat dengan jendela. Wulan menggeret kopernya menuju bangku itu. Dia memandangi bagasi di atas tempat duduknya. Cukup tinggi juga. Bagaimana dia bisa menaikkan kopernya yang berar itu ke sana dengan badannya yang pendek ini?

Wulan menarik napas berusaha mempersiapkan tenaga untuk mengangkat kopernya. Dia mencoba mengangkat benda itu tapi sama sekali tidak bergerak. Wulan menghela napas lagi dan mencoba mengangkat koper. Kali ini, anehnya koper terangkat tanpa dia mengeluarkan banyak tenaga.

Kok aneh? Batinnya bingung. Ketika dia menoleh tahu-tahu di sampingnya ada seorang pemuda berambut merah yang meringis. Cowok itu dengan mudahnya menaikkan koper milik Wulan ke atas bagasi, lalu dengan santainya duduk di bangku nomor sembilan B, tepat di samping Wulan.

"Kamu ngapain, Go?" tegur Wulan kebingungan. Cowok ini adalah tetangga sebelah kamarnya di Rumah Susun Sejahtera dan juga teman sekelasnya. Kenapa cowok ini bisa tiba-tiba naik kereta ini? Mana duduk di sebelahnya lagi.

"Lagi naik kereta mau ke Malang," jawab Igo singkat sembari menunjukkan senyum tiga jari ala iklan pasta gigi. "Kebetulan banget ya kita ketemu di sini. Pasti kita jodoh deh."

Wulan memandangi pemuda itu dengan curiga. Tidak ada yang namanya kebetulan kalau itu berhubungan dengan Igo. Ya, pemuda itu punya satu kemampuan khusus yang tidak dimiliki oleh manusia biasa. Dia bisa melihat masa lalu orang lain hanya dengan sentuhan. Skillnya itulah yang membuat Igo bisa bertahan hidup sampai hari ini. Meskipun dia sebatang kara. Pemuda itu bekerja sebagai informan khusus di Polda Jatim dan cukup sering membantu memecahkan kasus-kasus pembunuhan.

Sembari duduk di kursi Wulan bertanya-tanya. Apakah mungkin kemarin mereka sempat bersentuhan, sehingga Igo mendapatkan info bahwa hari ini Wulan akan pergi ke Malang? Bagaimana bisa cowok itu bahkan membeli tiket tepat di samping bangkunya? Igo itu memang cowok yang penuh misteri.

"Kamu ada urusan apa di Malang?" tegur Wulan berbasa-basi. Sejatinya dia sudah curiga bahwa Igo hanya beralasan untuk membuntuti dirinya saja. Setan berambut merah ini memang suka sekali ikut campur dengan urusannya.

"Urusan bisnis," jawab Igo singkat. "Kamu sendiri?"

"Aku juga ada bisnis," dalih Wulan karena enggan menjawab.

"Kamu ada bisnis apa sampai bolos sekolah segala?" tegur Igo. Pasalnya sekarang memang belum musim liburan dan mereka ini sedang membolos.

"Ada deh! Emangnya kamu doang yang punya bisnis!" ketus Wulan membuang muka.

Igo hanya terkekeh. Dia melibat kedua tangannya di depan dada lalu menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi. Wulan bersyukur karena cowok itu tidak mengajaknya bicara lagi.

Peluit panjang terdengar, tanda bahwa kereta akan segera diberangkatkan. Seorang pria tiba-tiba menghampiri kursi mereka dengan napas ngos-ngosan. Sepertinya orang itu kelelahan karena habis mengejar kereta.

Wulan takjub memandangi pria yang duduk di depan mereka itu. Rambut pria itu ikal dan gondrong sepinggang. Rambutnya yang berantakan itu dibiarkan terurai begitu saja, hanya di kuncir separuh dengan asal-asalan. Kumis dan brewok menghiasi wajahnya yang berminyak. Walaupun wajahnya itu tampak tidak terurus, namun senyumannya cukup manis dan kharismatik. Pria itu kira-kira seumuran dengan Brigjen Adam, induk semang mereka.

"Ini 10B, kan?" tanyanya sembari menunjuk bangku yang sudah ditempati.

"Ya, Pak," angguk Wulan.

"Makasih, Mbak." Pria itu tampak tertegun sejenak ketika memandangi Igo yang duduk di depannya. Sepertinya dia baru menyadari keberadaan Igo di sana. Igo sih cuek saja. Dia malah langsung menutup mata sembari menguap beberapa kali.

Wulan memandangi penumpang baru di depan mereka itu dengan penasaran. Apa hanya perasaannya saja ya? Tapi dia merasa pria itu sepertinya memandangi Igo cukup lama dengan tatapan yang aneh.

***

Komen dong gaes, sedih aku tuh klo nggak ada yang komen.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top